Setelah mengganti baju, Kaira keluar dari kamarnya, Kaira tidak merasa kesal kepada Abi nya bahkan saat ini Kaira merasa malu kepada kedua orangtuanya.
"Umi bagaimana badannya? Masih terasa lemas atau sudah enakan?" tanya Kaira melihat cairan impusannya yang tinggal seperempat lagi habis.
"Sudah enakan Dek, Umi juga mau pergi sama Abi, Adek mau ikut?"
"Umi mau kemana? Umi masih lemas badannya jangan kemana-kemana dulu." Kaira cemas sekaligus khawatir.
"Abi mau menikahkan kakak mu." ucap Bu Aisyi to the point.
"Apa?!" pekik Kaira kencang.
"Iya, Abi mau menikahkan kakak mu." ulang Bu Aisyi kedua kalinya.
"Maksudnya Mi? Di jodohkan begitu?" tanya Kaira bergidik ngeri.
"Kurang lebih seperti itu."
"Memang nya Kakak mau menikah dengan siapa Mi?" tanya Kaira penasaran dan mulai melepaskan impusan di tangan Bu Aisyi.
"Adiba."
"Adiba? Anaknya temannya Abi?"
"Iya dek, Bagaimana adek setuju tidak?"
"Adek mah setuju aja Mi, Kakak Adiba juga Gadis sholehah, ya cocok lah sama Kakak Fabian."
"Kaira juga mau punya Ponakan Mi, temen Kaira sudah jadi Rich Aunty semua, sedangkan Kaira kapan?"
"Kalau begitu Adek bujuk Kakak ya?" ucap Bu Aisyi.
"Kak Fabian pasti tidak bakal rewel Mi." ujar Kaira sambil tersenyum.
"Tidak rewel bagaimana? Kakak mu itu suruh menikah dari dulu tidak mau, Umi jadi khawatir kalau Kakak mu tidak sudi." Bu Aisyi menghela nafasnya panjang.
"Tenang saja Umi, biar Kaira bantu menyelesaikan masalah ini oke? Kaira kan serba bisa hehehe." sombong Kaira sambil membersihkan peralatan yang tadi ia gunakan.
Ceklek ...
Pak Alzam yang sudah rapih dan siap untuk melaksanakan sholat menyembulkan kepalanya di balik pintu kamar.
"Assalamualaikum sayang-sayang ku ..." seru Pak Alzam sambi tersenyum, "Nah putri Abi kalau seperti ini kan terlihat sangat cantik, iya kan Mi?" tanya Pak Alzam meminta persetujuan istrinya.
"Iya Bi." jawab Bu Aisyi.
"Kalau begitu ayok kita sholat berjamaah dulu, Adek Kaira sudah tahu belum?" tanya Pak Alzam.
"Sudah Bi, Abi yakin tidak mau merubah keputusan Abi?" tanya Kaira merasa bimbang, di sisi lain ia ingin menikmati masa-masa bersama kakak nya, di satu sisi juga Kaira ingin menjadi Rich Aunty untuk keponakannya.
"Abi yakin sekali, Adiba juga gadis yang sangat polos, ia jarang bergaul dengan teman-teman sepantarannya."
"Hmm iya Bi, tapi kalau Kak Adiba tidak mau jangan di paksa Bi, kasihan." ujar Kaira pasrah dan merasakan bagaimana jika dirinya yang di jodohkan, Kaira tidak mau.
"Pasti Adiba mau Dek." ujar Pak Alzam kekeh.
Mereka bertiga melakukan sholat hingga 40 menit lamanya karena di lanjutkan dengan berdzikir dan mengaji terlebih dahulu.
Pak Alzam beserta istri dan anaknya sudah sampai di kediaman Bu Amirah dan juga Adiba.
Tok ... Tok ... Tok ...
"Assalamualaikum permisi ..." Pak Alzam mengetuk pintu rumah Bu Amirah.
"Iya Waalaikumsalam, sebentar ..." seru dari dalam.
Saat pintu terbuka, muncul lah Bu Amirah dengan Adiba,
"Eh Pak Alzam, Bu Aisyi ... Silahkan masuk ..." Bu Amirah membuka pintu rumah nya lebar-lebar.
"Terimakasih Bu Am ..." ujar Bu Aisyi sambil duduk di ruang tamu.
"Silahkan di minum dulu Pak ... Bu ... Dek ..." ujar Adiba tersenyum menampakkan deretan giginya yang tersusun rapih dengan membawa teh manis dan biskuit di nampan.
"Terimakasih Adiba ..."
"Terimakasih Kak Adiba ..."
"Sini Adiba duduk disini." pinta Pak Alzam sambil menunjuk kursi kosong di sebelahnya, Adiba pun menurut lalu duduk disana sambil menundukkan kepalanya.
"Adiba?" ucap Pak Alzam.
"Iya Pak?" Adiba masih saja menunduk malu.
"Adiba, Kamu mau kan menikah dengan anak saya?" ujar Pak Alzam, bagai petir di siang bolong Adiba langsung saja mengangkat kepalanya terkejut mendengarkan apa yang di katakan Pak Alzam, begitu juga dengan Bu Amirah yang sama-sama kaget tapi ia terlihat biasa saja.
"Ma ... Maksud Pak Alzam?" ucap Adiba gugup.
"Kemarin Ayah mu meminta kepadaku agar aku selalu menjaga Ibumu serta dirimu Adiba, Saya sudah bilang kepada beliau agar Adiba menikah dengan putraku, Fabian. Dan ayah mu menyutujuinya, Bagaimana?" tanya Pak Alzam santai.
Adiba yang mendengarkan penjelasan Pak Alzam mau tidak mau ia harus menyetujuinya, "Kalau Adiba terserah Ibu saja." Adiba menatap Bu Amirah meminta pendapat.
"Saya sebagai orangtua Adiba setuju, tetapi yang menjalankan semuanya Adiba, jadi Ibu balik lagi bertanya kepadamu sayang, Adiba mau tidak menikah dengan putra Pak Alzam?" tanya balik Bu Amirah kepada putrinya yang sudah tertunduk lemas.
"Adiba mau Pak, tapi bagaimana dengan putra Bapak? Apakah menyutujuinya sama dengan Adiba?" Tanya Adiba menatap Pak Alzam dan Bu Aisyi secara bergantian.
"Tenang Kak, Aku sebagai adiknya punya sejuta cara buat Kak Fabian agar mengiyakan semuanya." sahut Kaira.
"Husst diam." ujar Bu Aisyi sambil mentoel paha Kaira.
"Pasti Putraku Mau," ujar Pak Alzam mantap tanpa beban sedikitpun.
"Alhamdulillah kalau sudah setuju semuanya, nanti lusa kita persiapkan acara tunangannya." ujar Bu Aisyi.
"A-Apa tidak terlalu cepat Bu?" sahut Adiba dengan cepat.
"Lebih cepat lebih baik, iya kan besan?" tanya Bu Aisyi kepada Bu Amirah, Bu Amirah hanya terssnyum simpul sambil menganggukkan kepalanya.
"Yeyyy ... Salam kenal ya calon kakak ipar, aku calon adik ipar mu, Kaira." ujar Kaira sambil mengulurkan tangannya.
"Salam kenal ya Dek Kaira, aku Adiba." Adiba membalas uluran tangan Kaira.
"Kita akan menjadi besan ya Bu Am." ucap Bu Aisyi senang.
"Iya Bu Aisyi, Aku tidak tahu nanti bagaimana mengurus pernikahan mereka, saat ini saja aku sedang tidak memegang uang sepersen pun." Bu Amirah mengeluarkan unek-unek yang sedang mengganjal di hatinya.
"Bu Am tidak usah memikirkan itu, biar Anakku saja yang menanggung semuanya, pestanya sederhana saja." ujar Bu Aisyi.
"Tidak-tidak, Abi mau nya pesta yang sangat meriah, tenang saja Fabian pasti mengiyakan, apalagi ini hanya sehidup sekali Mi, pasti harus meriah di tambah rekan Fabian yang banyak sekali, kita harus persiapkan secara matang dari sekarang." sahut Pak Alzam yang mendengar percakapan mereka berdua.
"Iya Abi, Umi juga senang kalau Abi mau mengadakan pesta besar."
"Iya Mi."
"Sekali lagi terimakasih Pak Alzam, Bu Aisyi. Saya tidak tahu harus membalas jasa kalian dari mana dulu." ujar Bu Amirah terharu.
"Cukup nikahkan Putrimu dan Putraku itu sudah untung banyak Bu Am." canda Pak Alzam.
"Bercanda Bu Am, kami dari hati yang paling dalam ikhlas menolong Bu Am dan tidak usah memikirkan bagaimana cara membayarnya, karena kami sudah ikhlas bahkan sangat ikhlas." sambung Pak Alzam.
"Ya Allah terimakasih ..." Bu Amirah mendengarnya begitu terharu hampir merintikan air matanya.
"Bu Am, Nak Adiba ... Pak Alzam pamit dulu ya, Sudah sore nanti takut maghrib di jalan." ujar Pak Alzam.
Adiba yang dipanggil namanya menoleh dan menghampiri mereka.
"Yahh Abi ... Padahalkan Adek lagi seru mengobrol dengan Kak Adiba." ucap Kaira cemberut.
"Dek Kaira menginap saja." ujar Bu Amirah.
"Hehehe tidak Bu, sebentar lagi kan kita satu rumah iyakan Kak Adiba?" Adiba hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Kami permisi dulu Bu Am, Nak Adiba, Assalamualaikum ..."
"Waalaikumsalam."
"Hati-hati Pak Alzam ... Bu Aisyi." seru Bu Amirah sambil melambaikan tangannya kearah mobil milik Pak Alzam.
"Nak ... Adiba sayang, kamu harus bisa ikhlas menerima semuanya ya? Bagaimana pun itu kemauan Almarhum Ayah mu." nasihat Bu Amirah sambil memeluk putrinya.
"Hiks ... Iya bu, Adiba sangat ikhlas, sangat ikhlas lahir batin ..." Adiba mulai menangis dan menumpahkan semua air matanya di baju ibunya.
"Terimakasih sayang." Bu Amirah merasa lega karena Adiba menerimanya dengan ikhlas dan lapang dada, Kemudian Bu Amirah membalas pelukan Adiba dan terisak bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Febry Valentin
penasaran dgn fabian y
2024-02-14
0
Euis Herdiana C'mahmud Hyuga
.deg deg an takun calon suami nya gx nerima adiba
2023-09-27
0
alvika cahyawati
semoga calon suaminya dpt menerima adiba sebagai istri ya.
2022-11-08
3