Kamila tahu bahwa dirinya adalah sosok wanita lemah yang tidak bisa berbuat apa-apa. Sejak ia dewasa, rasanya justru semakin tidak ada yang Kamila bisa lakukan untuk diri sendiri atau untuk orang lain.
Ia cuma terkurung, menangis, bermimpi, lalu melihat kenyataan dan menangis, lalu menangis dan terus menangis.
Mungkin kepalanya sakit karena ia terlalu sering menangis.
Memang apa yang bisa ia lakukan?
Kalau ada, apa mungkin Iaros bisa jadi miliknya dan bukan milik wanita lain?
Pada akhirnya Kamila cuma terbaring di tempat tidur, Kesakitan hanya karena menstruasi, lalu terbangun untuk makan dan kembali tidur.
"Nona."
Kamila menoleh pada pelayannga. "Kamu boleh beristirahat."
Ana justru memberikan buku padanya. "Tuan Muda berkata untuk memberikannya setelah Anda beristirahat."
Buku? Iaros?
Langsung Kamila terduduk, menyadari bahwa itu buku yang ia bawa ke lantai atas, buku harian Kamila, leluhurnya.
Setelah Ana pergi, Kamila langsung membuka buku itu. Kembali membaca serentetan kalimat berisikan curahan hati Kamila yang pertama.
"Aku merasa akan pecah setiap hari." Kamila membacanya nyaris tanpa suara. "Aku merindukanmu, Ayah. Jika Ayah di sini, Ayah akan mengabulkan seluruh keinganku."
Jadi Kamila yang dulu pun kesepian, kah? Mungkinkah nama Kamila semacam kutukan?
Kamila membuka-buka lembaran sambil terus membacanya. Namun ia berhenti sangat lama pada sebuah lembaran.
"Aku meminta pada Kakak untuk mengizinkanku mengandung. Sesuai dugaan, Kakak menolak."
Kamila entah kenapa dapat mengerti. Pada akhirnya ketika tidak ada yang bisa kita lihat, apa yang bisa kita harapkan?
Wanita berdarah setiap bulan karena telurnya tidak dibuahi. Jika setiap bulan mereka kesakitan lalu pada akhirnya mati tanpa ada satupun fungsi dari itu, untuk apa seumur hidup mereka merasakannya?
"Aku terus memohon pada Kakak. Aku pun ingin punya anak. Setidaknya satu saja yang bisa menemaniku dan bukan hanya keponakanku dari istri-istri Kakak."
Beberapa halaman hanya tertulis itu sampai akhirnya tiba sebuah halaman yang membuat Kamila tersenyum.
"Kakak akhirnya mengizinkan. Kakak bilang hanya sekali saja. Aku tahu Kakak khawatir padaku. Aku tahu Kakak dan Ayah sama saja. Tapi aku senang."
Di halaman selanjutnya.
"Aku wanita yang buruk. Aku hamil anak Jenggala sementara berharap itu anak Iaros."
Lagi. Detakan itu datang.
Kamila tak tahu kenapa ia membaca ini ketika ia terus takut jika Iaros di buku ini berakhir meninggalkan Kamila.
Apa Iaros di hidupnya juga akan sama?
"Bagaimana caranya melupakan orang yang tidak mencintaiku?"
Kamila menutup bukunya. Takut jika ia membaca sungguhan hanya tertulis perpisahan.
Iaros. Sama seperti Kamila di buku harian itu, ia hanya bisa merintihkan nama bajingan yang mempermainkan hatinya lalu pergi menatap kebebasan di luar sana.
*
"Euribia."
"Hn?"
"Kemarin, kamu melakukan sesuatu dengan pengawal seseorang? Aku mendengar suara ******* wanita semalam."
Euribia langsung mengangkat wajah dari bukunya, menatap kesal sang kakak beda ibunya, Dionisos atau yang lebih akrab disapa Dios. "Aku juga mendengar bahwa kemarin kamu mabuk dan meniduri pelayan. Entah berapa banyak."
Pria itu langsung terkekeh. "Ayolah, aku bertanya sungguh-sungguh."
"Dan kenapa itu penting?"
"Sudah kubilang aku mendengar suara des*han wanita. Dari ruangan lain." Dios melirik Iaros yang tengah sibuk memandangi kegelapan di luar jendela helikopter. "Atau mungkin kamu, Kakak?"
Ekspresi Iaros tak berubah. "Aku tidak suka rasa pelayan."
"Wanita pada akhirnya sama, dasar kolot." Dion mendengkus. Walau langsung meringis karena Ribia menginjaknya. "Intinya, aku serius! Bukan aku yang membuat wanita itu mendes*h. Tapi sejujurnya itu cukup indah dan—"
Ribia agak tersentak sewaktu Iaros menarik kerah pakaian Dios, seolah dia terusik.
Meski kemudia ia mendukung. "Benar. Hentikan saja mulutmu. Paling itu wanita yang kamu tiduri. Lagipula semalam suntuk kamu mabuk, Kakak."
Mata Dios menatap dingin mata dingin Iaros.
Mereka berdua adalah saudara sedarah beda ibu juga. Iaros adalah anak dari istri kedua ayah mereka, sedangkan Dios adalah anak dari istri keempat. Ada sebuah permusuhan lama di belakang mereka yang terjadi karena ibu masing-masing.
Pada dasarnya semua Narendra memiliki banyak istri. Total istri paling sedikit bagi Narendra adalah tiga. Karena semakin banyak istri mereka, maka akan semakin banyak pula asisten dalam pekerjaan mereka.
Sekarang dalam keturunan Narendra, ada sekitar dua puluh anak wanita dan pria, di mana ke empat belas anak laki-laki masing-masing memegang posisi sebagai CEO di perusahaan yang mereka kelola.
Dios dan Iaros sejak dulu bermusuhan. Itu karena ibunya Iaros pernah hampir mencelakai ibunya Dios. Terlepas dari bagaimana ceritanya terjadi, sejak saat itu ibu mereka tak akur.
Dan ibu adalah cerminan anak.
Tapi aku merasa dia tidak sedang mengajak berkelahi karena Ibu, bisik Dios dalam benaknya.
"Baiklah, baiklah. Ayo hentikan omongan soal wanita." Dios mengibas-ngibaskan bekas tangan Iaros dari kemeja mewah bersulam mawarnya. "Omong-omong, kapan Kamila dan Lily akan ke Kastil Mawar? Pernikahan semakin dekat."
Ribia memiringkan wajah. "Hmmm. Aku tidak menanyai Ayah soal itu. Tapi sepertinya beberapa hari lagi."
Iaros hanya menyimak dalam diam.
Kepalanya kembali memutar kehangatan yang ia bagi bersama Kamila di tempat seluruh lukisan wanita Narendra dipajang.
"Jangan tinggalkan saya." Dia menangis dengan menyedihkan. "Tidak ada yang bisa saya miliki di dunia ini. Tolong jangan tinggalkan saya."
Iaros menahan bibirnya tersenyum.
Aku tidak meninggalkanmu.
Kegelapan di sana memberinya bayangan tentang masa lalu.
Kamu yang meninggalkan aku lalu melupakannya.
Tapi ....
Mata Kamila ... telah sepenuhnya berubah.
Kebencian di sana. Rasa sakit hati dan penderitaan di sana telah hilang.
Dia merindukan Iaros.
Sebesar Iaros merindukan dia.
Hanya saja dia melupakan bahwa dia membenci Iaros jauh lebih besar dari cinta mereka berdua.
Pemandangan itu jelas tak lepas dari Dios.
Sampai saat ini tidak ada satupun yang tahu kenapa Iaros menunda pernikahannya terlalu lama.
Semua Narendra menikah di usia tujuh belas tahun. Seluruhnya. Dios sekarang berusia sembilan belas tahun dan ia punya dua istri ketika Iaros baru akan menikah.
Aku tahu dia punya wanita simpanan. Dios menopang dagu seraya memandangi ponselnya yang berkedip-kedip. Sejumlah pekerjaan menantinya.
Tapi Dios masih asyik memikirkan siapa simpanan Iaros.
Pertanyaannya, siapa? Mulai dari sekretaris sampai pelayan pribadinya adalah budak Narendra. Dia bisa meminta menikahi mereka jika memang suka. Jadi jawabannya pasti wanita dari luar Narendra.
Narendra tidak menerapkan pernikahan bisnis dengan keluarga lain. Istri mereka dididik dipeternakan, dibesarkan sesuai standar dan didoktrin untuk setia pada Narendra.
Jadi itu memang cinta terlarang bagi Iaros jika menyukai seorang gadis dari luar Narendra.
Masalahnya Dios jarang mendengar Iaros dekat dengan seseorang. Jangankan dekat, meniduri pelayan saja tidak pernah.
Dios bahkan curiga dia masih perjaka. Meski nampaknya dia tidak sepolos itu.
Hm? Atau dia meniduri Ribia?
Dios menatap adik perempuan beda ibunya alias saudari tirinya, lalu menggeleng.
"Mustahil."
Keduanya menoleh. "Mustahil apa?"
"Mustahil aku tidak meniduri tamu-tamu cantik di pernikahanmu."
Keduanya mendengkus jengkel sementara Dios terkekeh.
Hubungan inses dibolehkan diam-diam oleh Narendra. Dalam arti, jika Dios meniduri Ribia dan Ribia sukarela lalu Iaros tahu, itu bukan masalah besar.
Tapi, Ribia yang ini mana mungkin tertarik pada Iaros.
Lagipula dia hanya suka buku dan bekerja.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments