Sebelum inseminasi buatan, dokter lebih dulu melakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa prosedur aman dan sesuai dengan kondisi pasien. Pemeriksaan tersebut berupa foto rontgen, USG, atau hysterosalpingo-contrast sonography (HyCoSy) dengan gelombang suara.
Inseminasi buatan diawali dengan menyiapkan sampel ******. Dari sampel ****** tersebut, diambil ****** yang terbaik sehingga memperbesar kemungkinan wanita untuk hamil.
"Silahkan Ibu berbaring," ujar dokter mempersilahkan.
Ajeng menurut dengan perasaan deg degan. Tentu saja ini akan menjadi awal dirinya merubah hidupnya dengan segala kemungkinan yang ada.
Setelah pasien berbaring di tempat tidur, dokter bersiap menggunakan spekulum ukuran terkecil untuk melebarkan alat vital perempuan itu. Memasukkan kateter berisi ****** ke dalamnya dengan hati-hati melalui pintu rahim dan masuk ke dalam rahim. Menyemprotkan ****** ke dekat tuba falopi. Setelahnya meminta pasien untuk tetap berbaring selama beberapa saat, kemudian melepaskan kateter serta spekulum itu.
Kurang lebih sepuluh menit kegiatan menegangkan untuk Ajeng itu telah usai. Perempuan itu bisa langsung pulang dan dianjurkan untuk beristirahat setelahnya.
Semua prosedur sudah selesai dilakukan, tinggal menunggu hasilnya. Pria itu mewanti-wanti agar Ajeng menjaganya dengan sebaik mungkin. Hasilnya baru akan diketahui setelah dua minggu kemudian.
"Ingat baik-baik, kamu membawa benih premiumku, jaga dengan benar. Setelah ini beristirahatlah, biar adikmu menjadi urusanku," ujar Abi mempertegas kembali.
Ajeng hanya mengangguk sebagai respon. Setelahnya gadis itu pulang diantar pria yang tadi pagi menjemputnya.
Hari demi hari Ajeng lalui. Kabar baiknya operasi Hanan berjalan lancar dan adik semata wayangnya itu lekas membaik. Bahkan, setelah hampir dua minggu mendapat perawatan intensif, Hanan siang ini sudah boleh pulang ke rumah. Tentu saja Ajeng bahagia luar biasa.
"Maaf ya Mbak, aku sudah banyak merepotkan Mbak Ajeng," sesal Hanan berbagi sesi rasa setelah sampai rumahnya kembali yang cukup sederhana.
Rumah petak berukuran lima kali lima yang terletak di pinggiran kota. Cukup nyaman walau sangat sederhana.
"Jangan pikirkan apa pun, yang penting kamu sembuh," ujar Ajeng tersenyum lega.
"Mbak, apa biaya operasiku sangat mahal? Mbak Ajeng dapat uang dari mana?" tanya Hanan penasaran. Merasa kasihan juga harus melimpahkan semuanya pada kakaknya seorang.
"Ada orang baik yang meminjamkan uang untuk Mbak. Jangan khawatir, kamu fokus saja belajar," jawabnya tenang.
Hanan tidak boleh tahu mengenai hal ini semua. Biarlah adiknya tahu kalau ia berhutang. Toh pada kenyataannya memang ia melakukan dengan meminjamkan rahimnya untuk orang lain.
Perempuan itu baru saja membaringkan tubuhnya ke ranjang tetiba vibrasi ponselnya berbunyi. Rupanya pria berstatus suaminya itu yang mengirim pesan. Mengabarkan besok adalah jadwal kunjungan ke rumah sakit melihat hasil dari dua minggu lalu yang sudah berjalan.
Ajeng tidak merasakan gejala apa pun setelahnya. Hanya sedikit flek pas hari pertama. Entah mengapa ia merasa tidak tenang. Antara nanti hamilnya sesuai yang diinginkan atau tidak.
Pagi harinya, Ajeng sudah berada di rumah sakit. Tak berselang lama, Abi terlihat datang. Pria itu bersemangat menyambut calon anak mereka yang sudah lama diharapkan. Namun, raut kecewa langsung menghampirinya saat melihat hasilnya dan ternyata gagal.
"Kamu ngapain aja sih di rumah! Sudah saya bilang istirahat dengan benar!" sentak Abi terlihat murka. Mereka baru saja keluar dari rumah sakit tengah di dalam mobil.
"Maaf, tapi saya sudah melakukan sesuai perintah Anda, bahkan saya tidak masuk bekerja dan melakukan kegiatan yang berlebihan," bela Ajeng tak terima.
Ajeng benar-benar nyaris dipecat lantaran absen terlalu lama. Membuatnya terancam kehilangan pekerjaan. Beruntung nasib baik masih menaunginya dengan memberikan kesempatan untuk masuk kembali setelah sehat.
"Denger ya, saya sudah mengeluarkan banyak uang, sekali lagi program ini gagal, saya akan gauli kamu dengan caraku sendiri," ancam pria itu serius. Membuat Ajeng menatapnya kaget.
"Kenapa? Kamu istri saya, 'kan? Jadi, itu sangat mungkin," jelasnya cukup lugas.
"Tapi itu tidak sesuai di dalam Perjanjian. Tentang kegagalan ini, kenapa cuma nyalahin saya, bisa saja bibit yang Anda hasilkan tidak begitu baik."
"Maksud kamu, apa? Sudah jelas yang diambil kualitas yang paling baik. Nggak usah ngeles, persiapkan diri kamu saja kalau percobaan ulang sampai gagal!"
Seketika Ajeng langsung lemas mendengar itu, bagaimana bisa pria itu memutar perjanjian itu begitu saja.
Nampaknya Abi begitu murka, tetapi Ajeng tak kalah takutnya. Bagaimana kalau benar nanti pria itu datang dan meminta haknya. Walaupun berstatus suaminya, entah mengapa Ajeng merasa tak rela.
Perempuan itu kembali ke rumah dengan perasaan gamang. Berasa dihantui oleh perkataan suaminya sendiri, suami sementara lebih tepatnya.
"Mbak, melamun, itu telurnya gosong," tunjuk Hanan berjalan ke arahnya.
"Astaghfirullah ... hampir saja," ujarnya tak tenang.
Kenapa jadi banyak pikiran. Kalau memang gagal lagi bukan keinginan Ajeng dan pastinya tidak disengaja. Kata dokter kemungkinan gagal juga memang berpeluang lebih dari separonya.
"Nan, makan dulu, habis ini minum obatnya, kamu masih harus banyak istirahat."
"Iya Mbak, aku ambil sendiri saja," ujarnya tersenyum.
Usai makan siang, Ajeng tidak ke mana-mana, hingga sore hari berencana pergi ke kafe untuk memulai kerja. Tetapi sepertinya tidak mungkin, ia benar-benar masih kepikiran.
"Mbak, ada yang nyariin tuh di luar!" seru Hanan mengetuk pintu kamarnya.
"Siapa, Nan?"
"Nggak tahu, tapi sepertinya pernah lihat," ujarnya yakin.
"Siapa sih sore-sore gini nyariin," gumam Ajeng seraya berjalan ke luar.
"Astaghfirullah!" kaget perempuan itu mendapati ternyata Abi yang mencarinya sampai ke rumah.
"Maaf Mas, datang kenapa nggak ngabari. Bukannya tidak sekarang ya?" ujar Ajeng lirih.
"Ganti pakaian kamu, ikut aku sekarang!" titahnya tanpa mau dibantah.
"Ke mana?"
"Kamu tidak berhak banyak nanya," ujarnya dingin.
Ajeng benar-benar takut Hanan curiga. Perempuan itu pun akhirnya mengiyakan saja.
"Aku pamit dulu, sebentar," ujarnya meminta waktu.
Ajeng menemui adiknya di kamar yang sedari tadi cukup penasaran dengan tamu pria kakaknya. Pasalnya, tidak biasanya Ajeng menerima tamu laki-laki begitu terbuka.
"Nan, Mbak pergi dulu ya, ada urusan sebentar."
"Dia siapa?"
"Owh ... teman Mbak, nggak pa-pa."
"Jangan pulang telat!"
"Jangan menunggu Mbak pulang, bisa jadi malam."
Hanan menatap kepergian kakaknya dan pria itu secara bergantian. Setelah mobil melaju meninggalkan pekarangan rumahnya, Hanan langsung mengunci pintu rumahnya.
Sementara Ajeng terus bertanya-tanya dalam hati. Sebenarnya ke mana pria itu akan membawanya.
"Turun!" titahnya dingin.
Ajeng menurut walau sebenarnya perasaannya kalut. Perempuan itu baru saja ngeh setelah sampai di lobby hotel.
"Kenapa kita ke hotel?" tanya Ajeng mematung.
"Ada yang salah? Vivi menginginkan kamu cepat mengandung, aku bahkan tidak bercerita tentang kegagalan surogasi kemarin. Jadi, sebaiknya kita perlu mencoba dengan metode skin to skin. Mungkin ini akan lebih cepat. Lagian kita suami istri, jadi tidak ada yang salah, bukan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Gamar Abdul Aziz
waduh perjanjian berubah 😀
2024-08-30
0
Elizabeth Yanolivia
merubah = mengubah
2024-08-10
0
Elizabeth Yanolivia
silahkan = silakan
2024-08-10
0