Bab 15

Astaga! Kenapa mertuaku rewel sekali, mampus kalau mama tahu.

Vivi menyikut suaminya untuk ikut mencari solusi ibunya yang cukup ngeyel.

"Ma, Abi tuh hari ini lagi nggak pengen ke mana-mana, kurang enak badan. Chek up lusa saja ya? Lagian kalau dokternya langganan kan enak, udah hafal," bujuk Abi mencoba mencari solusi.

Nyonya Warsa nampak mrengut, sedari kedatangannya sudah begitu antusias.

"Ya sudahlah nggak pa-pa, tapi besok kirim hasilnya ya, mama seneng banget kalau denger calon cucu mama sehat," ujar perempuan paruh baya itu terharu bahagia. Membayangkan jadi nenek adalah impiannya.

"Iya Ma, hasilnya pasti kami kabari seperti yang sudah-sudah," jawab Vivi tersenyum menyakinkan.

Agak siangan sedikit mertuanya pulang, Vivi pun langsung merasa lega dan membuang sisa makanan yang tadi sempat dibawa mertuanya untuk dirinya.

"Itu padahal sehat loh Vi, walaupun nggak hamil bagus untuk tubuh kamu," kata Abi menyayangkan.

"Kamu aja sana yang makan, orang nggak doyan kok dipaksa. Huhf ... akhirnya mama kamu pulang juga," ujar perempuan itu merasa plong. Selamat tentunya sandiwara mereka.

Abi menyingkirkan satu bekal makanan sehat buatan mamanya yang belum tersentuh. Sayang sekali kalau harus dibuang semuanya, lebih baik ia berikan pada Ajeng yang memang sedang jelas mengandung.

Sementara Ajeng baru saja keluar dari unit apartemenya. Perempuan itu baru saja membuka tombol buka di panel lift lalu masuk tetiba seseorang dari arah luar ikut masuk juga. Membuat dua pasng netra itu tak sengaja saling menatap.

"Ajeng?" sapa seseorang hampir tak percaya.

"Beneran kamu? Ya ampun ... dari mana?" tanya pria itu merasa speechless.

Perempuan itu termangu di tempat, hampir tidak percaya dipertemukan dengan seseorang yang selama ini masih memenuhi hatinya.

"Kak Denis," jawabnya tercekat.

"Iya, aku mencarimu, kata Hanan kerja di luar kota, tapi kamu di sini?" ujar pria itu cukup antusias.

Ajeng yang sebenarnya tidak siap untuk bertemu dengan Denis. Terlebih tentang kondisinya saat ini. Sayangnya, takdir hari ini mempertemukan keduanya kembali.

Ajeng langsung keluar dari lift begitu pintu itu terbuka, dengan Denis mengikutinya.

"Kamu mau ke mana? Apa kita bisa bicara?" tanya Denis tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu. Keduanya pun mengobrol di taman tak jauh dari apartemen itu.

Akhirnya, setelah sekian purnama tanpa kabar, Denis seperti menemukan titik terang bertemu dengan tambatan hatinya lagi. Namun, mendadak ia merasa kecewa saat respon Ajeng tak lagi sama. Keduanya begitu dekat satu sama lain, bahkan merasa spesial karena mempunyai perasaan yang sama, walaupun tidak pernah membuat kesepakatan pacaran. Denis menunggu waktunya tiba dan akan langsung meminangnya.

"Apa aku punya salah? Kenapa kamu tiba-tiba blokir WA aku, tidak pernah balas DM aku?" tanya pria itu kebingungan.

"Aku sudah lama tidak bersosial media, maaf, tapi sekarang kita udah beda."

"Maksudnya? Ada apa, Ajeng? Kamu bahkan membohongi adikmu tentang tempat tinggalmu, kamu tidak seperti Ajeng yang aku kenal," ujar Denis merasa begitu kecewa.

Perempuan yang selalu ia sebut dalam doanya tak lagi sehangat terakhir mereka bertemu. Denis dan Ajeng terpisah lantaran pria itu melanjutkan study ke Luar Negeri. Mereka masih rajin berkomunikasi lewat sosial media. Namun, beberapa bulan yang lalu mendadak Ajeng memutus semua kontaknya.

"Tolong jangan beritahu Hanan tentang keberadaanku, aku sengaja berbohong," jawab Ajeng yang membuat Denis terdiam. Merasakan aura yang berbeda dari diri Ajeng.

"Kamu tinggal di mana? Aku tidak akan beritahu Hanan, tolong buka blokiran WA aku, Ajeng. Banyak hal yang harus kita bahas, aku tidak bohong, 'kan? Menepati janjiku setelah lulus kuliah."

"Nanti aku buka, maaf Kak, aku masih ada urusan," pamit Ajeng yang sebenarnya merasa malu dan cemas tentang kondisinya saat ini.

"Urusan apa? Bolehkah aku mengantarmu?" pinta Denis harap-harap cemas.

"Nggak usah Kak, aku pergi dulu," ujar perempuan itu bergegas.

Denis yang sebenarnya tengah sibuk pun sampai lupa sejenak, mengejar Ajeng untuk meminta penjelasan.

"Kamu mengikutiku?"

"Iya, beri tahu tempat tinggalmu, bagaimana caranya aku bisa menemuimu kembali setelah ini," ujar pria itu tak mau kehilangan jejaknya.

"Nanti aku kirim lewat HP saja, aku pergi dulu," ujar perempuan itu beranjak. Bahkan terlihat gusar dan buru-buru.

"Ajeng, dia siapa?" Abi menyerukan namanya yang hari itu memang berniat menemuinya.

Ajeng menoleh ke sumber suara, perempuan itu kaget tentunya, segera pergi meninggalkan tanda tanya yang besar di antara Denis yang masih melihatnya beserta Abi yang menatapnya penuh ingin tahu.

"Laki-laki tadi siapa?" tanya Abi penuh selidik.

"Teman," jawab Ajeng datar, cukup satu kata. Jelas membuat pria itu gemas.

Abi tidak percaya begitu saja, apalagi jelas terlihat pria itu berusaha mengejarnya.

"Ada urusan apa denganmu?" tanyanya lagi yang membuat keduanya saling menatap dalam diam.

Terpopuler

Comments

gia nasgia

gia nasgia

kepo aja atau kepo banget

2024-05-11

0

Lily

Lily

jujur aja sama Denis tentang kondisi kamu Jeng, biar Denis jisa mengambil sikap yg jelas mengenai kalian

2024-02-19

1

Ani Ani

Ani Ani

kenapa hendak marah

2024-02-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!