"Ke mana perginya Iaros?"
Dios datang ke kamar kakaknya untuk menyerahkan dokumen pekerjaan. Karena mereka berasal dari ayah yang sama meski ibu mereka berbeda, Dios tinggal di lantai yang sama dengan Iaros. Jadi memang cukup sering ia menemuinya untuk pekerjaan.
Tapi dia menghilang.
"Tuan Muda Iaros tidak kembali ke kamar sejak kemarin, Tuan Muda."
Tapi kemarin dia ....
Dios tiba-tiba tersadar akan sesuatu, duduk di atas tempat tidur Iaros dan berpikir.
Kemarin Lily dan Kamila datang untuk persiapan pernikahan.
Beberapa waktu lalu ketika Ribia ingin ke Kastil Bintang di Papua, tiba-tiba Iaros ingin ikut dengan alasan dia ingin mengenang masa kecilnya sebelum pernikahan.
Lalu dia beranjak mengantar Kamila ....
"Hah!" Dios menyinak rambutnya dan tiba-tiba tergelak keras.
Jadi begitu.
Suara perempuan di kastil waktu itu Kamila!
Astaga, kakaknya yang brengsek. Dipikir dia bermain dengan wanita luar, ternyata malah bermain dengan keturunan campuran yang keberadaannya terbatas.
Agar keluarga Narendra tidak terbagi menjadi dua kubu berbenturan, keturunan setengah Narendra hanya boleh lahir dua orang per generasi. Dan di antara dua orang itu, hanya boleh satu yang menikah.
Lily harusnya sudah menikah jadi Kamila tidak punya kesempatan.
"Kakakku yang cabul." Dios mendekati jendela kamar Iaros, entah kenapa langsung yakin ada di mana dia berada.
Kamar ini mengarah pada bangunan kecil yang Iaros minta sebagai tempat bekerja dan beristirahat.
Memang dari dulu dia dan Kamila dekat. Tapi Dios pikir hanya kedekatan kakak dan adik sepupu biasa.
Yang paling penting tidak pernah terjadi pernikahan antara Narendra dan keturunan setengah Narendra bahkan jika ikatan darah mereka tidak sekental ikatan darah.
"Kamila." Dios menopang dagu, memikirkan kakak sepupunya itu.
Beda dari Iaros, Dios saat kecil tidak terlalu ramah. Waktunya habis untuk berlatih dan belajar jadi jangankan keturunan setengah, keturunan murni Narendra pun ia tak terlalu peduli.
Jadi ia tak terlalu tahu siapa itu Kamila.
"Bukankah dia gadis yang tampak aneh karena sering ketakutan?" gumam Dios bingung. "Kurasa dia tidak seperti Lily."
Lily terkenal sebagai wanita yang pekerja keras. Dia juga ramah dan mudah tersenyum. Pengetahuannya luas, sikapnya manis dan anggun.
Sedangkan Kamila ... kesan Dios padanya hanya gadis berkeringat yang pucat, kikuk, aneh, canggung.
"Iaros sedang mencoba sesuatu yang 'tidak umum'?" Dios berkacak pinggang. "Yah, apa pun itu. Karena kita saudara, kebahagiaanku adalah penderitaanmu, bukan begitu, Kakak?"
*
Kamila yakin setelah ini ia akan dimarahi oleh Lily habis-habisan. Tapi jika ini terakhir kali ia dan Iaros bersama, Kamila sama sekali tidak keberatan meski harus ditenggelamkan ke danau.
Ia memeluk leher Iaros erat-erat. Membiarkan debaran jantung mereka beradu dan Kamila harap waktu berhenti. Mungkin, saat ia jatuh cinta, Kamila memang menjadi bodoh, jadi tidak masalah.
"Kamila."
Kelopak matanya terpejam. Merespons sentuhan ringan Iaros di kelopak matanya.
"Kamu masih membenciku?"
Tentu saja. Tentu saja ia benci Iaros yang akan menikah dan meninggalkannya. Tentu saja ia benci pada dunia yang tidak pernah merestui mereka hanya karena ia setengah Narendra, Iaros adalah Narendra, dan Narendra dipenuhi peraturan.
Tapi Kamila menggeleng. Tak mau mengatakannya, lalu mengakhiri semua hubungan mereka ini.
Sayangnya gelengan Kamila menbuat Iaros tersenyum miris. Ketika tangannya membelai wajah Kamila, memandangi betapa cantik dan manisnya dia, Iaros tahu dia masih sangat membenci Iaros.
Dia hanya 'tidak tahu' alasannya.
Dia melupakan alasannya.
Dia yang asli sangat membenci Iaros.
Dia yang asli memandang Iaros jauh lebih rendah dari seseorang menatap cacing menggeliat di tanah.
Iaros berharap dia melupakannya sampai mati.
"Aku mencintaimu." Iaros mencium jemari kecilnya yang gemetaran. "Aku mencintaimu, Kamila."
Perkataan Iaros memaksa Kamila tersadar.
Matanya terpejam untuk alasan berbeda. Lagi-lagi merasakan sakit kepala aneh itu dan perasaan seolah ia tercekik.
"Kamila."
Kamila terduduk. Memegang dadanya yang sesak dan berusaha bernapas teratur.
"Hei, Kamila. Apa aku berbuat salah?"
Matanya memanas ketika sentuhan lembut Iaros mendarat di bahunya.
"Anda akan menikah," gumamnya miris. Memang apa yang ia bisa lakukan kecuali meratap ketika Iaros harus menikah?
Dia tidak bisa memilih Kamila. Mereka berdua tidak bisa saling memilih atau saling memperjuangkan. Pada akhirnya takdir dia adalah menikahi wanita dari peternakan, dan Kamila harus hidup sebagai seorang wanita 'suci' seumur hidup.
"Anda pada akhirnya akan menikahi wanita lain. Apa yang Anda harapkan dari saya?"
Ekspresi Iaros selalu membuat Kamila tidak berdaya.
Jika dia dingin, dia menakutkan. Tapi jika dia menatapnya seakan di dunia ini tak ada sesuatu yang melampui berharganya Kamila, ia cuma bisa menggigil ketakutan.
Takut ia terjerat, berharap, lalu harus menelan kecewa karena Iaros bersama orang lain.
"Aku tidak bisa menghindarinya." Iaros ikut duduk dan memegang tangannya yang dingin. "Aku tidak bisa menghindari tuntutan itu, Kamila. Menurutmu karena apa aku tidak menikah sampai sekarang? Tapi Ayah sudah mendesakku. Dia mengira aku punya orientasi seksual aneh dan aku harus meyakinkannya dengan pernikahan."
Kamila tersentak. "Anda ...."
"Aku tidak pernah meninggalkanmu, sudah kubilang berulang kali." Iaros memasang wajah tak berdaya di depan matanya. "Apa aku terlihat seperti bajing*n yang lupa bahwa wanita seistimewa dirimu menungguku? Aku tidak lupa. Aku berusaha."
"Tapi ...." Tapi tetap saja dia menikah. Pada akhirnya dia menikah jadi apa gunanya?
"Jika itu menyakitimu, Kamila, aku akan bersumpah tidak menyentuh wanita lain. Aku bersumpah tidak akan menyentuh istriku nanti. Tolong. Jangan marah atau menangis lagi."
Ah, dirinya yang kotor dan penuh dosa.
Kenapa harus Iaros dari semua pria yang setidaknya bisa ia cintai?
Padahal mungkin itu menyakiti wanita lain, tapi Kamila justru menangis lega karena Iaros memilihnya.
Tak apa jika tak ada kebebasan. Asal ia tak kehilangan Iaros, Kamila baik-baik saja.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments