Bab 13

Kalau sudah begini, diam adalah emas. Percuma juga mendebat, atau Abi akan berdalih dengan dalil yang lainnya. Membuat Vivi kalah telak dan tentu saja akan membuat hubungannya renggang. Keduanya pun tak membahas lagi hingga pagi menyapa.

Apa yang Abi kira telah berlalu belum juga berujung, karena pagi ini pria itu mengalami mual muntah yang cukup parah. Lebih dari hari biasanya, sampai karena tak sabar muntah di lantai mengenai istrinya dan itu membuat perempuan itu murka.

"Kamu itu apaan sih, Mas! Aku tuh udah mandi, gini amad sih! Heh!" geram Vivi mendapati dressnya terkena sedikit mutahan Abi.

"Maaf, aku beneran mual dekat kamu, makanya jangan deket-deket kalau pagi," keluh pria itu cukup menyedihkan.

"Hih, nggak jelas banget. Bikin repot orang aja," gerutu perempuan itu terlihat sangat kesal.

Abi tak berdaya mengomel, ia sungguh tersiksa untuk pagi ini, bahkan sampai absen kantor.

"Vi, kamu jangan pergi ya, aku mau kerja dari rumah aja."

"Nggak bisa dong Mas, aku ada acara arisan sama temen-temen. Ini tuh sebulan sekali, sayang banget kalau nggak datang."

"Lagian siangan dikit juga biasanya sembuh, telepon Anto saja kalau butuh apa-apa," jawab perempuan itu masih sedikit jengkel. Sudah suaminya tidak bisa dideketin malah dapat hadiah muntahan, siapa pun pasti akan jengkel.

Selepas Vivi pamit, Abi menghubungi Anto untuk menjemput ke rumahnya.

"An, antar aku ke rumah Ajeng ya?" pinta pria itu dengan wajah sedikit pucat.

"Bapak sakit? Terlihat tidak baik-baik saja," ujar Anto menatap prihatin.

"Hanya syndrom kehamilan, cuma pagi ini terlalu mabok, aku masih belum yakin, tapi mungkin saja perlu aku coba," ujar Abi mengingat-ingat.

Pria itu kemarin merasa sudah benar-benar sembuh setelah berdekatan dengan Ajeng, haruskah pagi ini Abi membuktikan perihal aneh yang terjadi pada dirinya.

Anto pun mengikuti kemauan bosnya dengan mengantar pria itu ke rumah istri sirinya.

"Bawa sesuatu An, aku nggak mau bila datang hanya cuma-cuma," ujar pria itu merasa kurang pas di hati.

Pagi itu Ajeng yang hendak keluar untuk sekedar jalan pagi sambil mencari sarapan pun dikagetkan dengan kedatangan suaminya pagi-pagi.

"Mau ke mana?" tanya pria itu penuh selidik.

"Jalan sekitaran taman, sekalian cari sarapan," jawab perempuan itu datar. Sedikit kaget dengan kedatangan pria itu pagi-pagi yang tak biasanya.

Abi menyodorkan kantong kresek berukuran sedang. Ajeng refleks menerimanya, lalu berbelok kembali ke rumah. Langsung menuju dapur menyiapkan bingkisan itu yang ternyata bubur ayam.

Aneh, tetapi benar adanya, bahkan pria itu merasa langsung lebih baik saat berada di dekatnya. Apa sebenarnya yang terjadi?

"Kenapa? Makan!" titah perempuan itu merasa jengah, saat pria itu diam-diam terus memperhatikannya.

"Jangan sering-sering datang, nanti istrimu bisa salah paham!" kata Ajeng yang membuat Abi menghentikan kunyahannya, lalu menatapnya dalam diam.

"Apa dia menyakitimu?"

"Tidak, seperti yang kamu lihat."

"Kapan chek up lagi ke dokter?"

"Masih minggu depan, nanti aku kabari hasilnya."

"Kabari aku bila saatnya tiba, aku tidak ingin kehilangan satu momen pun yang mungkin tidak akan terulang seiring minggu demi minggu bayi itu tumbuh," ujar Abi terdengar tulus.

"Kamu tidak ngantor?"

"Setiap pagi aku sakit, tapi setelah mengabarkan anak kita jauh lebih baik," jawab pria itu terlihat berbeda dari hari sebelumnya. Lebih lembut, bahkan tak ada satu kata pun yang terdengar menyakitkan seperti yang sering pria itu katakan.

Sementara Vivi, terlihat antusias menceritakan kehamilannya yang sebenarnya bukan miliknya pada teman-temannya. Perempuan itu juga berencana mengundang teman-teman sosialitanya dalam acara empat bulanan nanti yang sudah digadang-gadang sendiri.

Bahkan saat sore hari sudah heboh sendiri menelepon suaminya untuk segera pulang. Menanyakan keberadaannya dan juga mewanti-wanti untuk tidak pulang terlambat hari ini. Padahal Abi sedang banyak pekerjaan yang membuat pria itu pusing sendiri.

"Mas, di mana? Ini sudah jam sembilan kamu belum pulang, jangan bilang kamu pulang ke rumah Ajeng lagi ya?" sapa Vivi di ujung telepon.

"Aku masih lembur, banyak yang aku kerjakan, istirahat saja dulu."

"Aku mau menunggumu, banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu," ujar Vivi tak mau dibantah.

Perempuan itu benar-benar menunggunya, tidak mau kecolongan lagi meninggalkan tidur dan berakhir membiarkan tidak pulang. Lebih parahnya, membiarkan pulang ke rumah madunya, mungkin

"Kenapa malam sekali, aku lelah menunggumu," protes perempuan itu setengah mengantuk.

"Aku kan sudah bilang, jangan menungguku, aku lembur hari ini."

"Mas, kapan acara empat bulanan anak kita, aku tak sabar ingin mengundang teman-teman dan semua keluarga. Agar semua orang tahu, kalau kita akan punya anak, dan ibumu akan percaya sepenuhnya terhadapmu."

"Belum genap empat bulan, emang boleh? Lagian kenapa kamu yang heboh, yang hamil saja masih santai," jawab pria itu cukup menjengkelkan.

Terpopuler

Comments

Iges Satria

Iges Satria

cuma bisa 😅😅😅😅 kasihan kmu vi 🤭

2024-05-16

0

Patrish

Patrish

lhaa.. sikapnya seperti ini... mana mungkin tidak dibanding bandingkan...

2024-02-21

4

Ani Ani

Ani Ani

sibuk pending kan diri

2024-02-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!