"Anda baik-baik saja, Nona," ucap Dokter setelah melalui pemeriksaan lengkap dalam mesin scan di ruang bawah tanah. "Tubuh Anda sehat. Tidak ada kerusakan atau inveksi."
"Tapi kepalaku sakit."
"Nona kurang mengonsumsi air putih." Dokter tersenyum lembut. "Tolong paksakan diri setidaknya meminum air dua liter sehari, Nona. Otak manusia bekerja dengan listrik dan air adalah sumber energinya. Jika otak kekurangan asupan air, itu bisa jadi salah satu penyebab sakit kepala."
Meski Kamila tahu karena ia juga belajar medis, dirinya jadi tersadar.
Benar juga. Beberapa waktu ini ia kurang minum dan hanya terus menangis.
"Kalau begitu, aku permisi, Dokter."
"Tentu, Nona."
Tatapan Dokter itu tertancap pada punggung Kamila sampai gadis tersebut melihat, lalu menatap laporan kesehatan yang sebenarnya menunjukkan masalah.
"Maaf, Nona," gumam dokter itu tanpa diketahui siapa pun.
Sementara Kamila berjalan menuju ke atas, memeluk dirinya sendiri dengan selendang.
Gunung tempat kastil mereka berdiri adalah wilayah terdingin di negara ini. Suhu di siang hari tempat ini hanya berkisar sepuluh derajat atau bahkan kurang hingga rasanya sulit berkeringat.
Kamila berjalan naik ke lantai tiga dari lima lantai kastil, menuju ke kamarnya bersama buku usang yang ia temukan di perpustakaan.
Duduk sendirian di atas tempat tidur, Kamila membuka buku itu. Tadinya ia berpikir ini buku bacaan teoritis atau mungkin sebuah coretan jurnal kecil, namun ternyata salah.
Itu ... buku harian.
Kamila tersentak hanya dalam sekali buka, menemukan sebuah tulisan indah di atas kertasnya yang usang.
"Namaku ... Kamila?"
Jangan bilang ini buku Kamila leluhurnya?!
Kamila adalah anak haram Narendra yang pertama sekali dibawa ke kediaman Narendra saat berusia dua puluh satu tahun. Saat itu sudah ada peraturan bahwa keturunan Narendra tidak boleh menikah kecuali prianya.
Kenapa ada peraturan semacam itu? Kata Ibu, wanita Narendra adalah wanita terhormat. Tidak boleh sedikitpun mereka mengangkangkan kaki untuk seorang pria apalagi menikah dan menjadi budak mereka.
Tapi Kamila leluhur Kamila ini diizinkan memiliki anak untuk sebuah alasan. Yang sampai sekarang Kamila harap seharusnya dulu tidak jika memang dia hanya meninggalkan anak cucunya dalam kondisi menyedihkan.
"Hari ini Ayah menyusul kepergian Nyonya." Kamila membaca tulisan indah itu baik-baik. "Aku berharap waktu berputar. Aku berharap mengubah sesuatu sebelum kehilangan. Aku ingin Ayah kembali. Aku tidak bisa hidup kesepian tanpa Ayah."
Ah, mungkinkah dia menulisnya saat kematian Luka Narendra? Dia menyebut Nyonya, karena ibunya Kamila adalah wanita luar Narendra yang seumur hidup dia tinggalkan setelah berpindah ke Narendra.
"Iaros, apa yang harus kulakukan?"
Iaros?
Kenapa nama Iaros ada di sini?
Tidak. Dalam sejarah, tidak ada nama Iaros dalam keturunan Narendra. Belum pernah ada Iaros kecuali Iaros yang Kamila kenal, jadi siapa ini?
Kamila membuka-buka lembaran buku harian itu. Berusaha menemukan petunjuk sampai ia berhenti di sebuah halaman.
"Aku merasa bersalah pada Jenggala." Kalau tidak salah, Jenggala adalah nama pengawal Kamila masa itu. "Aku tahu dia mencintaiku. Aku juga mencintainya. Tapi, maaf, aku masih mencintai Iaros."
Jantung Kamila serada diremas.
Ada Iaros lain di rumah ini enam generasi yang lalu?
"Aku tidak bisa melupakan hari di mana kamu berkata berbohong mencintaiku. Kenapa harus Lissa? Kenapa bukan aku? Aku berharap aku mengalah. Aku berharap aku mengerti. Tapi Tuan Muda, tolong, tolong mengerti bahwa Anda membuat saya mencintai Anda melebihi saya mencintai diri saya."
Kamila menatap gamang goresan tinta usang itu.
Nama dia Kamila, namanya Kamila.
Nama pria yang dia cintai Iaros, nama pria yang Kamila cintai juga Iaros.
Lalu pria yang dia cintai bersama wanita lain, sementara pria yang Kamila cintai juga—
"Lissa?!" Kamila tersadar ada sesuatu yang aneh di sini.
Ia buru-buru beranjak, berlari kencang meski kepalanya berdenyut menuju lantai lima.
Di sana, di sebuah ruangan yang merupakan tempat penyimpanan lukisan anak-anak Narendra, terpampang wajah seorang gadis cantik berambut ungu yang tersenyum angkuh menatap mereka.
Dia Lissa.
Dia Lissa Makaria Narendra.
Dia Narendra!
Lalu Kamila menyebut Iaros dengan sebutan Tuan Muda.
Kalau begitu mereka—
"Kamila."
Saat Kamila sibuk memecahkan misteri di kepalanya, sebuah suara membuat dunia beku. Ia kaku memalingkan tubuhnya, menahan napas ketika sosok Iaros berdiri di sana, sampai-sampai ia terjatuh lemas.
Napas Kamila mendadak sesak.
Keringatnya bercucuran hebat. Mendadak lupa mengenai buku harian dan ingat bahwa ini adalah pertama kali setelah bertahun-tahun mereka tidak bertemu.
Dia pergi.
Kamila menangis.
Dia pergi begitu saja seolah semua yang dia berikan padaku hanya kebohongan.
"Kamila, apa yang terjadi? Kenapa kamu—"
"Jangan menyentuh saya!" Kamila memekik tertahan. Menepis tangan Iaros dari lengannya dan menangis semakin hebat.
Untuk apa dia datang? Memamerkan bahwa dia akan menikah sementara Kamila terkurung di kastil ini selamanya?
Atau menertawakan betapa bodoh Kamila karena berpikir mereka pernah saling mencintai, lalu semuanya ternyata cuma permainan?
"Kamila, tenangkan dirimu. Aku tidak—"
"Menjauh dari saya!" Kamila memegangi kepalanya yang berdenyut-denyut tak karuan. "Bagi Anda, semuanya hanya permainan, kan?"
"Kamila."
"Anda senang karena terbebas dari saya, kan?!"
Kamila meringkuk. Gigil tubuhnya menandakan seduka apa dirinya sekarang memikirkan Iaros benar-benar akan mendekap wanita lain.
"Anda meninggalkan saya. Anda menikmati kebebasan Anda dan meninggalkan saya! Anda bilang Anda hanya ingin bersama saya, tapi nyatanya Anda—"
"Kamila." Iaros tiba-tiba menariknya dalam pelukan erat.
Tangisan Kamila berubah jadi rintihan. Seluruh tubuhnya sakit hanya dengan memikirkan Iaros pada akhirnya akan pergi. Tapi tangannya mencengkram bahu Iaros, berharap agar waktu berhenti dan mereka akan terus bersama.
Jika peraturan adalah peraturan, bisakah sedikit saja itu dilanggar?
"Jangan tinggalkan saya." Kamila meracau dalam tangisan pedihnya. "Tuan Muda, lakukan apa pun tapi jangan tinggalkan saya. Tidak ada sesuatu yang bisa saya miliki di dunia ini. Tidak ada. Jadi tolong jangan tinggalkan saya."
Semua orang bisa bermimpi menjadi wanita karier atau pergi menjelajah dunia, tapi Kamila adalah wanita Narendra dan wanita Narendra tempatnya adalah di kastil Narendra.
Tidak apa jika ia menyedihkan.
Tidak apa jika ia mengemis.
Hanya Iaros saja, tolong jangan ambil sesuatu yang setidaknya bisa mengubur perasaan sesak Kamila.
"Kamila."
Iaros menarik wajahnya, menyatukan bibir mereka disaksikan oleh seluruh lukisan wanita Narendra di ruangan itu.
Ia membalas ciuman Iaros, melampiaskan rasa rindunya yang menggebu-gebu. Tapi sesuatu terasa salah ketika Iaros menarik selendangnya lepas, menanggalkan pakaian Kamila tergesa-gesa.
"Tuan Muda."
Iaros membungkuk, kembali menciumnya sementara menuntun tangan Kamila ikut menyentuh.
"Aku juga merindukanmu," bisik pria itu mesra. "Aku juga merindukanmu setiap hari."
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments