Bab 7

"Kenapa baru pulang?" tanya Vivi menyambut suaminya yang baru saja sampai rumah.

"Ada banyak pertemuan di luar, kenapa belum tidur?" Perempuan itu membantu suaminya melepas jas lalu menerima tas kerjanya.

"Mas, besok aku ada acara sama teman-teman, minta uang ya?" pinta perempuan itu sembari glendotan. Abi melepas sepatunya lalu menggulung kemejanya hingga ke siku.

"Aku mandi dulu ya," ujarnya sembari menyambar pipinya yang sedikit berisi.

Usai membersihkan diri, Abi menyusul istrinya ke tempat tidur.

"Mama tadi telepon, ngirimin WA dari kamu hasil chek up Ajeng. Kamu claim hamil?"

"Iya lah, biar orang tua kamu tahunya aku yang hamil. Lagian itu emang anak kamu, anak kita maksudnya. Jadi nggak pa-pa, 'kan?"

"Nggak pa-pa kok, semoga mama nggak curiga sampai lahiran nanti."

"Aku udah nggak sabar si Ajeng melahirkan, terus bayi itu bakalan jadi milik kita. Mama sama papa kamu pasti seneng banget, dan aku tetap jadi menantu kesayangannya," ujarnya tersenyum seraya memeluk suaminya.

"Sabar dong, baru juga mau jalan sembilan minggu, nikmati saja hari-hari ini," ujarnya balas memeluk.

Sepasang pasutri itu tidur dengan tenang. Hingga pagi menyapa, Abi merasa tidak nyaman. Ia mendadak merasa mual, enek, dan tak karu-karuan. Pria itu terjaga dan langsung bergegas ke kamar mandi menumpahkan isi perutnya yang tak kunjung keluar. Hanya mual-mual yang mendera dan cukup menyiksa.

"Mas, kamu kenapa? Masuk angin?" tanya Vivi cemas. Melihat suaminya mendadak tak sehat.

"Nggak tahu, nggak enak badan," keluhnya lemas.

"Duduk dulu Mas, aku buatin teh anget ya," ujar perempuan itu perhatian.

Vivi kembali datang dengan membawa segelas teh hangat.

"Minum dulu Mas," ujarnya membantu memegang gelasnya.

"Kita ke dokter aja ya, kamu sepertinya masuk angin berat."

"Minum obat dulu aja, paling juga nanti sembuh," jawab pria itu merasa lebih baik.

Abi tetap pergi ke kantor seperti biasanya. Kondisi tubuhnya juga sehat walafiat menjelang siang hari padahal paginya begitu uring-uringan, dan itu terjadi beberapa hari ini. Sampai membuatnya bingung sendiri.

"Cek ke dokter saja, siapa tahu ada penyakit yang nggak diketahui. Sakit kamu aneh," usul Vivi di sore hari.

"Besok kalau masih gini, sekarang aku sehat," jawabnya cuek.

Keesokan paginya lagi, Abi mengalami mual dan muntah bahkan lebih parah dari hari-hari sebelumnya. Karena tidak mau ke rumah sakit, Vivi langsung memanggil dokter keluarga ke rumah.

Pria itu terlihat menyedihkan pagi ini, hanya tiduran di kasur karena merasa lemas.

"Jadi suami saya ini sakit apa, Dok?" tanya Vivi penasaran.

Setelah memeriksa, lalu menganalisis berdasarkan gejala sehari-hari yang dialami Abi, dokter dengan name tag Anwar itu tersenyum lembut.

"Apakah Anda sedang hamil?" tanya Dokter Anwar memastikan istrinya.

"Nggak, emangnya apa hubungannya?" tanya Vivi lebih dari penasaran.

"Mungkin saja Anda hamil tapi belum mengetahuinya, dan Pak Abi ini yang mengalami syndrom couvade, atau kehamilan simpatik, biasanya terjadi pada pria yang terlalu sayang dengan pasangannya atau terlalu perhatian dengan kehamilan istrinya hingga ia ikut merasakan apa yang seharusnya dirasakan ibunya. Saya sarankan Anda cek ke dokter," ujar Dokter Anwar yakin.

Seketika Abi dan Vivi saling tatap, mungkinkah kehamilan Ajeng berpengaruh besar padanya. Tetapi bagaimana bisa, sedang ia bahkan tak pernah bertukar keringat sedikit pun. Kehamilannya pun melalui inseminasi.

Abi baru paham setelah dokter menjelaskan dan pamit pulang. Membuat pria itu sedikit lega tidak mencurigai penyakit pada dirinya yang cukup langka itu. Karena hanya mengalami pagi hari, siang hingga malam pria itu segar bugar, sungguh ajaib sekali.

"Nanti aku pulang terlambat, jangan menungguku," pamit pria itu pada istrinya. Vivi mengiyakan.

Sudah beberapa hari tidak berkunjung ke rumah Ajeng membuat pria itu memutuskan untuk menjenguk ibu dari calon anaknya itu sepulang kerja. Sayang sekali sore itu rumahnya terlihat sepi, ke mana sebenarnya Ajeng pergi padahal suasana di luar hujan cukup deras. Abi hendak menghubunginya ketika perempuan itu sampai di rumahnya.

"Dari mana? Aku kan sudah bilang jangan jauh-jauh! Ya ampun ... sampai basah gini, bagaimana nanti kalau sakit?" tanya pria itu sekaligus memperingatkan.

Ajeng menatap teduh pria berstatus suaminya itu. Pria itu memang selalu muncul tak terduga.

"Keluar sebentar, aku pengen bakso," jawabnya santai sembari masuk menenteng kresek makanan. Pria itu mengekor Ajeng ke dalam.

"Kalau pingin sesuatu itu bilang, jangan keluar saat hujan gini. Nanti kalau masuk angin gimana?"

Ajeng menyorot suaminya yang mendadak cerewet sekali. Keduanya saling tatap beberapa detik, sebelum akhirnya perempuan itu memutus pandangan ke arah lain.

"Ganti dulu pakaian kamu basah," titah Abi meneliti istrinya.

Ajeng tidak menyahut, namun masuk ke kamar. Beberapa menit tak kunjung keluar membuat Abi tak sabar sampai mengetuk pintunya. Tak ada sahutan membuat Abi memutuskan masuk takut terjadi apa-apa pada perempuan itu.

Kamar kosong, namun terdengar gemericik air dari dalam kamar mandi. Membuat pria itu memutuskan untuk menunggu sambil melihat-lihat dekorasi ruangan yang sudah banyak berubah. Rupanya perempuan itu menata sesuai seleranya.

Suara derit pintu kamar mandi yang terdengar mencuri atensi pria dua puluh sembilan tahun itu. Ajeng yang tidak tahu Abi sudah masuk ke kamarnya, berjalan tenang menuju lemari hanya dengan berbalut handuk sebatas dada. Pemandangan itu sontak saja membuat darah pria itu berdesir.

Terpopuler

Comments

gia nasgia

gia nasgia

calon anaknya pandai menghukum ayah nya😂

2024-05-11

0

Nurmalina Gn

Nurmalina Gn

selamat menikmati masa mual ya pak bos

2024-02-20

3

Bunda

Bunda

makanya jangan galak galak sama Ajeng 😀😀😀

2024-02-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!