Serat Grha Pamujan - Surai

Lingga Ardiman terbangun dari tidurnya. Kepalanya masih terasa cukup pening. Ia melirik ke arah jam dinding di satu sudut kamar kosnya dan melihat bahwa saat itu pukul tiga subuh.

Ah, rupanya sedang akan hujan diluar. Petir menyambar menerangi angkasa dan mengirimkan lecutan sinarnya menyelip melalui ventilasi dan tirai kamarnya. Suara guntur menyusul bertalu-talu menggetarkan dinding dan atap genting. Tak lama larik-larik air meluncur jatuh memberikan efek suara memercik yang perlahan menderu.

Kantung kemihnya terasa penuh dan memberontak. Ia berdiri dari ranjangnya hendak beranjak dari kamar ke toilet yang terletak di belakang bangunan kosnya. Ada lima kamar lain yang berada di dalam bangunan yang sama. Saat itu, ketika membuka pintu kamarnya, semua pintu kamar lain tertutup erat dan tak menunjukkan tanda-tanda penghuninya masih terjaga.

Ia berjalan melewati lorong di tengah kamar-kamar kos yang secara khusus dihuni oleh para pegawai perusahaan tebu milik ayah Nala Turasih tersebut ke arah belakang, tempat dimana toilet, kamar mandi dan dapur berada.

Hujan makin melebat dan menghajar permukaan genting menyebabkan bunyi bertalu-talu berubah menjadi berdentum.

Sudah lebih dari setahun Lingga Adiman tinggal di rumah kos ini, tapi tetap saja ia membenci bagian belakang bangunan yang terdiri atas dapur, kamar mandi serta toilet tersebut. Rumah kos ini pada dasarnya adalah bangunan lama yang terus direnovasi dan ditambah bagian-bagiannya. Dulu, setahu Lingga Ardiman, bangunan ini hanya terdiri dari dua kamar dan sebuah dapur. Sedangkan kamar mandi dan toilet terpisah dari dapur dengan sebuah sumur terletak di antaranya. Ketika telah dibangun, dapur dan kamar mandi, sumur serta toilet dijadikan satu bagian disatukan dengan atap.

Lingga Ardiman benci dengan sumur itu!

Berkali-kali renovasi, perbaikan dan pembangunan, sumur yang sudah disemen itu terlihat tidak pantas dilihat sebagai bagian dari isi dalam bangunan. Belum lagi dapur yang masih menyisakan bentuk lamanya. Selain meja kompor dan lemari yang terlihat lebih modern, masih ada sisa tungku bahkan peralatan masak kuno yang digantung di satu sudut. Debu-debu yang menempel, membalut benda-benda lama itu dan memperkuat kesan kunonya.

Lingga Ardiman melewati sumur di tengah ruangan bagian belakang tersebut dan berhenti ketika terdengar bunyi gemericik dari dalam toilet. Itu berarti kemungkinan masih ada orang di dalamnya. Masalahnya, ia melihat pintu toilet tidak tertutup rapat, menyisakan jeda cukup lebar untuk siapapun bisa melongok ke dalamnya.

Namun, ia sengaja menunggu orang itu untuk menyelesaikan menggunakan toilet. Mungkin salah satu penghuni kos yang juga sudah kebelet untuk buang air. Jam segini, pukul tiga pagi, pastilah orang yang menggunakan toilet ini tak mau repot-repot menutup pintu mengingat tak mungkin ada yang bakal mengganggunya.

Lingga Ardiman mengernyit memikirkan alasan itu karena buktinya ia ada di depan toilet, menunggu gilirannya untuk menggunakan bilik itu.

Bunyi butiran air yang jatuh ke lantai atau kecipak di dalam bak masih terdengar. Pelan, tidak tegas, tapi sangat jelas.

Sebenarnya Lingga Adiman tak keberatan untuk menunggu, hanya saja kantung kemihnya sudah terlalu penuh seakan ingin bobol saja seperti sebuah waduk yang tak kuat menahan limpahan air.

"Maaf, mas. Apa masih lama? Boleh giliran saya?" seru Lingga Adiman. Suaranya memang sengaja dikeraskan agar ia tak perlu mengulang pertanyaannya.

Tidak ada jawaban. Tapi bukti gemericik dan kecipak air mendadak menghilang.

Nampaknya orang yang ada di dalam toilet sudah menyelesaikan urusannya. Lingga Ardiman tak peduli apakah itu gara-gara dia yang mendesak si pengguna toilet agar segera menyelesaikan kegiatannya. Ia memang sudah tak kuat menahan kencingnya.

Pintu toilet yang dibuat dari seng baja itu berderit terbuka. Sangat perlahan.

Pencahayaan yang tidak terlalu baik menyamarkan jari-jari sosok yang memegang daun pintu dari dalam.

Saat itu tidak banyak yang dipikirkan Lingga Ardiman mengenai siapa yang berada di dalam toilet tersebut. Yang jelas salah satu teman sesama pegawai dan penghuni kos ini yang berada di balik pintu itu.

Sampai perlahan fokus pandangannya mulai memotret sebuah pemandangan yang ganjil sampai-sampai ia harus mengucek-ucek kedua matanya untuk memastikan apa yang sebenarnya ia sedang lihat.

Jari-jari yang terlihat dari dalam keluar memegang daun pintu itu memiliki panjang yang janggal dan tidak normal. Jari-jari tangan itu tidak hanya panjang, namun juga kurus, berkuku panjang dan tajam serta berwarna kehitaman.

Kini darah berdesir cepat dari jantung ke otaknya sampai-sampai membuatnya merasa pusing. Pemandangan itu terlalu aneh dan sulit untuk dinalar karena secara logika, tidak mungkin sosok yang memiliki jari tangan semacam itu adalah orang biasa, apalagi salah satu dari teman kos yang semuanya ia kenal.

Sialnya lagi, saat ini, detak jantung yang berpacu bagai senada dengan dentuman guntur dan hantaman air hujan yang menghajar atap genting, malah membuat tubuhnya terpaku. Lingga Adiman mendapati seluruh bagian tubuhnya bergetar hebat tetapi sama sekali tak bisa bergerak. Otaknya mengaktifkan rasa takut sekaligus menyerbarkan rasa penasaran yang hebat untuk menanti siapa atau apa di belakang pintu toilet itu.

Daun pintu membuka lebar. Awalnya Lingga Ardiman hanya melihat sebuah lubang kegelapan tanpa dasar. Perlahan namun pasti dari dalam kekelaman itu jari-jari tangan yang ia lihat tadi terulur serta menyentuh lantai. Tungkai lengan sosok itu sama kurusnya, sama gelapnya, tetapi begitu panjang dan hampir tak memiliki ciri-ciri manusiawi. Kedua lengan panjang itu bagaikan sepasang tangan binatang, seperti serangga, reptil atau mahluk yang sama sekali berbeda.

Tak lama, Lingga Ardiman menyaksikan dengan kedua mata kepalanya jelas, sebentuk kepala menyusul dari kegelapan. Sekali lagi, kepala sosok itu sama sekali tidak manusiawi. Sepasang matanya memang milik seorang manusia, namun ukurannya dua kali lebih besar, merah melotot menatap lurus menembus hati dan melelehkan nyali Lingga Ardiman. Namun, inilah yang paling mengerikan dari wajah sosok itu. Mata manusia itu tidak hanya sepasang, namun tersebar di seluruh bagian mukanya. Hanya saja ukurannya lebih kecil, bagai mata manusia normal. Semua bola mata itu sama merahnya, sama melotot dan bergerak-gerak berputar-putar ke segala arah.

Tempat yang seharusnya adalah hidung adalah sebuah area yang rata dan berbulu. Mulutnya adalah sebuah lubang besar yang mengeluarkan lidah panjang berlendir menjilati udara.

Lingga Ardiman baru sadar bahwa mahluk yang keluar dari balik toilet itu merangkak. Tubuhnya sedikit lebih besar dari tubuh manusia normal, tetapi kaki belakangnya yang melengkung membuat sosoknya cenderung seperti binatang. Apalagi ekor sebentuk campuran surai kuda dan kadal raksasa berkibas di bagian belakang badannya.

Lingga Ardiman bergidik ngeri dan kaku di tempatnya ketika sosok hewani itu bergerak pelan ke arahnya. Lidah panjangnya ditarik masuk, sedangkan mulut berupa lubang itu mengeluarkan bunyi serupa seekor burung hantu, "Wuk, wuk, wuk, wuk ...." Mata lebarnya mengunci Lingga Ardiman, sedangkan mata-mata lainnya yang lebih kecil terus bergerak, berputar-putar ke segala arah.

Lingga Ardiman tak mampu menahan tubuhnya lagi. Ia jatuh terduduk dengan otot-otot lemas. Selangkangannya basah oleh air kencing: ia mengompol saking takutnya.

Mahluk itu terus mendekat, merangkak ke arahnya.

Sepasang tungkai lengan panjangnya kembali menjulur memegang kedua bahu Lingga Ardiman dan meremasnya keras.

Mahluk itu kemudian berdiri, menjulang di atas tubuh Lingga Ardiman yang terduduk tanpa tenaga dan syok, kemudian membuka mulutnya lebar.

Lidah panjang sang mahluk menyapu wajah Lingga Ardiman sehingga basah oleh liur lengket yang menjijikkan. Anehnya, kedua mata Lingga Ardiman tak bisa tertutup dan melihat jelas isi mulut sang mahluk yang bagai sebuah lubang membuka lebar itu. Di dalam dinding mulut sang mahluk, ada belasan lagi bola mata yang kesemuanya melotot memandang ke arah sang korban.

Terpopuler

Comments

〈⎳ Life of Muzu

〈⎳ Life of Muzu

wow, apaan tuh?

2024-02-04

0

Ayano

Ayano

Sudah kuduga
Rip kedamaian di pagi hari

2023-07-17

1

Ayano

Ayano

Fix bukan manusia

2023-07-17

1

lihat semua
Episodes
1 Serat Grha Pamujan - Nala Turasih
2 Serat Grha Pamujan - Lingga Ardiman
3 Serat Grha Pamujan - Teh Hangat
4 Serat Grha Pamujan - Surai
5 Serat Grha Pamujan - Hasrat
6 Serat Grha Pamujan - Kamar
7 Serat Grha Pamujan - Sang Juragan
8 Serat Grha Pamujan - Budak Kuasa Iblis
9 Serat Grha Pamujan - Pak Kuranji
10 Serat Grha Pamujan - Beringin
11 Serat Grha Pamujan - Lemari
12 Serat Grha Pamujan - Lukisan
13 Serat Grha Pamujan - Api Unggun
14 Serat Grha Pamujan - Sang Angkara Murka
15 Serat Grha Pamujan - Sadali Pandega
16 Serat Grha Pamujan - Larut
17 Serat Grha Pamujan - Pratama
18 Serat Grha Pamujan - Perempuan Melayang
19 Serat Grha Pamujan - Tumbal
20 Serat Grha Pamujan - Candi
21 Serat Grha Pamujan - Jalan Setapak
22 Serat Grha Pamujan - Kabut
23 Tentang Nala
24 Serat Grha Pamujan - Berubah Bentuk
25 Serat Grha Pamujan - Siluet
26 Serat Grha Pamujan - Datuk Macan Kumbang
27 Serat Grha Pamujan - Mata Menangkap Hasrat dan Syahwat
28 Serat Grha Pamujan - Garis-Garis Gaib
29 Serat Grha Pamujan - Altar Pemujaan
30 Serat Grha Pamujan - Bidak
31 Serat Grha Pamujan - Sudarmi
32 Serat Grha Pamujan - Cahaya Jingga
33 Serat Grha Pamujan - Tangga
34 Serat Grha Pamujan - Perempuan
35 Serat Grha Pamujan - Darmadi
36 Serat Grha Pamujan - Tirai
37 Serat Grha Pamujan - Seorang Remaja
38 Serat Grha Pamujan - Rongga Gelap Hitam
39 Serat Grha Pamujan - Insan yang Sedang Terluka
40 Serat Grha Pamujan - Memekat
41 Serat Grha Pamujan - Sang Durga
42 Serat Grha Pamujan - Buaya
43 Serat Grha Pamujan - Penguasa
44 Serat Grha Pamujan - Merah
45 Serat Grha Pamujan - Segara
46 Serat Grha Pamujan - Remuk Redam
47 Serat Grha Pamujan - Sang Ratu
48 Serat Grha Pamujan - Penginapan
49 Serat Grha Pamujan - Air
50 Serat Grha Pamujan - Mahakarya
51 Serat Grha Pamujan - Tubuh
52 Serat Bhumi Menungsa - Pancajiwa
53 Serat Bhumi Menungsa - Dyah Suhita
54 Serat Bhumi Menungsa - Dyiwang Awang
55 Serat Bhumi Menungsa - Kain Kuning
56 Serat Bhumi Menungsa - Kehampaan Tanpa Bentuk
57 Serat Bhumi Menungsa - Syahwat yang Berkedut Nikmat
58 Serat Bhumi Menungsa - Darmajati
59 Serat Bhumi Menungsa - Sarti
60 Serat Bhumi Menungsa - Bilik
61 Serat Bhumi Menungsa - Dua Kekuatan Purba
62 Serat Bhumi Menungsa - Bhanurasmi
63 Serat Bhumi Menungsa – Menari Bersama dalam Geliat Hasrat
64 Serat Bhumi Menungsa - Kegelapan yang Melayang-Layang
65 Serat Bhumi Menungsa - Menantang Riang dan Girang
66 Serat Bhumi Menungsa - Gontai
67 Serat Bhumi Menungsa - Karma
68 Serat Bhumi Menungsa - Tanpa Busana
69 Serat Bhumi Menungsa - Meregang Nyawa
70 Serat Bhumi Menungsa - Dua Wajah Berbeda
71 Serat Bhumi Menungsa - Kehormatan dan Kemahsyuran
72 Serat Bhumi Menungsa - Kemaharupaan
73 Serat Bhumi Menungsa - Anarghya Widagda
74 Serat Bhumi Menungsa - Ganjil
75 Serat Bhumi Menungsa - Bersemi
76 Serat Bhumi Menungsa - Warna Kehijauan
77 Serat Bhumi Menungsa - Bebas
78 Serat Bhumi Menungsa - Menjelma Berkali Lipat
79 Serat Bhumi Menungsa - Perlahan
80 Serat Bhumi Menungsa - Nampan Gelora
81 Serat Jiwa - Uap
82 Serat Jiwa - Asap
83 Serat Jiwa - Tanah
84 Serat Jiwa - Air
85 Serat Jiwa - Kayu
86 Serat Jiwa - Aroma
87 Serat Jiwa - Api
88 Serat Jiwa - Bayangan
89 Serat Jiwa - Getaran
90 Serat Jiwa - Sakit dan Cinta
91 Serat Jiwa - Nyata
92 Serat Jiwa - Kegerahan Hawa Membunuh
93 Serat Jiwa - Sosok Lain
94 Serat Jiwa - Memaksakan Nyali
95 Serat Jiwa - Lima Jiwa
96 Serat Jiwa - Lampir
97 Serat Jiwa - Nir Pusat dan Nir Tetap
98 Serat Jiwa - Bobrok
99 Serat Jiwa - Takut
100 Serat Jiwa - Sumpah Serapah
101 Serat Jiwa - Debu dan Abu
102 Serat Jiwa - Surajalu dan Amir Cahya
103 Serat Jiwa - Undangan
104 Serat Jiwa - Memuai Lunglai
105 Serat Jiwa - Kehadiran
106 Serat Jiwa - Melengkung dan Melonjak-Lonjak
107 Serat Jiwa - Pintu Depan
108 Serat Jiwa - Kama
109 Serat Jiwa - Takluk
110 Serat Jiwa - Manggantung Menunduk
111 Serat Jiwa - Berdebu untuk Sekian Waktu
112 Serat Jiwa - Jemawa
113 Serat Jiwa - Ragu tetapi Paham
114 Serat Jiwa - Aroma Kekuasaan
115 Serat Jiwa - Menggetarkan Semesta
116 Serat Jiwa - Tertawan oleh Kebesaran dan Keagungan
117 Serat Jiwa - Berdiri Berdampingan
118 Serat Jiwa - Penyesalan dan Penyalahan
119 Serat Jiwa - Tercerabut
120 Serat Jiwa - Dikisahkan dalam Nada dan Ritma
121 Serat Jiwa - Berdiri Kaku Termangu
122 Serat Jiwa - Permainan Belaka
123 Serat Jiwa - Menyusul Muncul
124 Serat Jiwa - Titik Demi Titik
125 Serat Jiwa - Panca Nyawa dan Pancajiwa
126 Serat Jiwa - Dua Sejoli
127 Serat Jiwa - Makna Harfiah
128 Serat Jiwa - Mati Hari Ini
129 Serat Jiwa - Menggeram Bagai Penuh Dendam
130 Serat Jiwa - Lumpur Nista dan Dosa
131 Serat Jiwa - Turun Tanpa Batasan
132 Serat Jiwa - Memandang Terpana
133 Serat jiwa - Ketiadaan Waktu
134 Serat Jiwa - Berada dalam Kepalan Tangan
135 Serat Samudra Yudha Babak Pertama
136 Serat Samudra Yudha Babak Kedua
137 Serat Samudra Yudha Babak Ketiga
138 Serat Samudra Yudha Babak Keempat
139 Serat Samudra Yudha Babak Kelima
140 Serat Samudra Yudha Babak Keenam
141 Serat Samudra Yudha Babak Ketujuh
142 Serat Samudra Yudha Babak Kedelapan
143 Serat Samudra Yudha Babak Kesembilan
144 Serat Samudra Yudha Babak Kesepuluh
145 Serat Samudra Yudha Babak Kesebelas
146 Serat Samudra Yudha Babak Keduabelas
147 Serat Samudra Yudha Babak Ketigabelas
148 Serat Samudra Yudha Babak Keempatbelas
149 Serat Samudra Yudha Babak Kelimabelas
150 Serat Samudra Yudha Babak Keenambelas
151 Serat Samudra Yudha Babak Ketujuhbelas
152 Serat Samudra Yudha Babak Kedelapanbelas
153 Serat Samudra Yudha Babak Kesembilanbelas
154 Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh
155 Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Satu
156 Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Dua
157 Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Tiga
158 Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Empat
159 Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Lima
160 Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Enam dan yang Terakhir
161 Serat Pamungkasan Halaman Pertama
162 Serat Pamungkasan Halaman Kedua
163 Serat Pamungkasan Halaman Ketiga
164 Serat Pamungkasan Halaman Keempat
165 Serat Pamungkasan Halaman Kelima
166 Serat Pamungkasan Halaman Keenam
167 Serat Pamungkasan Halaman Ketujuh
168 Serat Pamungkasan Halaman Kedelapan
169 Serat Pamungkasan Halaman Kesembilan
170 Serat Pamungkasan Halaman Kesepuluh
171 Serat Pamungkasan Halaman Kesebelas
172 Serat Pamungkasan Halaman Keduabelas
173 Serat Pamungkasan Halaman Ketigabelas
174 Serat Pamungkasan Halaman Keempatbelas
175 Serat Pamungkasan Halaman Kelimabelas
176 Serat Pamungkasan Halaman Keenambelas
177 Serat Pamungkasan Halaman Ketujuhbelas
178 Serat Pamungkasan Halaman Kedelapanbelas
179 Serat Pamungkasan Halaman Kesembilanbelas
180 Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh
181 Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Satu
182 Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Dua
183 Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Tiga
184 Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Empat
185 Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Lima
186 Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Enam
187 Hikayat Sang Nayu - Mangkuk Merah
188 Hikayat Sang Nayu - Ngayau
189 Hikayat Sang Nayu - Sembilan Belas Tengkorak Kepala
190 Hikayat Sang Nayu - Tampun Juah
191 Hikayat Sang Nayu - Mimpi Jaik
192 Hikayat Sang Nayu - Belian
193 Hikayat Sang Nayu - Bejalai
194 Hikayat Sang Nayu - Mandau
195 Hikayat Sang Nayu - Kamang
196 Hikayat Sang Nayu - Rumah Betang
197 Hikayat Sang Nayu - Undak-Undakan Bebatuan
198 Hikayat Sang Nayu - Tabir Bencana
199 Hikayat Sang Nayu - Cetakan Kala
200 Hikayat Sang Nayu - Raga Sukma
201 Hikayat Sang Nayu - Rancangan Besar Takdir
202 Hikayat Sang Nayu - Bahasa Semesta
203 Hikayat Sang Nayu - Berjalan ke Dunia Seberang
204 HIkayat Sang Nayu - Bunga Tinok
205 Hikayat Sang Nayu - Parang Babi
206 Hikayat Sang Nayu - Anak Ampang
207 Hikayat Sang Nayu - Ubi Dikapuak
208 Hikayat Sang Nayu - Gelombang Darah
209 Hikayat Sang Nayu - Ku Naday Takot
210 Hikayat Sang Nayu - Sengalang Burong
211 Hikayat Sang Nayu - Serakah
212 Hikayat Sang Nayu - Pisau Dapur
213 Rehat Sejenak - Putri Junjung Buih, Putri Lindung Buih, Lengkung Takdir
214 Hikayat Sang Nayu - Pangau Bayau
215 Hikayat Sang Nayu - Berani Kesak
216 Hikayat Sang Nayu - Dipenuhi Lumpur dan Tanah
217 Hikayat Sang Nayu - Menyusur Sejarah
218 Hikayat Sang Nayu - Seringai
219 Hikayat Sang Nayu - Saat Itu Adalah Sekarang
220 Hikayat Sang Nayu - Talipak Talipok
221 Hikayat Sang Nayu - Sumpit
222 Hikayat Sang Nayu - Titisan
Episodes

Updated 222 Episodes

1
Serat Grha Pamujan - Nala Turasih
2
Serat Grha Pamujan - Lingga Ardiman
3
Serat Grha Pamujan - Teh Hangat
4
Serat Grha Pamujan - Surai
5
Serat Grha Pamujan - Hasrat
6
Serat Grha Pamujan - Kamar
7
Serat Grha Pamujan - Sang Juragan
8
Serat Grha Pamujan - Budak Kuasa Iblis
9
Serat Grha Pamujan - Pak Kuranji
10
Serat Grha Pamujan - Beringin
11
Serat Grha Pamujan - Lemari
12
Serat Grha Pamujan - Lukisan
13
Serat Grha Pamujan - Api Unggun
14
Serat Grha Pamujan - Sang Angkara Murka
15
Serat Grha Pamujan - Sadali Pandega
16
Serat Grha Pamujan - Larut
17
Serat Grha Pamujan - Pratama
18
Serat Grha Pamujan - Perempuan Melayang
19
Serat Grha Pamujan - Tumbal
20
Serat Grha Pamujan - Candi
21
Serat Grha Pamujan - Jalan Setapak
22
Serat Grha Pamujan - Kabut
23
Tentang Nala
24
Serat Grha Pamujan - Berubah Bentuk
25
Serat Grha Pamujan - Siluet
26
Serat Grha Pamujan - Datuk Macan Kumbang
27
Serat Grha Pamujan - Mata Menangkap Hasrat dan Syahwat
28
Serat Grha Pamujan - Garis-Garis Gaib
29
Serat Grha Pamujan - Altar Pemujaan
30
Serat Grha Pamujan - Bidak
31
Serat Grha Pamujan - Sudarmi
32
Serat Grha Pamujan - Cahaya Jingga
33
Serat Grha Pamujan - Tangga
34
Serat Grha Pamujan - Perempuan
35
Serat Grha Pamujan - Darmadi
36
Serat Grha Pamujan - Tirai
37
Serat Grha Pamujan - Seorang Remaja
38
Serat Grha Pamujan - Rongga Gelap Hitam
39
Serat Grha Pamujan - Insan yang Sedang Terluka
40
Serat Grha Pamujan - Memekat
41
Serat Grha Pamujan - Sang Durga
42
Serat Grha Pamujan - Buaya
43
Serat Grha Pamujan - Penguasa
44
Serat Grha Pamujan - Merah
45
Serat Grha Pamujan - Segara
46
Serat Grha Pamujan - Remuk Redam
47
Serat Grha Pamujan - Sang Ratu
48
Serat Grha Pamujan - Penginapan
49
Serat Grha Pamujan - Air
50
Serat Grha Pamujan - Mahakarya
51
Serat Grha Pamujan - Tubuh
52
Serat Bhumi Menungsa - Pancajiwa
53
Serat Bhumi Menungsa - Dyah Suhita
54
Serat Bhumi Menungsa - Dyiwang Awang
55
Serat Bhumi Menungsa - Kain Kuning
56
Serat Bhumi Menungsa - Kehampaan Tanpa Bentuk
57
Serat Bhumi Menungsa - Syahwat yang Berkedut Nikmat
58
Serat Bhumi Menungsa - Darmajati
59
Serat Bhumi Menungsa - Sarti
60
Serat Bhumi Menungsa - Bilik
61
Serat Bhumi Menungsa - Dua Kekuatan Purba
62
Serat Bhumi Menungsa - Bhanurasmi
63
Serat Bhumi Menungsa – Menari Bersama dalam Geliat Hasrat
64
Serat Bhumi Menungsa - Kegelapan yang Melayang-Layang
65
Serat Bhumi Menungsa - Menantang Riang dan Girang
66
Serat Bhumi Menungsa - Gontai
67
Serat Bhumi Menungsa - Karma
68
Serat Bhumi Menungsa - Tanpa Busana
69
Serat Bhumi Menungsa - Meregang Nyawa
70
Serat Bhumi Menungsa - Dua Wajah Berbeda
71
Serat Bhumi Menungsa - Kehormatan dan Kemahsyuran
72
Serat Bhumi Menungsa - Kemaharupaan
73
Serat Bhumi Menungsa - Anarghya Widagda
74
Serat Bhumi Menungsa - Ganjil
75
Serat Bhumi Menungsa - Bersemi
76
Serat Bhumi Menungsa - Warna Kehijauan
77
Serat Bhumi Menungsa - Bebas
78
Serat Bhumi Menungsa - Menjelma Berkali Lipat
79
Serat Bhumi Menungsa - Perlahan
80
Serat Bhumi Menungsa - Nampan Gelora
81
Serat Jiwa - Uap
82
Serat Jiwa - Asap
83
Serat Jiwa - Tanah
84
Serat Jiwa - Air
85
Serat Jiwa - Kayu
86
Serat Jiwa - Aroma
87
Serat Jiwa - Api
88
Serat Jiwa - Bayangan
89
Serat Jiwa - Getaran
90
Serat Jiwa - Sakit dan Cinta
91
Serat Jiwa - Nyata
92
Serat Jiwa - Kegerahan Hawa Membunuh
93
Serat Jiwa - Sosok Lain
94
Serat Jiwa - Memaksakan Nyali
95
Serat Jiwa - Lima Jiwa
96
Serat Jiwa - Lampir
97
Serat Jiwa - Nir Pusat dan Nir Tetap
98
Serat Jiwa - Bobrok
99
Serat Jiwa - Takut
100
Serat Jiwa - Sumpah Serapah
101
Serat Jiwa - Debu dan Abu
102
Serat Jiwa - Surajalu dan Amir Cahya
103
Serat Jiwa - Undangan
104
Serat Jiwa - Memuai Lunglai
105
Serat Jiwa - Kehadiran
106
Serat Jiwa - Melengkung dan Melonjak-Lonjak
107
Serat Jiwa - Pintu Depan
108
Serat Jiwa - Kama
109
Serat Jiwa - Takluk
110
Serat Jiwa - Manggantung Menunduk
111
Serat Jiwa - Berdebu untuk Sekian Waktu
112
Serat Jiwa - Jemawa
113
Serat Jiwa - Ragu tetapi Paham
114
Serat Jiwa - Aroma Kekuasaan
115
Serat Jiwa - Menggetarkan Semesta
116
Serat Jiwa - Tertawan oleh Kebesaran dan Keagungan
117
Serat Jiwa - Berdiri Berdampingan
118
Serat Jiwa - Penyesalan dan Penyalahan
119
Serat Jiwa - Tercerabut
120
Serat Jiwa - Dikisahkan dalam Nada dan Ritma
121
Serat Jiwa - Berdiri Kaku Termangu
122
Serat Jiwa - Permainan Belaka
123
Serat Jiwa - Menyusul Muncul
124
Serat Jiwa - Titik Demi Titik
125
Serat Jiwa - Panca Nyawa dan Pancajiwa
126
Serat Jiwa - Dua Sejoli
127
Serat Jiwa - Makna Harfiah
128
Serat Jiwa - Mati Hari Ini
129
Serat Jiwa - Menggeram Bagai Penuh Dendam
130
Serat Jiwa - Lumpur Nista dan Dosa
131
Serat Jiwa - Turun Tanpa Batasan
132
Serat Jiwa - Memandang Terpana
133
Serat jiwa - Ketiadaan Waktu
134
Serat Jiwa - Berada dalam Kepalan Tangan
135
Serat Samudra Yudha Babak Pertama
136
Serat Samudra Yudha Babak Kedua
137
Serat Samudra Yudha Babak Ketiga
138
Serat Samudra Yudha Babak Keempat
139
Serat Samudra Yudha Babak Kelima
140
Serat Samudra Yudha Babak Keenam
141
Serat Samudra Yudha Babak Ketujuh
142
Serat Samudra Yudha Babak Kedelapan
143
Serat Samudra Yudha Babak Kesembilan
144
Serat Samudra Yudha Babak Kesepuluh
145
Serat Samudra Yudha Babak Kesebelas
146
Serat Samudra Yudha Babak Keduabelas
147
Serat Samudra Yudha Babak Ketigabelas
148
Serat Samudra Yudha Babak Keempatbelas
149
Serat Samudra Yudha Babak Kelimabelas
150
Serat Samudra Yudha Babak Keenambelas
151
Serat Samudra Yudha Babak Ketujuhbelas
152
Serat Samudra Yudha Babak Kedelapanbelas
153
Serat Samudra Yudha Babak Kesembilanbelas
154
Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh
155
Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Satu
156
Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Dua
157
Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Tiga
158
Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Empat
159
Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Lima
160
Serat Samudra Yudha Babak Keduapuluh Enam dan yang Terakhir
161
Serat Pamungkasan Halaman Pertama
162
Serat Pamungkasan Halaman Kedua
163
Serat Pamungkasan Halaman Ketiga
164
Serat Pamungkasan Halaman Keempat
165
Serat Pamungkasan Halaman Kelima
166
Serat Pamungkasan Halaman Keenam
167
Serat Pamungkasan Halaman Ketujuh
168
Serat Pamungkasan Halaman Kedelapan
169
Serat Pamungkasan Halaman Kesembilan
170
Serat Pamungkasan Halaman Kesepuluh
171
Serat Pamungkasan Halaman Kesebelas
172
Serat Pamungkasan Halaman Keduabelas
173
Serat Pamungkasan Halaman Ketigabelas
174
Serat Pamungkasan Halaman Keempatbelas
175
Serat Pamungkasan Halaman Kelimabelas
176
Serat Pamungkasan Halaman Keenambelas
177
Serat Pamungkasan Halaman Ketujuhbelas
178
Serat Pamungkasan Halaman Kedelapanbelas
179
Serat Pamungkasan Halaman Kesembilanbelas
180
Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh
181
Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Satu
182
Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Dua
183
Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Tiga
184
Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Empat
185
Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Lima
186
Serat Pamungkasan Halaman Keduapuluh Enam
187
Hikayat Sang Nayu - Mangkuk Merah
188
Hikayat Sang Nayu - Ngayau
189
Hikayat Sang Nayu - Sembilan Belas Tengkorak Kepala
190
Hikayat Sang Nayu - Tampun Juah
191
Hikayat Sang Nayu - Mimpi Jaik
192
Hikayat Sang Nayu - Belian
193
Hikayat Sang Nayu - Bejalai
194
Hikayat Sang Nayu - Mandau
195
Hikayat Sang Nayu - Kamang
196
Hikayat Sang Nayu - Rumah Betang
197
Hikayat Sang Nayu - Undak-Undakan Bebatuan
198
Hikayat Sang Nayu - Tabir Bencana
199
Hikayat Sang Nayu - Cetakan Kala
200
Hikayat Sang Nayu - Raga Sukma
201
Hikayat Sang Nayu - Rancangan Besar Takdir
202
Hikayat Sang Nayu - Bahasa Semesta
203
Hikayat Sang Nayu - Berjalan ke Dunia Seberang
204
HIkayat Sang Nayu - Bunga Tinok
205
Hikayat Sang Nayu - Parang Babi
206
Hikayat Sang Nayu - Anak Ampang
207
Hikayat Sang Nayu - Ubi Dikapuak
208
Hikayat Sang Nayu - Gelombang Darah
209
Hikayat Sang Nayu - Ku Naday Takot
210
Hikayat Sang Nayu - Sengalang Burong
211
Hikayat Sang Nayu - Serakah
212
Hikayat Sang Nayu - Pisau Dapur
213
Rehat Sejenak - Putri Junjung Buih, Putri Lindung Buih, Lengkung Takdir
214
Hikayat Sang Nayu - Pangau Bayau
215
Hikayat Sang Nayu - Berani Kesak
216
Hikayat Sang Nayu - Dipenuhi Lumpur dan Tanah
217
Hikayat Sang Nayu - Menyusur Sejarah
218
Hikayat Sang Nayu - Seringai
219
Hikayat Sang Nayu - Saat Itu Adalah Sekarang
220
Hikayat Sang Nayu - Talipak Talipok
221
Hikayat Sang Nayu - Sumpit
222
Hikayat Sang Nayu - Titisan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!