Kamila merasa mual ketika mereka tiba di Busan. Tak heran karena ini pertama kali dirinya terbang sangat jauh dan kini berdiri di bawah atmosfer dengan iklim berbeda.
Karena sakitnya, Kamila harus dipapah oleh Dios. Ia berharap itu Ribia, tapi ternyata dia juga mengalami hal sama dan yang nampak terbiasa terbang cuma para pria.
"Maaf, Tuan Muda." Kamila merasa ingin muntah, ingin pingsan, ingin remuk. Ia menutup mulut, dan wajahnya pucat. "Saya bisa sendiri. Anda—ugh."
"Berhenti mendebat. Kita akan sampai di penginapan sebentar lagi."
Rasanya membantah pun tidak bisa. Kamila mabuk berat. Karena itu ia tak menyadari bahwa Iaros sedang berjalan menuju mereka, bersama Helen di sampingnya.
"Kamila, ada apa?"
Dios merasa ingin tertawa melihat Iaros berusaha membuat kesan dia tak sengaja datang dan tak sengaja bertanya, tapi jelas-jelas tajam memerhatikan tangan Dios di pinggang Kamila.
"Dia jetlag." Dios sebenarnya tidak mau terlalu berbaik hati, namun karena Iaros repot-repot datang, tanpa ragu ia menggendong Kamila. "Aku akan membawanya. Pergilah, Kakak, bersama istrimu."
Tak ia sangka, Iaros menahan bahunya. "Aku yang akan membawa Kamila. Ini tanggung jawabku memaksanya pergi."
Omong kosong.
"Ayolah, Iaros. Memangnya aku tidak bertanggung jawab untuk kakakku? Biar kubawa dia. Kalian pengantin baru pergi saja."
Sementara itu, Kamila mulai tak tahan ingin muntah. Terlebih dengan kehadiran Helen di samping Iaros membuatnya merasakan desakan psikologis.
"Apa Anda ingin saya ditertawakan karena ditinggalkan oleh suami saya, yang baru saya nikahi, demi Nona? Apa itu bentuk kepuasan pribadi, Nona?"
Kamila ingin menangis.
Spontan ia memegangi pakaian Dios, lemas berkata, "Saya ... akan pergi dengan Tuan Muda Dios saja, Tuan Muda. Anda nikmati waktu Anda."
Dios diam-diam mengangkat alis.
Heh, ternyata bisa juga dia melakukan sesuatu yang menyenangkan. Pikir Dios dia hanya bisa menggigil ketakutan dan pingsan.
"Kamu dengar?" timpalnya. "Pengantin baru lakukan saja yang biasa dilakukan pengantin baru. Akan lebih baik anakmu lebih dulu lahir daripada anakku."
Sangat menyenangkan bagi Dios pergi meninggalkan Iaros yang tampak siap meremukkan seseorang.
*
Iaros mengepalkan tangan dan berusaha tidak terpancing.
Ia tahu orang seperti Dios adalah orang yang paling Kamila tidak sukai karena kebrengsekannya.
Wanitanya adalah wanita yang suci. Dia hanya menyukai seseorang yang baik dan penyayang. Dia tidak menyukai seseorang yang memiliki maksud jahat seperti Dios.
Tapi ... meletakkan tangan kotornya di tubuh Kamila dengan alasan membantu, Iaros nyaris kehilangan akal sehat.
Beraninya dia.
Beraninya menyentuh apa yang seharusnya tidak dia sentuh.
Kamila mudah ketakutan. Iaros menyiram air dingin ke kepalanya setiba di vila tempat seluruh Narendra akan menempatkan tiga minggu kedepan. Aku harus bersabar untuk Kamila. Dia mudah merasa terancam.
Ingatan Kamila mengalami masalah karena perasaan traumatis. Jika Iaros terlalu mengguncang, dia mungkin malah terpincu mengingat semuanya dan membenci Iaros.
"Ribia."
Setelah menenangkan diri di kamarnya, Iaros mendatangi kamar adiknya yang ia tahu dekat dengan Kamila. Meski juga sama lemas, Ribia tidak selemah Kamila.
"Apa?"
"Kamila sepertinya sakit parah." Iaros bersikap biasa. "Dia juga duduk dengan Dios sepanjang waktu di pesawat. Aku khawatir anak itu melakukan sesuatu yang tidak waras. Jadi bisakah kamu pergi mengecek Kamila?"
Ribia terlihat berpikir. "Kurasa benar juga. Baiklah. Akan kulakukan."
"Jangan terlalu memaksakan diri juga."
Setelah itu, Iaros segera pergi.
Tapi hal yang Iaros lewatkan, di kamar Ribia sebenarnya ada Agav, pengawal Ribia. Pria itu berada di balik pintu, memasang keseluruhan kencing pakaiannya yang terbuka setelah memeluk Ribia yang mabuk perjalanan.
Tentu saja, itu bukan skandal. Pengawal Narendra bagi wanita Narendra berfungsi juga sebagai 'kekasih' dalam bayangan. Memang sebuah kewajiban bagi mereka menghabiskan waktu intim dengan tuannya.
"Tuan Muda Iaros meletakkan ketertarikan aneh pada Nona Kamila." Agav mengatakannya sambil membantu Ribia berganti baju.
Ribia memiringkan wajah, tak paham. "Kakak Iaros memang sering mengkhawatirkan adiknya. Apalagi, Kakak dan Kamila memang teman kecil."
"Tidak. Menurut saya, mereka lebih dari teman."
"Agav, perkataanmu bisa diberi hukuman berat."
"Karena itu saya mengatakannya hanya pada Nona." Agav tersenyum kecil. "Apa Nona menentangnya?"
Ribia mendengkus. "Aku ini tidak menyukai Dios karena dia pernah tidur dengan Demeter."
Iya, Dios punya adik perempuan seibu dan dia pernah meniduri adik perempuannya itu. Meski dalam Narendra hubungan inses tidak dilarang asal tidak menghasilkan anak, tetap saja bagi Ribia dia menjijikan.
"Kamila adalah Narendra dan Iaros adalah Narendra. Setengah Narendra, Narendra murni, itu cuma nama bagiku. Kami semua saudara."
Ya, mustahil ada apa-apa.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments