Bab 17

Abi yang sudah setengah perjalanan pulang pun terpaksa harus kembali menyadari ponselnya tertinggal. Saat dia sampai, mendapati pintu ruangan yang terbuka, pria itu masuk begitu saja dan cukup kaget dengan keberadaan seorang pria yang tadi pagi sempat ia pergoki bersama Ajeng.

Denis dan Ajeng kompak menoleh, menemukan Abi yang kembali dengan wajah yang tak ramah.

"Tidak ada, dia tamuku," jawab Ajeng berusaha tenang. Tidak harus ada yang dikhawatirkan, memangnya apa yang salah dengan kehadiran Denis, toh Abi juga tidak peduli dengan dirinya.

"Kalian berdua dalam satu ruangan, bertamu saat malam begini? Tidak sopan!" ujarnya menyorot tajam.

"Maaf Mas, jangan salah paham, ada suatu hal yang harus kami luruskan, toh juga pintunya kami buka," jawab Denis cukup tenang.

Pria itu sudah mengetahui status Ajeng, dan kondisi pernikahannya yang sama sekali tidak diinginkan kedua belah pihak. Jadi, sedikit banyak tidak membuatnya merasa terancam, bahkan ia bertamu dengan sangat sopan.

"Sebaiknya Anda pulang, jangan pernah datang lagi ke sini," usir pria itu dingin.

"Oke! Dek, aku pulang dulu ya," pamit Denis mengangguk ramah dengan senyuman.

Ajeng balas tersenyum manis menatap kepergiannya. Cukup beberapa langkah saja sebab ternyata mereka tetanggaan. Membuatnya tersenyum tanpa sadar membayangkan baiknya pria itu.

"Kenapa senyum-senyum, gaje. Jangan terlalu murahan, ingat kamu sedang hamil anak aku!" tukasnya jengkel.

Seketika senyum di bibir Ajeng lenyap mendengar mulut cabe suami sementaranya. Selalu saja berbicara tanpa filter dan seenak jidat.

"Ngapain ke sini? Jangan bilang karena ini rumahmu, lalu bebas sesukamu berkunjung. Kamu baru saja dari sini seharian." Kali ini Ajeng benar-benar merasa jengkel. Terlalu beralasan dan membuatnya benar-benar tak nyaman.

"Pinter ngejawab, selain itu memang benar ada hal lain yang membuat aku kembali. Ponselku tertinggal di sini," ujarnya mulai mencari benda kesayangannya itu.

"Owh ...!" ujar Ajeng berlalu begitu saja. Langsung menuju kamarnya, hatinya sedikit lebih baik setelah mengobrol dengan Denis, apalagi pria itu masih bersedia menunggunya sampai nantinya tiba melahirkan. Rasanya Ajeng sudah tidak sabar bertemu dengan hari itu.

Banyak hal yang mereka impikan bersama, seharusnya pertemuan itu menjadi hari paling bahagia. Tidak pernah menyangka, takdir mempertemukan dengan status mereka yang tak lagi sama. Hanya bisa berdoa semoga hari baik menaungi keduanya.

"Ajeng, kamu udah tidur?" Abi masuk ke kamarnya begitu saja, membuat Ajeng terperangah karena hendak berganti baju tidur.

Perempuan itu menjerit resah hingga refleks melempar bantal ke tubuhnya.

"Apaan sih Mas, nggak sopan banget, ngapain masih di sini, pulang sana!" usir Ajeng jengkel. Untung perempuan itu belum sampai membuka pakaiannya.

"Ini mau pamit, kunci pintunya, aku mau pulang, awas saja berani menerima tamu laki-laki lagi," pesan pria itu bernada ancaman.

"Apanya yang salah, kok jadi ikut campur urusan privasiku. Hubungan kita cuma terikat karena kehamilan ini, dan akan berakhir lima bulan lagi." Kali ini Ajeng menyahut dingin.

"Iya memang benar, tapi jangan salah, selama lima bulan yang tersisa juga kamu berstatus sebagai istriku yang sah, jadi apa pun yang berhubungan denganmu, selama kamu masih mengandung anak aku, akan tetap menjadi ranah urusanku," ujarnya tanpa mau disanggah.

"Aku rasa kamu terlalu berlebihan, Mas, bukankah dari awal hanya terikat untuk urusan anak? Aku juga punya kehidupan sendiri di luar semua tuntutan ini. Sama denganmu, yang bahkan mempunyai kehidupan sendiri tanpa aku harus tahu."

"Sayangnya kamu terikat kontrak pernikahan dengan Abimanyu Prayogo. Tidak semudah itu kamu bisa melangkah sendiri."

"Aku cukup paham dengan isi kontrak dan perjanjiannya. Tidak ada urusan terikat selain anak ini."

"Ya, tapi yang membawa anak itu kamu ibunya, jadi jelas yang berhubungan dengannya menyangkut dirimu, dan aku tidak mau peringai anak itu jelek karena lahir dari ibu seperti dirimu."

"Nggak jelas kamu," tuduh Ajeng menatap tak percaya.

Mendadak malam-malam merasa kesal luar biasa gegara sikap posesif Abi padanya, yang seharusnya tidak terjadi mengingat hubungan mereka hanya timbal balik saja.

Ajeng memilih diam dari pada debat membuatnya lelah sendiri. Pria itu sejenis laki-laki otoriter yang mau menang sendiri tanpa perhitungan.

Setelah perdebatan itu, Abi langsung pulang dengan kesal. Sampai di rumah disambut Vivi yang marah-marah karena pulang terlambat. Membuat proa itu bertambah kesal dan terjadilah pertengkaran di antara keduanya.

"Aku tuh baru pulang, capek, memangnya kalau iya kenapa?"

"Kok kenapa? ya jelas aku nggak sukalah, kamu pikir aku perempuan apaan yang bisa dijadikan sampingan. Hubungan kalian itu hanya terikat karena anak, jadi kamu sangat berlebihan jika terlalu banyak mementingkan waktu di sana."

"Kamu keberatan? Terus maumu bagaimana? Saat di rumah bahkan kamu tidak lagi memberi kenyamanan. Kalau aku kamu larang-larang menjenguk calon anakku, biarlah Ajeng tinggal di sini sampai melahirkan, dia juga berstatus yang sama walau hanya di bawah tangan."

"Kamu gila ya? Aku tidak sudi bercampur dengan wanita murahan itu."

"Kalau kamu tidak mau, ya sudah biarkan aku ke sana dan juga di sini, dan untuk malam ini, aku sudah memutuskan akan menginap di sana!"

Apa yang terjadi dengan Abi, nampaknya kekesalan terhadap Denis berdampak sampai ke rumahnya. Terbukti pria itu marah-marah tidak jelas dan balik lagi ke apartemen malam itu.

Terpopuler

Comments

gia nasgia

gia nasgia

Kamu yg memulai permainan ini makanya Terima aja konsekuensi nya kalau sdh berbagi suami🤭

2024-05-11

0

Alanna Th

Alanna Th

yg mrasa cemburu gk nyadar tuh

2024-05-02

0

Dita Suriani

Dita Suriani

hilih babang Abi lama 2 bucin yahok lu

2024-02-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!