Fabian turun dari mobil nya, dia sedikit berlari karena mendengar adzan Dzuhur di masjid pondok.
"Silahkan Paman saja ..." Fabian menyilahkan paman nya untuk menjadi imam.
"Kamu saja An, mumpung masih disini." ucap Ayman.
Dengan segera Fabian melakukan gerakan sholat hingga selesai, setelahnya dia berdzikir dan berdoa bersama.
"Fabian mau ke Ambu dulu paman ..." Fabian melangkahkan kaki nya meninggalkan Ayman yang masih duduk di barisan depan, para santri putra sudah masuk ke kelasnya masing-masing untuk beristirahat karena siang jadwal nya mereka untuk tidur.
Degg ...
"Nad ... Nadhifa!" gumam Fabian melihat cinta pertama nya ada di depan matanya sekarang, "Bukannya masih di Kairo?" Fabian bingung, dia mendekati Nadhifa yang sedang duduk manis bersama Ambu nya.
"Assalamualaikum ..." Fabian melihat Nadhifa tanpa berkedip sedikitpun walaupun Nadhifa menggunakan cadar tetapi Fabian masih bisa menebaknya.
Cantik!
"Nad-Nadhifa?" Fabian tak percaya, banyak sekali pertanyaan yang akan terlontarkan mulutnya.
"Mas Bian? Mas Bian kok ada disini?" Nadhifa juga tak kalah kaget melihat Fabian yang sudah berdiri di depannya.
Ambu Anin hanya tersenyum melihatnya.
"Dhifa ... Fabian ini cucu ku ..." ujar Ambu Anin menjelaskan.
"Cucu? Cucu nenek?"
"Ya"
"Nadhifa, kamu ada apa kesini?" tanya Fabian yang melihat Nadhifa hanya tertunduk sambil meremas tangannya.
"Sudah duduk dulu ..." Ambu Anin menyeret Fabian untuk duduk di sebelah nya.
"Jadi begini An ... Nadhifa ingin mengajar di pondok ini," jelas Ambu Anin membuat Fabian gelagapan.
Ya Allah berat nian cobaan mu ...
Fabian menarik nafasnya panjang, "Ya Ambu, Fabian mengerti." Fabian berlalu begitu saja.
Kalau kayak gini, Aku jadi ragu ya Allah ... Tinggal menghitung hari, masa harus di batalin begitu saja, persiapan sudah matang, Astagfirullahaladzim ... Astaghfirullahaladzim ...
Fabian tak henti-hentinya beristighfar sambil mengelap muka nya sedikit kasar.
Bingung? Tentu saja, cinta pertamanya datang menghampiri dirinya tanpa diminta, sedangkan diri nya sudah akan menikah dengan perempuan lain atas dasar perjodohan kedua orangtuanya.
Fabian memilih untuk pulang saja dari pada terus memandang Nadhifa membuat dirinya selalu menahan dan mencoba menjaga perasaan Adiba, calon istrinya.
"Kak? Ada apa ... Kok murung begitu." tanya Pak Alzam ketika putra nya sudah memasuki halaman rumahnya.
"Nggak apa-apa Bi ... Fabian hanya capek saja, mau tidur dulu ..." alasan Fabian lalu keatas untuk beristirahat di kamar nya.
Ya Allah bisa-bisa nya Nadhifa sampai kesini! Fabian mulai merebahkan badannya.
"Astagfirullah ... Ya Allah ..." gumam Fabian bingung dan ragu.
Kepala nya saat ini benar-benar pusing memikirkannya, di sisi lain dia harus menikah dengan Adiba, di sisi satu nya dia juga harus melihat Nadhifa, cinta pertama nya di Kairo yang datang tiba-tiba begitu saja.
Ya Allah ... Fabian ingin berikan petunjuk mu, jalan yang engkau ridhoi di kehidupan ku.
Jika takdir Fabian sudah tepat untuk menikahi Adiba, tolong jauhkan rasa bimbang dan ragu untuk menikahinya dan jauhkan rasa cinta Fabian kepada Nadhifa.
Fabian menjambak rambut nya kasar kemudian dia memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak menetralkan pikiran nya.
***
"Diba sudah ayok kita pulang ..." ujar Bu Amirah memeluk Adiba yang masih terisak di batu nisan sang Ayah tercinta nya.
"Ibu ... Hati Adiba kenapa ya? Jadi ragu ingin menikah dengan Mas Fabian, entahlah bu dorongan hati dari mana." Adiba mencoba mengungkapkan perasaan yang kini dia rasakan.
"Husst, istighfar sayang. Jangan begitu." Bu Amirah memeluk Adiba lalu berkata, "Itu ujian sebelum menikah nak, pasti Ada ... Itu bisikan setan, setan tidak suka jika ada orang yang ingin menikah," Bu Amirah memberi nasihat dan menggandeng tangan Adiba untuk pulang karena hari sudah mulai malam.
"Astagfirullahaladzim ... Tapi perasaan tadi Diba kayak nggak sreg gitu Bu .." Adiba menatap ibu nya penuh perasaan.
"Sudah jangan memikirkan yang tidak-tidak, sekarang kita pulang ya ..." Adiba mengangguk kepalanya pelan dan mengelap wajah yang basah akibat air mata nya.
"Sudah Neng ... Bu Amirah?" tanya Pak Omeng yang berjaga di area sekitar pemakaman keluarga Pak Alzam.
"Sudah Pak, terimakasih ya sudah selalu membersihkan makam suami saya, saya dan anak saya selalu sibuk dirumah karena rumah kami yang begitu jauh dari sini." ujar Bu Amirah kepada Pak Omeng.
"Tidak apa-apa Bu Am ... soal membersihkan ya itu memang tugas saya yang bekerja disini." sahut Pak Omeng.
"Lagian ... Neng- siapa namanya tuh?"
"Adiba." jawab Adiba pelan.
"Iya lagian Neng Adiba mau jadi menantu nya Pak Ustadz Alzam, pasti nggak jauh lagi dari rumah untuk kesini ya ..."
"Iya Pak ... InsyaAllah ..."
"Selamat ya Neng, saya tahu betul Ustadz Fabian itu seperti apa ... Dia putra Pak Ustadz Alzam yang sangat nurut dan patuh kepada kedua orangtuanya ... dan didikan Pak Ustadz Alzam juga selalu dengan cara yang baik."
"Hehe ... Iya Pak," Adiba hanya menganggukkan kepalanya pelan.
"Kalau begitu kami pamit dulu Pak, Assalamualaikum ..." pamit Bu Amirah.
"Waalaikumsalam."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Ditaa
Jangan menunggu di novel ini, nanti Author lanjutkan kalau novel satu nya sudah tamat😊😊, kalau ada waktu luang pasti saya up di novel ini, jangan lupa baca karya author yang satu nya ya ... karena author fokus ngehabisin cerita disana dulu, terimakasih🙏🏼
#Maklum athor masih sekolah
2022-10-31
4