Di dalam kereta kuda Qian Qi hanya duduk terdiam dengan tatapan kosong. Masih dengan pakaian pengantin yang kotor karena terkena darah hitam dari ayahnya. Hidupnya sudah berakhir, ia tidak punya semangat hidup lagi. Sekarang ia hanya sebatang kara. Tidak akan ada yang peduli kepadanya.
Tidak seperti dihadapan banyak orang di dalam kereta kuda Sun Fangxin menunjukan jati dirinya. Ia memeluk erat Qian Qi seperti seorang ibu memeluk anaknya. Ia mengelus-elus rambut dan membersihkan wajah Qian Qi. Ia dapat merasakan detak jantung Qian Qi. Detak jantungnya tidak beraturan kadang cepat kadang pelan selalu berubah-ubah secara signifikan. Menggambarkan perasaannya saat ini.
Sudah beberapa jam Sun Fangxin mencoba menenangkan Qian Qi namun tidak berhasil juga. Akhirnya ia teringat dengan mendiang ibunya Qian Qi yang merupakan sahabatnya. Ia sering melihat ibunya Qian Qi bersenandung di sore hari mendoakan Qian Qi sewaktu kecil. Akhirnya ia mencoba bersenandung dengan lembut.
“Putriku yang baik dan rupawan… Dengarlah ibu berdoa untukmu…”Sun Fangxin bersenandung.
Mendengar senandung Sun Fangxin membuat Qian Qi sadar kembali. Ia membalas pelukan Sun Fangxin dan menangis sejadi-jadinya. Ia menangis cukup lama hingga tidak terasa mereka sudah keluar dari perbatasan kekaisaran Sun. Sun Fangxin melepaskan pelukannya dan menatap mata Qian Qi.
“Qian Qi dengarkan aku baik-baik. Aku tahu kamu sedang dalam keadaan yang tidak karuan. Tapi aku sudah berjanji pada ayah dan ibumu untuk menjagamu ketika mereka telah tiada. Memang terdengar kejam tapi aku akan menikahkanmu dengan seorang pangeran yang diasingkan dari kekaisarannya sendiri. Kamu akan hidup bersama dia dan adiknya di neraka. Jauh ke selatan di area surga para monster dan iblis. Aku ingin kamu mengikuti segala perintahnya, jika tidak kamu akan mati”. Qian Qi tidak menghiraukan perkataan Sun Fangxin.
Sudah ku duga. Wanita ini sama seperti yang lainnya. Lagi-lagi aku diperlakukan seperti barang, hanya untuk bisnis. Bahkan sampai memanfaatkan ayah dan ibu. Raut wajah Qian Qi langsung berubah.
Sun Fangxin tersenyum. “Kamu masih mencurigaiku? Mungkin kamu sudah lupa tapi saat usiamu 2 sampai 3 tahun aku yang mengurusmu. Ayah dan ibumu merupakan sahabat terbaikku”. Sun Fangxin memegang tangan Qian Qi dengan lembut dan mengarahkannya ke sebuah kalung.
Tiba-tiba saja jiwa Qian Qi berpindah ke dalam kalung itu. Qian Qi melihat sebuah padang rumput yang begitu indah dan di tengahnya ada sebuah altar besar seperti tempat tidur. Terdapat orang yang sedang tertidur di atasnya. Sun Fangxin muncul dari belakang Qian Qi. Ia menuntun Qian Qi untuk melihat sosok yang sedang tertidur. Ternyata sosok yang tertidur itu adalah ayahnya.
“A…ayah…!!! Ayah maafkan Qian Qi”. Qian Qi langsung memeluk ayahnya.
“Qian Qi... sedih sih sedih. Tapi jangan terlalu kencang memeluk ayahmu. Aku takut ayahmu kenapa-kenapa”. Qian Qi tersentak sadar.
“Tenang Qian Qi. Ayahmu tidak akan kemana-mana”. Sun Fangxin mengelap air mata Qian Qi dan air mata yang jatuh di wajah Qian Tao.
Melihat Sun Fangxin yang begitu perhatian pada dirinya dan ayahnya. Membuat Qian Qi mulai percaya pada Nyonya Sun Fangxin.
“Nyonya Sun Fangxin kenapa ayah bisa ada di sini? Apakah dia baik-baik saja”.
“Ini hanya jiwa ayahmu Qian Qi. Saat ayahmu wafat aku langsung menangkap jiwanya ke dalam kalung ini. Ini adalah Kalung Giok Jiwa”.
“Kalung Giok Jiwa? bukankah itu hanya sebuah mitos?”.
“Sun Long yang memberikannya padaku. Secara tidak langsung calon suamimu telah menyelamatkan ayahmu. Aku akan menjaga kalung ini sampai kamu siap mendapatkannya atau tubuh bonekanya siap”.
“Tubuh boneka? Tubuh boneka yang ada di toko-toko? Untuk apa Nyonya?”.
“Bukan tubuh boneka yang seperti itu. Melainkan tubuh boneka yang diperkuat. Aku akan meminta Sun Long untuk membuatkan sebuah tubuh boneka agar ayahmu bisa merasukinya. Aku tidak ingin ayahmu kesepian di dalam sini. Aku akan menghidupkannya kembali tapi dalam wujud boneka”.
“Hidup kembali? Jika benar bisa seperti itu, aku akan melakukan segala sesuatu yang Nyonya perintahkan”. Qian Qi sujud kepada Sun Fangxin.
“Ayo kita kembali dulu”. Sun Fangxin menarik tangan Qian Qi dan mereka kembali ke tubuhnya masing-masing.
Nyonya Sun Fangxin memegang pipi Qian Qi dengan lembut. “Kalau saja kamu adalah anakku. Meski kamu bukan anak kandungku, aku sudah menganggapmu seperti anakku sendiri. Tidak perlu sujud seperti itu. Kamu harusnya berterimakasih pada Sun Long aku hanya menggunakan barang-barang yang diberikan olehnya. Aku punya dua permintaan untukmu Qian Qi. Satu buat dirimu bahagia bersama Sun Long. Dua bahagiakanlah Sun Long. Percayalah padaku Sun Long akan menjadi suami terbaik untukmu dan kamu akan menjadi istri terbaik untuknya”.
“Tapi Nyonya aku tidak yakin ia akan menerimaku. Aku sudah tidak suci lagi”. Qian Qi menangis tubuhnya bergetar.
“Maafkan aku. Aku tidak bisa melindungimu dari bajingan itu. Tapi Qian Qi kamu tidak perlu khawatir. Sun Long memiliki hati yang besar ia tidak akan mempermasalahkan hal seperti itu”. Sun Fangxin memeluk Qian Qi.
“Nyonya Sun Fangxin kita sudah sampai”. Seakan-akan kesedihan mampu menelan waktu. Tidak terasa perjalanan 12 jam sudah berlalu.
Wajah Qian Qi sudah mulai berubah. Tidak seperti tatapan kosong sebelumnya kali ini ada sedikit harapan di matanya. Sun Fangxin menggenggam tangan Qian Qi dan menuntunnya keluar dari kereta kuda.
“Ha…ha…haaa… kamu kalah lagi. Sini aku coret lagi mukamu, cepat menunduk”. Sun Long mencoret wajah adiknya dengan arang.
“Kakak curang. Ngeee… Bibi kakak curang”. Dodo Fung langsung mengadu pada bibinya. Qian Qi yang baru turun langsung kaget melihat seorang laki-laki dengan tubuh yang sangat besar berlari ke arah Sun Fangxin.
“Sudahlah Sun Long kamu jangan menjahili adikmu terus. Muka adikmu sampai hitam semua seperti ini”. Sun Fangxin Mengelap muka Dodo Fung.
“Habis bibi lama sekali datangnya kami jadi bosan. Kebetulan kami membawa banyak kelereng jadi kami main kelereng dulu”.
“Sun Long… Sun Long… Badanmu saja yang semakin besar jiwamu tidak berubah sama sekali. Sudah Dodo Fung jangan menangis lagi, kamukan sudah besar. Bibi punya sesuatu untukmu. Selamat ulang tahun yang ke 18. Ini hadiah dari bibi. Lihatlah ini”. Bibi memberikan sebuah boneka berbentuk Iblis singa api.
“Terima kasih bi”. Dodo Fung memeluk Sun Fangxin.
“Bagaimana dia mau tumbuh dewasa kalau setiap tahun bibi kasih dia boneka. Lagi pula ada apa bi? tumben-tumbennya memanggil kami sekarang. Kesepakatannya kita bertemu setiap akhir tahunkan”.
“Memangnya tidak boleh? Bibi sudah kangen dengan keponakan bibi. Terserah bibi mau memanggil kalian kapan saja. Bibi juga membawa hadiah untukmu. Walau ulang tahunmu masih lama karena kita jarang ketemu bibi akan memberikannya sekarang”.
“Bibi… Bibi… Aku sudah bersama Bibi bahkan sejak belum lahir. Tidak perlu disembunyikan lagi. Mata Bibi menggambarkan segalanya. Kemarilah Bi. Bibi sudah menahannya cukup lama”. Sun Fangxin langsung berlari bersipuh memeluk Sun Long.
“Lagi-lagi Bibi gagal menjaga orang-orang yang paling bibi sayangi. Qian Tao telah gugur”. Tangis Sun Fangxin pecah.
Qian Qi yang melihatnya sangat kaget. Ia tidak menyangka dibalik ketegaran dan kedewasaan yang Nyonya Sun Fangxin berikan kepadanya. Ternyata Nyonya Sun Fangxin bisa menangis tersedu-sedu seperti itu. Selain dirinya ternyata masih ada orang yang sangat peduli dengan ayahnya. Nyonya Sun Fangxin tidak berbohong.
Melihat tangis Nyonya Sun Fangxin tiba-tiba saja air mata Qian Qi ikut terjatuh. Air mata sedih dan air mata kebahagiaan menjadi satu. Ternyata ia tidak sendirian lagi. Air mata Nyonya Sun Fangxin benar-benar murni dan jujur.
“Bajingan!!! Kita harus mempercepat segalanya. Dodo Fung kamu dengar sendiri sekarang korbannya adalah Paman Qian Tao. Keluarga kita berkurang satu lagi”.
“Pa…Paman Kuda Kayu tidak mungkin. Paman Kuda Kayu tidak boleh mati, Paman sangat baik. Ngeee…”. Dodo Fung ikutan menangis.
“Dodo Fung kita tidak punya waktu untuk menangis. Kita harus menambah jam kerja kita. Kita harus segera menyelesaikannya”.
“Kalian tidak perlu memaksakan diri. Bibi takut kalian malah sakit. Berkat Kalung Giok Jiwa yang kalian berikan Qian Tao bisa diselamatkan. Bibi ingin kalian membuat tubuh boneka yang cukup kuat agar Qian Tao bisa kita pindahkan dan kekuatannya tidak menurun”.
Qian Qi tiba-tiba bersujud kepada Sun Long. “Terima kasih Pangeran Sun Long berkat Pangeran ayah bisa diselamatkan. Aku memang tidak punya apa-apa lagi. Tapi aku akan memberikan segalanya untukmu bahkan nyawa sekali pun”.
Sun Long menatap Qian Qi dingin. “Apakah dia Qian Qi Bi?”.
“Benar Sun Long dia adalah Qian Qi”.
“Anak ini tidak berubah sama sekali. Dengan mudahnya bilang akan memberikan segalanya. Kebodohan yang paling murni. Banyak orang yang mengorbankan nyawa untuknya. Tapi si bodoh ini dengan mudahnya bilang seperti itu. dia tidak menghargai usaha kami”. Qian Qi tercengang mendengarnya.
“Sun Long! Kamu terlalu kejam. Kamu harusnya mengerti Qian Qi hanya gadis kota yang berusia 15 tahun. Lagi pula dia tidak tahu apa-apa, Qian Tao tidak pernah memberi tahunya. Mulai sekarang kamu harus lebih baik padanya, karena dia akan menjadi istrimu. Dia akan menjadi milikmu dan kamu akan menjadi miliknya. Dia adalah hadiah yang bibi berikan untuk ulang tahunmu yang ke 22”.
“Maafkan aku Qian Qi. Aku kelepasan”. Sun Long menarik nafas.
“Ti…tidak perlu minta maaf Pangeran. Perkataan Pangeran benar. Aku terlalu bodoh untuk memahami hal itu”.
“Sudahlah kita lupakan saja. Kita harus membahas hal yang lebih penting. Bibi kenapa Bibi ingin aku menikahinya? Aku tidak setuju itu seperti menambah bebanku saja”.
“Karena itu adalah keinginan mendiang ibumu dan mendiang ibunya Qian Qi”.
Mendengar perkataan Sun Fangxin, Sun Long hanya diam dan menggaruk kepalanya. Ia menarik nafasnya dan mengeluarkan sebuah cincin dari bajunya. Dengan lembut dia memegang tangan Qian Qi dan hendak memasukan cincin itu ke jari manisnya. Namun, Qian Qi menarik tangannya.
“Maaf Pangeran. Sebelum itu pangeran harus mengetahui kebenarannya, bahwa aku sudah tidak suci lagi”.
Sun Long menatapnya dingin. “Bahkan kalau kamu adalah batu. Jika ibuku bilang harus menikahimu maka aku akan menikahimu”.
Qian Qi menggigit bibirnya, Air matanya mulai mengalir dan tubuhnya bergetar. Hatinya hancur berkeping-keping. Kali ini ia tidak bimbang lagi. Sudah pasti pernikahannya dengan Sun Long akan menjadi mimpi buruk baginya.
Akhirnya cincin itu terpasang di jari manisnya. Ia melihat cincin itu memang sangat indah dengan batu berlian di sekililingnya, tapi Ia meresakan tekanan yang sangat berat dari jari manisnya.
“Sudah bi nikahkan kami”.
Akhirnya acara pernikahan sudah terlaksana. Sun Long dan Qian Qi sudah sah menjadi suami istri. Pernikahan yang hening di perbatasan selatan kekaisaran Sun. Sun Long menikahinya karena di suruh oleh ibunya dan Qian Qi menikahinya demi ayahnya. Tidak ada rasa cinta di dalam pernikahan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments