Helen benar.
Bahkan kalau ia mencintai Iaros dan tidak memiliki apa pun selain Iaros, bukan berarti ia merebut pria yang telah jadi suami orang.
Helen adalah kakak iparnya sekarang, meski dia berada empat tahun di bawah Kamila.
Kamila sangat tahu beratnya seseorang mendapat gelar istri Narendra. Pendidikan istri Narendra jauh lebih ketat dari pendidikan Narendra. Masa pendidikan Kamila dulu, ia nyaris mimisan setiap hari karena tak tahan akan tekanan mentalnya.
Tapi istri Narendra lebih berat. Mereka juga dilatih bela diri, dituntut berpedang, berkuda dan hal-hal berat yang mustahil bisa Kamila lakukan.
Memiliki Iaros juga kebahagiaan bagi Helen.
Bagaimana bisa ia berpikir merebutnya?
Kamila memutuskan pergi ke kamar Lily dalam kondisi deman parah. Akan lebih baik jika mereka segera pergi ke Kastel Bintang.
"Kakak."
Kamila tidak menyadari bahwa Lily tersentak cemas. Tapi bergegas wanita itu membuat ekspresi marah, agar Kamila merasa dibenci, terpuruk dan terluka.
Biarkan dia murung. Biarkan dia jatuh ke tanah. Biarkan saja dia usang.
Agar Iaros tidak lagi sudi memungutnya dan meninggalkan Kamila tenang sendirian.
"Apa lagi? Apa maumu?"
Kamila berusaha bernapas baik-baik. "Bi-bisakah kita secepatnya kembali? Aku-aku merindukan Ibu."
Jika Kamila melakukan apa yang kakaknya sukai, maka dia tidak akan marah. Jadi Kamila lega ketika Lily menyetujui.
"Jangan habiskan waktu lagi dengan Iaros! Tolak saja dia! Mengerti, Kamila?"
Kamila mengangguk cemas. "Iya, Kakak. Aku mengerti."
"Pergi dan siapkan—"
"Pergi ke mana?"
Keduanya sama-sama terkesiap hebat mendengar suara Iaros.
Mata pria itu dingin, menyorot penuh permusuhan pada Lily yang sebenarnya jauh lebih ketakutan daripada Kamila.
"Tu-Tuan Muda." Kamila tak mau menatapnya. "Kami bermaksud kembali segera. Ibu sendirian di kastel dan berpesan agar kami segera pulang."
Meski itu bohong, setidaknya memang benar Amarilis sendirian di kastel. Rencananya memang mereka akan kembali bersama para putri Narendra termasuk Euribia, tapi tidak masalah kalau mereka menjadikan Ibu sebagai alasan.
"Kembali?" Iaros tersenyum hangat. "Kamila, Lily, kalian berdua sudah sangat lama tidak menginjakkan kaki di tempat ini. Tidakkah kalian bersabar sedikit lebih lama? Bibi Amarilis bersama banyak pelayan di sana. Tinggallah beberapa minggu."
Kamila menatap Lily agar dia bicara karena biasanya dia lebih tegas dalam urusan begini. Tapi Kamila tidak tahu bahwa Lily bungkam demi keamanan mereka.
Luka di hati Lily memaksakan untuk ingat lagi. Sensasi tangannya memegangi sebuah organ manusia itu membuatnya ingin gila.
Jantung orang itu seolah berdenyut di tangannya. Merintih mengatakan kenapa Lily membiarkan mati di tangan monster itu.
"Kalian berdua hanya merindukan rumah. Bukan tidak bisa tinggal sedikit lebih lama." Iaros memegang bahu Kamila dan menyerahkan piring buah di tangannya. "Lihat, kamu sakit dan berkeringat banyak. Pergilah ke kamar, Kamila. Akan kuutus dokter menjengukmu."
Karena Lily terus bungkam dan Kamila tidak mau lagi bicara pada Iaros, ia beranjak pergi.
Tak tahu bahwa hal itu justru membuat Lily gantian berkeringat, tak berani menatap Iaros di depannya.
Ia memejam ketika tangan Iaros seperti akan menyentuhnya namun terkepal tiba-tiba.
"Kamu tahu, Lily?" Iaros meraih telapak tangannya. Hal sederhana yang membuat Lily menangis terisak-isak.
Jangan.
Jangan letakkan sesuatu lagi di sana.
"Aku sangat suka menghancurkan sesuatu yang mengusikku." Iaros mencengkram kuat tangannya. "Jika kudengar lagi kamu menyakiti Kamila, akan kupatahkan tanganmu ini."
Lily menggeleng histeris. Tapi ... tapi adiknya ....
"Kamila terluka dengan pernikahan Anda." Meski mungkin Iaros akan membunuhnya, Lily tetap bersuara. "Tolong jangan lakukan itu la—"
"Adikmu tahu aku menjijikan." Iaros tersenyum. "Dan aku tahu adikmu menjijikan. Kami berdua diciptakan untuk ini. Jadi berhenti menampakkan wajah itu atau kubuat ketakutanmu jadi nyata."
Saat Iaros pergi, Lily terjatuh. Menutup mulutnya agar tak ada satupun yang tahu ia menjerig.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments