Serat Grha Pamujan - Lingga Ardiman

Bahkan sewaktu ia berumur belasan tahun, Nala Turasih sudah terlihat matang. Dadanya membulat sempurna dan penuh. Pinggulnya melengkung tegas dan indah. Dagingnya kenyal dan padat, seperti kesaksian dua mantan kekasih yang cukup beruntung sempat berpacaran dengannya.

Lingga Ardiman, yang adalah salah satu pegawai pabrik tebu sang ayah yang sering ditugaskan ke rumah besar sang juragan di desa Obong, juga menjadi saksi betapa memesonanya anak gadis itu.

Saat itu, Nala Turasih berumur enam belas tahun, tiga tahun setelah kebangkitannya dari kematian. Di waktu itu juga adalah masa dimana ayahnya sedang sakit-sakitan.

Lelaki berumur dua puluhan tahun itu menjadi sering ke rumah sang juragan untuk mengurus beragam keperluan pribadi maupun urusan perusahaan sejak atasannya tersebut mulai sering berada di rumah karena kesehatannya yang menurun drastis beberapa bulan terakhir. Intinya, pekerjaannya ini membuat ia lebih sering melihat dan bertemu dengan Nala Turasih.

Berbeda dengan desas-desus yang kerap ia dengar mengenai Nala Turasih bahwa anak kesayangan sang juragan itu disebut-sebut memiliki kegenitan dan kebinalan yang menurun dari ibundanya, menurutnya, Nala Terasih adalah seorang anak perempuan yang manis, sopan dan ceria. Memang bukan berarti Lingga Ardiman tidak setuju dengan pendapat banyak orang bahwa Nala Turasih memiliki tubuh seorang gadis yang telah masak bagai sebiji mangga matang.

Saat itu adalah di sore hari mendekati Magrib. Lingga Ardiman baru saja keluar dari kamar sang juragan sehabis melaporkan catatan pekerjaan dan meminta tanda tangan atasannya yang terbaring sakit-sakitan di atas tempat tidurnya itu. Ketika ia hendak pulang, sosok Nala Turasih lewat di depannya. Cahaya remang senja menyinari wajah sang gadis dengan lemah. Namun Lingga Ardiman yakin ia melihat Nala Turasih berpaling ke arahnya dan tersenyum.

Ia tak sempat membalas senyuman itu karena sosok sang putri juragan sudah menghilang di balik sisi bangunan rumah besar itu. Biasanya ia dan Nala Turasih tidak hanya bertukar senyuman dan sapa, mereka bahkan kerap mengobrol dan bercanda.

Entah apa yang sebenarnya terjadi, tapi Lingga Ardiman merasa ada dorongan untuk menemui gadis itu untuk paling tidak membalas senyumannya. Maka lelaki itu mengejar kemana sosok Nala Turasih menghilang.

Ketika Lingga Ardiman berbelok di salah satu sudut bangunan, ia menjadi sedikit bingung. Dalam cahaya redup senja, ia melihat sebuah lorong panjang dengan banyak pilar putih di samping dan lantai yang terbuat dari marmer. Masalahnya, sepengetahuan laki-laki yang telah sering bolak-balik ke tempat ini, ia belum pernah melihat lorong tersebut. Sekeras apapun ia mengingat, tak ada rekaman memori yang menunjukkan bahwa lokasi ini pernah ada di rumah sang juragan.

Lalu, kemana Nala Turasih tadi pergi kalau bukan ke lorong ini? Sedangkan ia baru saja melihat sang gadis beberapa detik lalu sebelum memutuskan untuk mengejarnya. Namun sekarang tidak terlihat tanda-tanda keberadaannya.

Dituntun oleh rasa penasaran, Lingga Ardiman berjalan menelusuri lorong marmer penuh pilar yang kesemuanya berwarna putih itu.

Hawa mendadak menjadi dingin. Tidak membekukan, namun menciptakan rasa merinding yang aneh. Seakan udara dingin itu merayap di permukaan kulitnya. Ia menggosok-gosok kulitnya dengan kedua telapak tangan untuk menciptakan rasa hangat.

Setelah beberapa saat berjalan, di ujung pandangannya ia melihat sosok yang diperkirakan sebagai Nala Turasih sedang berdiri membelakanginya. Lingga Ardiman tersenyum dan mempercepat langkahnya.

Ketika ia sudah cukup dekat, sosok yang ia duga adalah Nala Turasih itu masih membelakanginya tapi sudah mulai jelas terlihat oleh pandangannya. Namun, saat itulah pula Lingga Ardiman berhenti tiba-tiba beberapa langkah dari sang sosok. Ia merasakan sebuah kejanggalan dari sosok perempuan yang ada di depannya tersebut.

Ia memang tak ingat pakaian apa yang dikenakan Nala Turasih tadi, tapi biasanya gadis itu kerap mengenakan pakaian terusan yang jatuh dengan lembut, membuat bentuk lekuk tubuhnya tergambar jelas meski tak begitu tegas. Sedangkan, sosok perempuan di depan yang sedang membelakanginya tersebut mengenakan busana Jawa lama. Kebaya berwarna merah. Keremangan cahaya mentari senja yang redup sudah cukup untuk menunjukkan gambaran utuh sosok itu.

Keraguan atas kejanggalan ini perlahan berubah menjadi rasa takut manakala Lingga Ardiman menatap ke atas, ke belakang kepala sosok yang semua ia pikir adalah Nala Turasih itu. Dilihatnya lah bahwa sanggul yang dikenakan sang sosok sudah acak-acakan dan tidak terbentuk dengan baik dan rapi lagi. Ada bagian yang rambutnya tergerai dan kusut masai.

Tanpa sengaja, ia juga menebarkan pandangannya ke bawah. Sepasang kaki sosok itu tak beralas, kotor sepenuhnya oleh lumpur hitam yang mengering. Noda juga menghiasi bagian kain jarit yang dikenakannya.

Rasa takut menyerang dan menyergap Lingga Ardiman dengan segera tanpa ampun. Kini insting memaksanya untuk segera berbalik arah dan meninggalkan tempat itu secepat mungkin. Sialnya, tepat ketika ia membalikkan diri itu bersamaan dengan sosok perempuan berkebaya merah itu yang juga berbalik menghadapnya.

Sepersekian detik Lingga Ardiman dapat melihat wajah pucat seputih kapas dan mata melotot merah menyeringai ke arahnya. Darah menetes keluar dari kedua mata dan bibirnya.

Lingga Ardiman merasa tak pernah setakut ini dalam hidupnya. Ia berusaha berlari sekencang-kencangnya. Namun yang terjadi, lorong putih dengan banyak pilar ini seperti memanjang dan tubuhnya seakan bergerak lambat sekali.

Seperti sebuah film yang diputar dengan slow motion, ia dapat melihat beragam jenis mahluk gaib nan mengerikan memunculkan diri mereka dari balik setiap pilar.

Ada sosok anak laki-laki dengan tubuh gosong terbakar. Kulitnya terkelupas kemerahan dan salah satu matanya hampir mencelat keluar. Di pilar lainnya ada sosok laki-laki yang mengenakan busana keprajuritan Jawa masa lampau tapi tanpa kepala menggenggam pedang di tangan kanannya. Ada pula sosok gendruwo bertubuh besar menjulang. Kepalanya hampir mencapai langit-langit lorong yang juga berwarna putih pualam. Tubuhnya penuh dengan bulu sedangkan sepasang matanya bulat lebar merah darah. Mulutnya dihiasi oleh sepasang taring yang mencuat keluar.

Lingga Ardiman berlari bagai orang kesurupan, tapi lorong itu tetap memanjang. Ia masih belum bisa mencapai ujungnya dan malahan terus ditontonkan dengan kemunculan mahluk-mahluk mengerikan lainnya. Pocong dengan kain putih lusuh oleh noda tanah meloncat keluar dari balik pilar, membuatnya berteriak terkejut dan ketakutan. Kuntilanak berambut panjang acak-acakan tertawa histeris dengan wajah begitu mengerikan ke arahnya. Ia juga hampir tersandung oleh sesosok hantu anak-anak perempuan yang busananya panjang menghalangi jalan lorong. Lingga Ardiman melompati kain busana hantu anak perempuan tersebut dan tak sengaja melihat bentuknya: wajah hancur tak berbentuk lagi, hanya berupa rongga besar di wajah yang dipenuhi gumpalan darah.

Ketika nafasnya serasa hendak habis, ujung lorong dengan sebuah belokan akhirnya terlihat. Lingga Ardiman mempercepat langkah larinya dan berbelok.

Sosok seorang perempuan berdiri tepat di depannya, membuatnya tercekat dan tersentak. Ia tak bisa lagi mengerem laju larinya sehingga menabrak tubuh perempuan itu.

Keduanya jatuh dengan tubuh Lingga Ardiman berada di atas tubuh sang perempuan.

Bau semerbak wangi melati memenuhi rongga hidung Lingga Ardiman, menutupi rasa sakit di lututnya yang menghantam lantai ketika terjatuh tadi. Detak jantungnya berpacu begitu cepat sampai ia hampir tak bisa bernafas lagi.

Namun bunyi desah sosok perempuan yang ia timpa itu mendadak menyadarkannya. Lingga Ardiman membuka mata dan melihat wajah ayu Nala Turasih ada di bawahnya, mengeluh dan merintih kesakitan karena terhimpit diantara tubuh Lingga Ardiman dan lantai.

"Mas Lingga, aku tidak bisa bernafas," keluh sang gadis dengan suaranya yang terengah-engah.

Terpopuler

Comments

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌

jatuh nya kok pas sekali 🤭

2023-09-19

1

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌

menyeramkan 😳😳

2023-09-19

1

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌

nah lho kan

2023-09-19

1

lihat semua
Episodes
1 Serat Grha Pamujan - Nala Turasih
2 Serat Grha Pamujan - Lingga Ardiman
3 Serat Grha Pamujan - Teh Hangat
4 Serat Grha Pamujan - Surai
5 Serat Grha Pamujan - Hasrat
6 Serat Grha Pamujan - Kamar
7 Serat Grha Pamujan - Sang Juragan
8 Serat Grha Pamujan - Budak Kuasa Iblis
9 Serat Grha Pamujan - Pak Kuranji
10 Serat Grha Pamujan - Beringin
11 Serat Grha Pamujan - Lemari
12 Serat Grha Pamujan - Lukisan
13 Serat Grha Pamujan - Api Unggun
14 Serat Grha Pamujan - Sang Angkara Murka
15 Serat Grha Pamujan - Sadali Pandega
16 Serat Grha Pamujan - Larut
17 Serat Grha Pamujan - Pratama
18 Serat Grha Pamujan - Perempuan Melayang
19 Serat Grha Pamujan - Tumbal
20 Serat Grha Pamujan - Candi
21 Serat Grha Pamujan - Jalan Setapak
22 Serat Grha Pamujan - Kabut
23 Tentang Nala
24 Serat Grha Pamujan - Berubah Bentuk
25 Serat Grha Pamujan - Siluet
26 Serat Grha Pamujan - Datuk Macan Kumbang
27 Serat Grha Pamujan - Mata Menangkap Hasrat dan Syahwat
28 Serat Grha Pamujan - Garis-Garis Gaib
29 Serat Grha Pamujan - Altar Pemujaan
30 Serat Grha Pamujan - Bidak
31 Serat Grha Pamujan - Sudarmi
32 Serat Grha Pamujan - Cahaya Jingga
33 Serat Grha Pamujan - Tangga
34 Serat Grha Pamujan - Perempuan
35 Serat Grha Pamujan - Darmadi
36 Serat Grha Pamujan - Tirai
37 Serat Grha Pamujan - Seorang Remaja
38 Serat Grha Pamujan - Rongga Gelap Hitam
39 Serat Grha Pamujan - Insan yang Sedang Terluka
40 Serat Grha Pamujan - Memekat
41 Serat Grha Pamujan - Sang Durga
42 Serat Grha Pamujan - Buaya
43 Serat Grha Pamujan - Penguasa
44 Serat Grha Pamujan - Merah
45 Serat Grha Pamujan - Segara
46 Serat Grha Pamujan - Remuk Redam
47 Serat Grha Pamujan - Sang Ratu
48 Serat Grha Pamujan - Penginapan
49 Serat Grha Pamujan - Air
50 Serat Grha Pamujan - Mahakarya
51 Serat Grha Pamujan - Tubuh
52 Serat Bhumi Menungsa - Pancajiwa
53 Serat Bhumi Menungsa - Dyah Suhita
54 Serat Bhumi Menungsa - Dyiwang Awang
55 Serat Bhumi Menungsa - Kain Kuning
56 Serat Bhumi Menungsa - Kehampaan Tanpa Bentuk
57 Serat Bhumi Menungsa - Syahwat yang Berkedut Nikmat
58 Serat Bhumi Menungsa - Darmajati
59 Serat Bhumi Menungsa - Sarti
60 Serat Bhumi Menungsa - Bilik
61 Serat Bhumi Menungsa - Dua Kekuatan Purba
62 Serat Bhumi Menungsa - Bhanurasmi
63 Serat Bhumi Menungsa – Menari Bersama dalam Geliat Hasrat
64 Serat Bhumi Menungsa - Kegelapan yang Melayang-Layang
65 Serat Bhumi Menungsa - Menantang Riang dan Girang
66 Serat Bhumi Menungsa - Gontai
67 Serat Bhumi Menungsa - Karma
68 Serat Bhumi Menungsa - Tanpa Busana
69 Serat Bhumi Menungsa - Meregang Nyawa
70 Serat Bhumi Menungsa - Dua Wajah Berbeda
71 Serat Bhumi Menungsa - Kehormatan dan Kemahsyuran
72 Serat Bhumi Menungsa - Kemaharupaan
73 Serat Bhumi Menungsa - Anarghya Widagda
74 Serat Bhumi Menungsa - Ganjil
75 Serat Bhumi Menungsa - Bersemi
76 Serat Bhumi Menungsa - Warna Kehijauan
77 Serat Bhumi Menungsa - Bebas
78 Serat Bhumi Menungsa - Menjelma Berkali Lipat
79 Serat Bhumi Menungsa - Perlahan
80 Serat Bhumi Menungsa - Nampan Gelora
81 Serat Jiwa - Uap
82 Serat Jiwa - Asap
83 Serat Jiwa - Tanah
84 Serat Jiwa - Air
85 Serat Jiwa - Kayu
86 Serat Jiwa - Aroma
87 Serat Jiwa - Api
88 Serat Jiwa - Bayangan
89 Serat Jiwa - Getaran
90 Serat Jiwa - Sakit dan Cinta
91 Serat Jiwa - Nyata
92 Serat Jiwa - Kegerahan Hawa Membunuh
93 Serat Jiwa - Sosok Lain
94 Serat Jiwa - Memaksakan Nyali
95 Serat Jiwa - Lima Jiwa
96 Serat Jiwa - Lampir
97 Serat Jiwa - Nir Pusat dan Nir Tetap
98 Serat Jiwa - Bobrok
99 Serat Jiwa - Takut
100 Serat Jiwa - Sumpah Serapah
101 Serat Jiwa - Debu dan Abu
102 Serat Jiwa - Surajalu dan Amir Cahya
103 Serat Jiwa - Undangan
104 Serat Jiwa - Memuai Lunglai
105 Serat Jiwa - Kehadiran
106 Serat Jiwa - Melengkung dan Melonjak-Lonjak
107 Serat Jiwa - Pintu Depan
108 Serat Jiwa - Kama
109 Serat Jiwa - Takluk
110 Serat Jiwa - Manggantung Menunduk
111 Serat Jiwa - Berdebu untuk Sekian Waktu
112 Serat Jiwa - Jemawa
113 Serat Jiwa - Ragu tetapi Paham
114 Serat Jiwa - Aroma Kekuasaan
115 Serat Jiwa - Menggetarkan Semesta
116 Serat Jiwa - Tertawan oleh Kebesaran dan Keagungan
117 Serat Jiwa - Berdiri Berdampingan
118 Serat Jiwa - Penyesalan dan Penyalahan
119 Serat Jiwa - Tercerabut
120 Serat Jiwa - Dikisahkan dalam Nada dan Ritma
121 Serat Jiwa - Berdiri Kaku Termangu
122 Serat Jiwa - Permainan Belaka
123 Serat Jiwa - Menyusul Muncul
124 Serat Jiwa - Titik Demi Titik
125 Serat Jiwa - Panca Nyawa dan Pancajiwa
126 Serat Jiwa - Dua Sejoli
127 Serat Jiwa - Makna Harfiah
128 Serat Jiwa - Mati Hari Ini
129 Serat Jiwa - Menggeram Bagai Penuh Dendam
130 Serat Jiwa - Lumpur Nista dan Dosa
131 Serat Jiwa - Turun Tanpa Batasan
132 Serat Jiwa - Memandang Terpana
133 Serat jiwa - Ketiadaan Waktu
134 Serat Jiwa - Berada dalam Kepalan Tangan
135 Serat Samudra Yudha Babak Pertama
136 Serat Samudra Yudha Babak Kedua
137 Serat Samudra Yudha Babak Ketiga
138 Serat Samudra Yudha Babak Keempat
139 Serat Samudra Yudha Babak Kelima
140 Serat Samudra Yudha Babak Keenam
141 Serat Samudra Yudha Babak Ketujuh
142 Serat Samudra Yudha Babak Kedelapan
143 Serat Samudra Yudha Babak Kesembilan
144 Serat Samudra Yudha Babak Kesepuluh
145 Serat Samudra Yudha Babak Kesebelas
146 Serat Samudra Yudha Babak Keduabelas
147 Serat Samudra Yudha Babak Ketigabelas
148 Serat Samudra Yudha Babak Keempatbelas
149 Serat Samudra Yudha Babak Kelimabelas
150 Serat Samudra Yudha Babak Keenambelas
151 Serat Samudra Yudha Babak Ketujuhbelas
152 Serat Samudra Yudha Babak Kedelapanbelas
153 Serat Samudra Yudha Babak Kesembilanbelas
154 Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh
155 Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Satu
156 Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Dua
157 Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Tiga
158 Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Empat
159 Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Lima
160 Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Enam dan yang Terakhir
161 Serat Pamungkasan Halaman Pertama
162 Serat Pamungkasan Halaman Kedua
163 Serat Pamungkasan Halaman Ketiga
164 Serat Pamungkasan Halaman Keempat
165 Serat Pamungkasan Halaman Kelima
166 Serat Pamungkasan Halaman Keenam
167 Serat Pamungkasan Halaman Ketujuh
168 Serat Pamungkasan Halaman Kedelapan
169 Serat Pamungkasan Halaman Kesembilan
170 Serat Pamungkasan Halaman Kesepuluh
171 Serat Pamungkasan Halaman Kesebelas
172 Serat Pamungkasan Halaman Keduabelas
173 Serat Pamungkasan Halaman Ketigabelas
174 Serat Pamungkasan Halaman Keempatbelas
175 Serat Pamungkasan Halaman Kelimabelas
176 Serat Pamungkasan Halaman Keenambelas
177 Serat Pamungkasan Halaman Ketujuhbelas
178 Serat Pamungkasan Halaman Kedelapanbelas
179 Serat Pamungkasan Halaman Kesembilanbelas
180 Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh
181 Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Satu
182 Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Dua
183 Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Tiga
184 Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Empat
185 Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Lima
186 Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Enam
187 Hikayat Sang Nayu - Mangkuk Merah
188 Hikayat Sang Nayu - Ngayau
189 Hikayat Sang Nayu - Sembilan Belas Tengkorak Kepala
190 Hikayat Sang Nayu - Tampun Juah
191 Hikayat Sang Nayu - Mimpi Jaik
192 Hikayat Sang Nayu - Belian
193 Hikayat Sang Nayu - Bejalai
194 Hikayat Sang Nayu - Mandau
195 Hikayat Sang Nayu - Kamang
196 Hikayat Sang Nayu - Rumah Betang
197 Hikayat Sang Nayu - Undak-Undakan Bebatuan
198 Hikayat Sang Nayu - Tabir Bencana
199 Hikayat Sang Nayu - Cetakan Kala
200 Hikayat Sang Nayu - Raga Sukma
201 Hikayat Sang Nayu - Rancangan Besar Takdir
202 Hikayat Sang Nayu - Bahasa Semesta
203 Hikayat Sang Nayu - Berjalan ke Dunia Seberang
204 HIkayat Sang Nayu - Bunga Tinok
205 Hikayat Sang Nayu - Parang Babi
206 Hikayat Sang Nayu - Anak Ampang
207 Hikayat Sang Nayu - Ubi Dikapuak
208 Hikayat Sang Nayu - Gelombang Darah
209 Hikayat Sang Nayu - Ku Naday Takot
210 Hikayat Sang Nayu - Sengalang Burong
211 Hikayat Sang Nayu - Serakah
212 Hikayat Sang Nayu - Pisau Dapur
213 Rehat Sejenak - Putri Junjung Buih, Putri Lindung Buih, Lengkung Takdir
214 Hikayat Sang Nayu - Pangau Bayau
215 Hikayat Sang Nayu - Berani Kesak
216 Hikayat Sang Nayu - Dipenuhi Lumpur dan Tanah
217 Hikayat Sang Nayu - Menyusur Sejarah
218 Hikayat Sang Nayu - Seringai
219 Hikayat Sang Nayu - Saat Itu Adalah Sekarang
220 Hikayat Sang Nayu - Talipak Talipok
221 Hikayat Sang Nayu - Sumpit
222 Hikayat Sang Nayu - Titisan
Episodes

Updated 222 Episodes

1
Serat Grha Pamujan - Nala Turasih
2
Serat Grha Pamujan - Lingga Ardiman
3
Serat Grha Pamujan - Teh Hangat
4
Serat Grha Pamujan - Surai
5
Serat Grha Pamujan - Hasrat
6
Serat Grha Pamujan - Kamar
7
Serat Grha Pamujan - Sang Juragan
8
Serat Grha Pamujan - Budak Kuasa Iblis
9
Serat Grha Pamujan - Pak Kuranji
10
Serat Grha Pamujan - Beringin
11
Serat Grha Pamujan - Lemari
12
Serat Grha Pamujan - Lukisan
13
Serat Grha Pamujan - Api Unggun
14
Serat Grha Pamujan - Sang Angkara Murka
15
Serat Grha Pamujan - Sadali Pandega
16
Serat Grha Pamujan - Larut
17
Serat Grha Pamujan - Pratama
18
Serat Grha Pamujan - Perempuan Melayang
19
Serat Grha Pamujan - Tumbal
20
Serat Grha Pamujan - Candi
21
Serat Grha Pamujan - Jalan Setapak
22
Serat Grha Pamujan - Kabut
23
Tentang Nala
24
Serat Grha Pamujan - Berubah Bentuk
25
Serat Grha Pamujan - Siluet
26
Serat Grha Pamujan - Datuk Macan Kumbang
27
Serat Grha Pamujan - Mata Menangkap Hasrat dan Syahwat
28
Serat Grha Pamujan - Garis-Garis Gaib
29
Serat Grha Pamujan - Altar Pemujaan
30
Serat Grha Pamujan - Bidak
31
Serat Grha Pamujan - Sudarmi
32
Serat Grha Pamujan - Cahaya Jingga
33
Serat Grha Pamujan - Tangga
34
Serat Grha Pamujan - Perempuan
35
Serat Grha Pamujan - Darmadi
36
Serat Grha Pamujan - Tirai
37
Serat Grha Pamujan - Seorang Remaja
38
Serat Grha Pamujan - Rongga Gelap Hitam
39
Serat Grha Pamujan - Insan yang Sedang Terluka
40
Serat Grha Pamujan - Memekat
41
Serat Grha Pamujan - Sang Durga
42
Serat Grha Pamujan - Buaya
43
Serat Grha Pamujan - Penguasa
44
Serat Grha Pamujan - Merah
45
Serat Grha Pamujan - Segara
46
Serat Grha Pamujan - Remuk Redam
47
Serat Grha Pamujan - Sang Ratu
48
Serat Grha Pamujan - Penginapan
49
Serat Grha Pamujan - Air
50
Serat Grha Pamujan - Mahakarya
51
Serat Grha Pamujan - Tubuh
52
Serat Bhumi Menungsa - Pancajiwa
53
Serat Bhumi Menungsa - Dyah Suhita
54
Serat Bhumi Menungsa - Dyiwang Awang
55
Serat Bhumi Menungsa - Kain Kuning
56
Serat Bhumi Menungsa - Kehampaan Tanpa Bentuk
57
Serat Bhumi Menungsa - Syahwat yang Berkedut Nikmat
58
Serat Bhumi Menungsa - Darmajati
59
Serat Bhumi Menungsa - Sarti
60
Serat Bhumi Menungsa - Bilik
61
Serat Bhumi Menungsa - Dua Kekuatan Purba
62
Serat Bhumi Menungsa - Bhanurasmi
63
Serat Bhumi Menungsa – Menari Bersama dalam Geliat Hasrat
64
Serat Bhumi Menungsa - Kegelapan yang Melayang-Layang
65
Serat Bhumi Menungsa - Menantang Riang dan Girang
66
Serat Bhumi Menungsa - Gontai
67
Serat Bhumi Menungsa - Karma
68
Serat Bhumi Menungsa - Tanpa Busana
69
Serat Bhumi Menungsa - Meregang Nyawa
70
Serat Bhumi Menungsa - Dua Wajah Berbeda
71
Serat Bhumi Menungsa - Kehormatan dan Kemahsyuran
72
Serat Bhumi Menungsa - Kemaharupaan
73
Serat Bhumi Menungsa - Anarghya Widagda
74
Serat Bhumi Menungsa - Ganjil
75
Serat Bhumi Menungsa - Bersemi
76
Serat Bhumi Menungsa - Warna Kehijauan
77
Serat Bhumi Menungsa - Bebas
78
Serat Bhumi Menungsa - Menjelma Berkali Lipat
79
Serat Bhumi Menungsa - Perlahan
80
Serat Bhumi Menungsa - Nampan Gelora
81
Serat Jiwa - Uap
82
Serat Jiwa - Asap
83
Serat Jiwa - Tanah
84
Serat Jiwa - Air
85
Serat Jiwa - Kayu
86
Serat Jiwa - Aroma
87
Serat Jiwa - Api
88
Serat Jiwa - Bayangan
89
Serat Jiwa - Getaran
90
Serat Jiwa - Sakit dan Cinta
91
Serat Jiwa - Nyata
92
Serat Jiwa - Kegerahan Hawa Membunuh
93
Serat Jiwa - Sosok Lain
94
Serat Jiwa - Memaksakan Nyali
95
Serat Jiwa - Lima Jiwa
96
Serat Jiwa - Lampir
97
Serat Jiwa - Nir Pusat dan Nir Tetap
98
Serat Jiwa - Bobrok
99
Serat Jiwa - Takut
100
Serat Jiwa - Sumpah Serapah
101
Serat Jiwa - Debu dan Abu
102
Serat Jiwa - Surajalu dan Amir Cahya
103
Serat Jiwa - Undangan
104
Serat Jiwa - Memuai Lunglai
105
Serat Jiwa - Kehadiran
106
Serat Jiwa - Melengkung dan Melonjak-Lonjak
107
Serat Jiwa - Pintu Depan
108
Serat Jiwa - Kama
109
Serat Jiwa - Takluk
110
Serat Jiwa - Manggantung Menunduk
111
Serat Jiwa - Berdebu untuk Sekian Waktu
112
Serat Jiwa - Jemawa
113
Serat Jiwa - Ragu tetapi Paham
114
Serat Jiwa - Aroma Kekuasaan
115
Serat Jiwa - Menggetarkan Semesta
116
Serat Jiwa - Tertawan oleh Kebesaran dan Keagungan
117
Serat Jiwa - Berdiri Berdampingan
118
Serat Jiwa - Penyesalan dan Penyalahan
119
Serat Jiwa - Tercerabut
120
Serat Jiwa - Dikisahkan dalam Nada dan Ritma
121
Serat Jiwa - Berdiri Kaku Termangu
122
Serat Jiwa - Permainan Belaka
123
Serat Jiwa - Menyusul Muncul
124
Serat Jiwa - Titik Demi Titik
125
Serat Jiwa - Panca Nyawa dan Pancajiwa
126
Serat Jiwa - Dua Sejoli
127
Serat Jiwa - Makna Harfiah
128
Serat Jiwa - Mati Hari Ini
129
Serat Jiwa - Menggeram Bagai Penuh Dendam
130
Serat Jiwa - Lumpur Nista dan Dosa
131
Serat Jiwa - Turun Tanpa Batasan
132
Serat Jiwa - Memandang Terpana
133
Serat jiwa - Ketiadaan Waktu
134
Serat Jiwa - Berada dalam Kepalan Tangan
135
Serat Samudra Yudha Babak Pertama
136
Serat Samudra Yudha Babak Kedua
137
Serat Samudra Yudha Babak Ketiga
138
Serat Samudra Yudha Babak Keempat
139
Serat Samudra Yudha Babak Kelima
140
Serat Samudra Yudha Babak Keenam
141
Serat Samudra Yudha Babak Ketujuh
142
Serat Samudra Yudha Babak Kedelapan
143
Serat Samudra Yudha Babak Kesembilan
144
Serat Samudra Yudha Babak Kesepuluh
145
Serat Samudra Yudha Babak Kesebelas
146
Serat Samudra Yudha Babak Keduabelas
147
Serat Samudra Yudha Babak Ketigabelas
148
Serat Samudra Yudha Babak Keempatbelas
149
Serat Samudra Yudha Babak Kelimabelas
150
Serat Samudra Yudha Babak Keenambelas
151
Serat Samudra Yudha Babak Ketujuhbelas
152
Serat Samudra Yudha Babak Kedelapanbelas
153
Serat Samudra Yudha Babak Kesembilanbelas
154
Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh
155
Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Satu
156
Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Dua
157
Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Tiga
158
Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Empat
159
Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Lima
160
Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Enam dan yang Terakhir
161
Serat Pamungkasan Halaman Pertama
162
Serat Pamungkasan Halaman Kedua
163
Serat Pamungkasan Halaman Ketiga
164
Serat Pamungkasan Halaman Keempat
165
Serat Pamungkasan Halaman Kelima
166
Serat Pamungkasan Halaman Keenam
167
Serat Pamungkasan Halaman Ketujuh
168
Serat Pamungkasan Halaman Kedelapan
169
Serat Pamungkasan Halaman Kesembilan
170
Serat Pamungkasan Halaman Kesepuluh
171
Serat Pamungkasan Halaman Kesebelas
172
Serat Pamungkasan Halaman Keduabelas
173
Serat Pamungkasan Halaman Ketigabelas
174
Serat Pamungkasan Halaman Keempatbelas
175
Serat Pamungkasan Halaman Kelimabelas
176
Serat Pamungkasan Halaman Keenambelas
177
Serat Pamungkasan Halaman Ketujuhbelas
178
Serat Pamungkasan Halaman Kedelapanbelas
179
Serat Pamungkasan Halaman Kesembilanbelas
180
Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh
181
Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Satu
182
Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Dua
183
Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Tiga
184
Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Empat
185
Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Lima
186
Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Enam
187
Hikayat Sang Nayu - Mangkuk Merah
188
Hikayat Sang Nayu - Ngayau
189
Hikayat Sang Nayu - Sembilan Belas Tengkorak Kepala
190
Hikayat Sang Nayu - Tampun Juah
191
Hikayat Sang Nayu - Mimpi Jaik
192
Hikayat Sang Nayu - Belian
193
Hikayat Sang Nayu - Bejalai
194
Hikayat Sang Nayu - Mandau
195
Hikayat Sang Nayu - Kamang
196
Hikayat Sang Nayu - Rumah Betang
197
Hikayat Sang Nayu - Undak-Undakan Bebatuan
198
Hikayat Sang Nayu - Tabir Bencana
199
Hikayat Sang Nayu - Cetakan Kala
200
Hikayat Sang Nayu - Raga Sukma
201
Hikayat Sang Nayu - Rancangan Besar Takdir
202
Hikayat Sang Nayu - Bahasa Semesta
203
Hikayat Sang Nayu - Berjalan ke Dunia Seberang
204
HIkayat Sang Nayu - Bunga Tinok
205
Hikayat Sang Nayu - Parang Babi
206
Hikayat Sang Nayu - Anak Ampang
207
Hikayat Sang Nayu - Ubi Dikapuak
208
Hikayat Sang Nayu - Gelombang Darah
209
Hikayat Sang Nayu - Ku Naday Takot
210
Hikayat Sang Nayu - Sengalang Burong
211
Hikayat Sang Nayu - Serakah
212
Hikayat Sang Nayu - Pisau Dapur
213
Rehat Sejenak - Putri Junjung Buih, Putri Lindung Buih, Lengkung Takdir
214
Hikayat Sang Nayu - Pangau Bayau
215
Hikayat Sang Nayu - Berani Kesak
216
Hikayat Sang Nayu - Dipenuhi Lumpur dan Tanah
217
Hikayat Sang Nayu - Menyusur Sejarah
218
Hikayat Sang Nayu - Seringai
219
Hikayat Sang Nayu - Saat Itu Adalah Sekarang
220
Hikayat Sang Nayu - Talipak Talipok
221
Hikayat Sang Nayu - Sumpit
222
Hikayat Sang Nayu - Titisan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!