Sudah sejam lalu tapi teman-teman mereka belum kembali, Rain, Percy, dan Bagaskara memutuskan untuk mencari yang lain.
Saat ini mereka berada di dipinggir pepohonan yang entah kenapa diselimuti oleh kabut tebal.
"Apa itu Hutan ilusi?"tanya Rain membuat Bagaskara dan Percy menatapnya.
"Hutan ilusi...menurutku seperti hutan bayangan."jawab Percy.
"Hutan bayangan?"
"Hutan ilusi adalah hutan bayangan untuk mengelabuhi arah seseorang, sihir itu seperti membuat kabut tebal di sekelilingnya hingga sehingga kita tak bisa melihat apa-apa selain kabut, wajar jika orang yang masuk ke dalam ilusi akan tersesat. Rain dari mana kau tau hutan ilusi?"tanya Bagaskara.
Rain mendongak kearah langit.
"Apa kita berada di dalam hutan ilusi sekarang?"
Pertanyaan dari Rain membuat Bagaskara dan Percy saling berpandangan sesaat.
"Entah kenapa aku merasa pernah bermimpi ke tempat ini."
"Rain kau pernah datang kesini di mimpimu?"tanya Percy penasaran.
Rain mengangguk, tiba-tiba dia menunduk hingga membuat Bagaskara khawatir.
"Rain..."
Rain menatap kearah Bagaskara dengan pandangan kosong.
"Aku tidak ingat apa-apapun tentang mimpiku, kenapa?"ucap Rain.
"Ice nama itu selalu berada dimimpiku, siapa dia sebenarnya?"lanjut Rain.
"Sepertinya ingatanmu telah kembali."gumam Bagaskara membuat Percy menatapnya binggung.
"Ingatan siapa?apa maksud paman?"
"Terjebak dalam hutan ilusi juga bisa mengembalikan ingatan yang dihapus oleh seseorang, dan kasus itu terjadi padamu Rain kau mengingat nama seseorang yang kau temui malam itu."
"Maksud paman adalah rival Rain?apa itu dia?"tanya Percy mendapat anggukan dari Bagaskara.
"Dia temanku, bukan rivalku."ucap Rain tak terima.
"Tapi nak dia..."
"Tak peduli sifatnya sekarang, di masa lalu dia tetaplah menjadi sahabatku yang selalu menemani dirasa kesepian sebelum kalian, katakan ayah?apa kau melupakan ibu?"
Deg!
Jantung Bagaskara berdegup kencang saat Rain menanyakan tentang ibunya.
"Kau tidak pernah sedikit pun lupa tentangnya bukan?sama halnya denganku...aku tak akan pernah lupa kebaikan seseorang padaku entah itu disengaja atau pun sengaja, karna dia mengenalkan ku arti kata teman, dan selama ini aku selalu merasakan yang namanya kesedihan hingga aku lupa cara untuk bahagia."ucap Rain.
Bagaskara merasa tertohok dengan ucapan putranya sedangkan Percy diam-diam memejamkan matanya karna dia tak sanggup melihat mata Rain yang berkaca-kaca sekarang.
Biasanya itu akan sangat mengemaskan baginya tapi sekarang dia melihat kesedihan yang mendalam di mata itu.
Rain telah mengeluarkan unek-unek yang pendamnya selama ini kepada seseorang yang seharusnya mendengarkan dia diawal, yang harusnya di sisinya semenjak ia ada di dunia dan harusnya...
Membebaskannya dari belenggu kesakitan.
Bagaskara menghela napas, dia ingin sekali memeluk sosok putranya yang rapuh itu tapi entah kenapa keberanian hilang dalam sekejap saat melihat tatapan kecewa putranya padanya saat ini.
"Maafkan ayah Rain, kau benar soal perbedaan dia dan ayah, saat dia sudah berada disampingmu ayah malah datang terlambat untuk menolongmu, ayah membuatmu menunggu sangat lama, hingga kau tumbuh dewasa tanpa tau perasaan bahagia sebenarnya, ayah benar-benar menyesal dan kecewa pada diri sendiri.
Karna dia lebih baik dari pada ayah..."ucap Bagaskara terpotong karna Rain memeluknya dengan erat.
Bagaimana pun Bagaskara adalah orang pertama yang mengajarkannya untuk mencintai dirinya sendiri dan merasakan yang namanya kasih sayang yang tulus dari orang tua dan seorang ayah.
Rain bukan pemuda yang egois dan serakah tetapi untuk hal benar dia ingin mendapatkan sebuah pernyataan yang benar juga.
Yaitu apakah percaya pada seseorang yang membuatnya bahagia bisa benar-benar dipercaya?
Mereka yang disisinya tak akan pernah mengkhianati nya bukan?
"Aku berjanji jika satu diantara kami berkhianat padamu maka aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri termasuk nyawaku kalau aku berani melakukannya padamu."ucap Percy tiba-tiba membuat Bagaskara akhirnya mengerti apa yang dirasakan Rain selama ini.
Yaitu trauma kesepian yang membekas dihatinya dan ragu untuk percaya pada seseorang lagi.
Bagaskara lalu menangkup pipi Rain dia menatap netra biru itu yang mirip dengan mendiang istrinya.
"Ayah juga akan membuat sumpah, bahwa ayah tak akan pernah berkhianat pada putra ayah sendiri, mulai sekarang seorang Bagaskara sang guardian pendahulu pemilik gelang emas telah bersumpah dan sang naga abadi menjadi saksi atau janjinya itu."ucap Bagaskara membuat Rain terkejut.
Dia melihat gelang emas yang dipakai ayahnya bercahaya lalu gelang itu berpindah ke tangannya sendiri.
"Gelang emas itu akan menjagamu, tidak ada yang bisa melepaskan gelang emas itu kecuali dirimu sendiri, jika naga tidak ada di sampingmu saat kau berada dalam bahaya maka gelang emas itu akan melindungi mu Rain."
...
"Bagaimana cara agar kita bisa kembali?"ucap Saurus lirih.
Jujur saja dia sudah lelah untuk berjalan ditengah hutan yang penuh dengan kabut ilusi.
Dan tenyata tebakan dari Naries tak salah.
Mereka benar-benar tersesat di dalam hutan ilusi.
"Hanya naga yang bisa mencari jalan keluarnya kita harus memberitahu Rain."ucap Naries.
Grass mengangguk setuju.
Sedangkan Zai diam memikirkan sebuah cara untuk memberikan sebuah tanda.
"Bagaimana kalau aku mengunakan petirku untuk memberikan tanda pada mereka."ucap Zai.
"Ide bagus Zai, petir pasti akan terlihat dari jauh!apalagi seseorang akan terkejut dan heran dengan fenomena halilintar yang terjadi berulang kali."ucap Naries.
"Tunggu apa lagi?dan kenapa kau tak melakukan itu dari tadi!"keluh Suarus menatap Zai kesal.
"Kau tak pernah bertanya padaku dan aku baru terpikir ingin mengunakan."ucap Zai enteng tanpa tau Saurus menahan amarah yang meledak-ledak.
Akhirnya Zai mengunakan kekuatannya petirnya, dia membuat halilintar dilangit membuat orang mungkin akan terkejut dengan suaranya.
Jeduarr!!!
"Huwaa aku takut mama!"teriak Saurus menggelegar sambil memeluk Naries yang terkejut dengan tindakannya, hampir saja mereka terjungkal ke tanah jika Naries tak memiliki kaki yang panjang.
Sedangkan Grass hanya tertawa terpingkal-pingkal saat melihat reaksi kakak tertuanya itu.
Sedikit informasi:
Petir, kilat, dan halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan saat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan. Beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar yang disebut guruh. Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya.
(Sebuah memori itu bisa diingat dan dilupakan seperti sebuah buku yang disimpan dan dibakar.
Terkadang cara berpikir manusia adalah hal yang unik untuk dicari tau, pernahkan kamu melihat orang yang kidal?ketika melihat orang yang hebat menulis dengan kedua tangannya sekaligus, ada kata dari seseorang bahwa orang yang mengunakan otak kirinya seperti keledai yang berjalan mundur bisakah kau bayangkan kan?)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
@Risa Virgo Always Beautiful
Rain ternyata kamu pernah mengunjungi tempat itu di dalam mimpimu
2023-03-15
0
ℕℰℕᎶ ⅅℰᎯ
betul apa lagi kalau memori kejahatan seseorang pasti susah di lupain
2023-03-14
0
𝓓𝓮𝓪
ngapain tuh liat liat suka ya ciee uhuk
2023-03-14
0