Perjalanan Qian Qi, Sun Jian dan Dodo Fung terus berlanjut. Setelah 12 jam perjalanan akhirnya mereka sampai di depan gerbang wilayah tempat tinggal Sun Long dan Dodo Fung. Wilayah ini di lindungi oleh pagar-pagar kawat berduri yang terbentang mengelilingi area seluas 10 hektare.
Setiap beberapa meter ada palang yang bertuliskan “Dilarang memasuki area ini. Jika memasukinya akan langsung diserang”. Tanpa akses tertentu makhluk yang masuk akan langsung diserang oleh teknik formasi berlapis yang telah di pasang oleh Sun Long dan Dodo Fung.
Sun Long tidak ingin membangunkan Qian Qi yang terlihat kelelahan, Maka dari itu Sun Long terpaksa menunggu Qian Qi bangun dari tidurnya. Sun Long hanya duduk memandangi Qian Qi selama beberapa jam.
“Aku ketiduran? Dimana ini?” Qian Qi terbangun.
“Kamu pulas sekali tidurnya”. Qian Qi menoleh ke arah Sun Long. Ia melihat bahu Sun Long yang agak basah wajahnya langsung memerah.
“Maaf Suamiku”. Qian Qi langsung mengelap air liurnya.
“Sudah tidak apa-apa. Aku tidak menyangka wanita kota tidurnya seperti Dodo Fung ngeces. Ha...ha...haaa... ”. Sun Long tersenyum dan tertawa. Qian Qi jadi malu dan salah tingkah ia menutup mukanya dengan tangan.
Qian Qi mencoba mengintip dari celah-celah jarinya. Untuk pertama kalinya ia melihat Sun Long tertawa dan tersenyum. Dari lubuk hatinya muncul sedikit rasa bahagia bisa melihat wajah orang yang paling dingin tersenyum lebar. Hatinya lega mengetahui bahwa Sun Long masihlah manusia biasa.
“Sudahlah. Akhirnya kamu bangun juga, cepat buka bajumu”.
“Eeemmm… Buka baju? Ini beneran atau bercanda?” Qian Qi bingung.
“Ya beneran. Cepat buka bajumu”.
“Ta…tapi ini di tempat umum. Bahkan ada Dodo Fung di sini”.
“Tidak apa-apa tidak ada manusia di sekitar sini. Dodo Fung sudah ku beri obat tidur ia tidak akan bangun. Kamu bukanya di dalam selimut ini. Cepatlah aku sudah lelah menunggu”.
“Ta…tapi…”. Qian Qi memalingkan wajahnya malu.
“Kamu yang bilang sendiri akan melakukan apa saja untuk ayahmu”.
Aku kira Sun Long berbeda. Ternyata sama saja, bahkan lebih bejad di bandingkan Sun Jian. Bagaimana mungkin dia mau melakukannya di tempat umum seperti ini. Bahkan adiknya tepat di belakang kita. Benar-benar tidak bermoral. Dengan terpaksa Qian Qi membuka bajunya berlahan-lahan di balik selimut.
“Tunggu dulu. Putar badanmu perlihatkan bagian punggung saja”. Qian Qi hanya bisa patuh.
Bagian pinggang ke atas tubuh Qian Qi sudah terbuka, hanya menyisakan kain perban yang membalut dadanya. Tiba-tiba saja air matanya mengalir. Tubuhnya bergetar dan kaku. Ia menggenggam selimut yang menutupi bagian depan tubuhnya dengan erat. Belum juga pulih dari luka kemarin sekarang ia hendak dilecehkan lagi di tempat umum.
“Aaahhh…” Qian Qi kaget. Sun Long tiba-tiba saja menarik kain perbannya dan membukanya dengan cukup kasar. Qian Qi menggigit bibirnya, ia hanya bisa menangis ketika tangan Sun Long berkali-kali melewati tubuhnya untuk membuka perban. Sekarang perbannya sudah terbuka, sudah tidak ada apa-apa lagi di bagian pinggang ke atas Qian Qi. Hanya selimut yang menutupi bagian depannya.
“Tahan sebentar”. Sun Long mengeluarkan pena dan menulis sesuatu di punggung Qian Qi.
“Aaahhh… Aaahhh…”. Qian Qi mendesah kegelian.
“Tahan sedikit lagi. Mungkin ini akan sedikit menyengat”. Sun Long mengeluarkan sebuah pedang.
Pe…Pedang? apa yang akan dia lakukan? Qian Qi semakin ketakutan.
Sun Long kemudian menempelkan pedangnya ke punggung Qian Qi.
“Aaahhh…!!!” Qian Qi mendesah semakin keras. Ia bisa merasakan besi dingin di punggungnya. Pedang itu menarik energi Qi dari dalam tubuhnya.
Setelah dirasa cukup Sun Long menarik pedangnya membuat Qian Qi jadi sedikit lemas dan hendak terjatuh. Namun Sun Long segera menyangga tubuh Qian Qi dengan tangan kirinya.
“Satu tahap lagi”. Qian Qi hanya mengangguk berlahan. Sun Long mengangkat pedangnya. Ia mengarahkan bagian bawah pedangnya ke punggung Qian Qi dan menghentaknya.
“Aaahhh…!!!”. Kali ini ******* Qian Qi sangat keras, membuatnya langsung terkulai lemas.
“Qian Qi? Kamu tidak apa-apa? Apa kamu bisa mengenakan pakaianmu lagi?” Qian Qi hanya terdiam tidak menjawab.
Seluruh tubuh Qian Qi terasa lemas. Bahkan ia tidak bisa duduk untuk menahan tubuhnya sendiri. Sun Long memutuskan untuk memakaikan kembali seluruh pakaian Qian Qi. Setelah selesai Sun Long menidurkan Qian Qi di kursi kusir dan menempatkan kepala Qian Qi di pahanya. Sun Long mengelap wajah Qian Qi, tatapan Qian Qi sudah kosong seperti pada hari ia kehilangan ayahnya. Setelah bersih Sun Long menjalankan kereta kudanya lagi.
Beberapa menit kemudian terlihat sebuah menara pengawas yang cukup besar. Di dekat menara itu ada rumah yang bentuknya tidak normal. Rumahnya setinggi dua lantai namun tidak memiliki lantai dua. Rumah yang di design khusus untuk Dodo Fung. Meski terlihat sering menjahili Dodo Fung ternyata rasa sayang Sun Long terhadap adiknya sangatlah besar.
Sun Long turun dari kereta kudanya. Ia langsung menggendong Qian Qi dan membawanya ke kamarnya. Ia menidurkan Qian Qi di kasurnya. Detak jantung Qian Qi kembali berdegup kencang. Ia berharap Sun Long tidak melakukan apa-apa terhadapnya. Untung saja Sun Long hanya menyelimutinya lalu beranjak pergi.
Apa yang Sun Long lakukan terhadapku? Tubuhku menjadi sangat lemas. Sun Long memang belajar tanggung jawab. Tapi ia tidak belajar etika sopan santun. Tanpa malu sama sekali ia membuka bajunya di depan umum dan sekarang aku juga harus melakukannya. Tapi mau bagaimana lagi ini semua demi ayah. Aku tidak boleh membantah Sun Long, Aku tidak boleh egois.
Tapi ini baru awalnya saja. Lambat laun pasti Sun Long meminta hal itu. Aku belum sanggup kalau harus melakukan hal itu. Mungkin saja Sun Long akan memperlakukanku dengan kasar dan menyiksaku. Ibu Ayah tolong bantu anakmu untuk lebih tegar. Qian Qi menangis lagi.
Beberapa menit kemudian tubuh Qian Qi kembali pulih. Namun jiwanya masih terguncang ia hanya bersembunyi di balik selimut. Udara di balik selimut tidak akan keluar kemana-mana. Tanpa sengaja ia mencium aroma tubuh Sun Long. Ia kembali teringat dengan kasur ayahnya membuat Qian Qi tenang kembali dan tersenyum lebar. Seakan doanya langsung terkabul ayahnya membatu menenangkan hatinya.
Sudah satu jam berlalu. Tiba-tiba saja gagang pintu kamar Sun Long berbunyi. Untung saja Qian Qi sudah berada di bawah selimut. Ia memutuskan untuk pura-pura tidur berharap tidak akan ada sesuatu yang terjadi.
Sun Long masuk membawa semangkuk bubur dan beberapa makanan lainnya. Ia membuka selimut dan melihat Qian Qi tertidur.
“Apa kamu menganggapku sebagai musuhmu? Mengapa kamu berbohong lagi padaku. Aku tahu kamu tidak tidur, ketika seseorang sedang syok dan sedih tidak semudah itu untuk tertidur”.
Qian Qi sudah tertangkap basah. Untung saja ia menghadap tembok, Ia hanya membuka matanya tapi tidak berbicara dan hanya diam.
“Kamu harus makan dulu, aku sudah membawakan makanan untukmu”.
Qian Qi tidak menanggapinya.
Sun Long menghela nafasnya. “Qian Qi kamu harus memakan makanan ini. apa Kamu tidak peduli dengan keselamatan ayahmu”.
Qian Qi yang merasa diancam mau tidak mau ia membalikkan badannya. Ia hendak duduk namun tubuhnya ternyata masih sedikit lemas. Sun Long membantu mengangkat tubuhnya.
“Sepertinya efek penanda formasi belum hilang juga. Biar aku suapin”.
Qian Qi tidak menjawab ia hanya menurut saja. Sun Long menyuapi Qian Qi bubur. Baru satu suap ternyata buburnya sangat enak. Ia makan dengan lahap seluruh makanan yang di buat Sun Long. Tanpa sadar semuanya sudah habis begitu saja. Sun Long tersenyum. Melihat senyum Sun Long Qian Qi memalingkan wajahnya seperti jual mahal.
Hanya dengan makanan segini kamu pikir bisa merubah suasana hatiku. Tidak mungkin. Makanan ini kurang banyak. Aku ingin memakannya lagi. Rasanya enak sekali ternyata Sun Long jago masak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments