17. JANGAN BILANG

Kamp pelatihan musim panas hari kedua dimulai. Setelah sarapan dua kali lipat dari biasanya, energi Ryuuku terisi kembali dan siap untuk bertanding. Erol sendiri tampak kurang bersemangat karena tidak tidur semalaman. Sebenarnya, bukan masalah besar apabila seorang werewolf tidak tidur malam, energi mereka masih bisa digunakan untuk beraktivitas tanpa takut tumbang. Namun, akibat pemikiran yang dibuatnya sendiri, Erol jadi terlihat lesu seperti orang yang kurang istirahat.

Nanti malam aku ingin minum obat tidur saja, batin Erol sembari bersiap untuk latihan.

Sepanjang latihan tanding, SMA Hoshiro meraih tiga kali kemenangan dan dua kali kekalahan melawan tiga SMA yang berbeda. Hukuman berlari mengelilingi lapangan dan push up sembari ditunggangi sang pemenang pun telah mereka lakukan. Lelah sudah pasti mereka dapatkan. Akan tetapi, keseruan dari kerja sama tim dan pengalaman yang diperoleh, menutupi rasa letih mereka. Terlihat dari wajah tim Kintarou, mereka semua masih tampak ceria, bahkan beberapa dari mereka masih ada yang latihan meskipun waktu makan malam sudah tiba.

“Kali ini aku pasti bisa menembus tembok kalian!” ujar Naoki sebelum melompat dan memukul bola dari Kazuki.

Smash silang yang dilakukan Naoki berhasil dibaca Kintarou, sehingga dengan sigap dia memblokir bola tersebut agar tidak masuk ke dalam wilayahnya.

“Ah … padahal aku sudah berusaha, tetapi Hayashi-senpai terlalu kuat ….” Naoki jatuh lemas dengan wajah kecewa. Tubuhnya terkapar ‘tak berdaya di lantai.

Kintarou lantas menyahut, “Kau hanya perlu berlatih lebih keras, Naoki. Bangun, kita coba lagi.”

Sebagai junior yang penurut dan pantang menyerah, Naoki bangkit kembali. Namun saat mereka hendak mulai latihan lagi, Ryuuka tiba-tiba datang dan berkata, “Teman-teman, ayo, cepat makan! Nanti kalian tidak kebagian, lho!”

“Bisa beri kami waktu sebentar lagi?” Kintarou mencoba bernegosiasi.

“Hm … bagaimana, ya?” Ryuuka tampak menimbang-nimbang sejenak. “Masalahnya, Kobayashi-senpai menyuruhku membawa ini kalau kalian tidak mau nurut.” Gadis itu kemudian menunjukkan alat pemukul kasur dari balik punggungnya.

Wajah Kintarou, Ryuuku, Kazuki, dan Naoki sontak terkejut saat melihat benda yang terbuat dari rotan itu dibawa sampai ke kamp pelatihan oleh manajer mereka. Pasalnya, benda tersebut sering digunakan oleh Kobayashi Hana untuk menertibkan mereka jikalau sudah sulit diatur. Meskipun wajahnya terlihat kalem, perempuan yang duduk di bangku kelas dua itu cukup menyeramkan ketika marah.

Hana saat ini sedang berada di kantin, membagikan lauk makan malam untuk para peserta kamp pelatihan. Dia menugaskan Ryuuka untuk memanggil anggota timnya yang belum terlihat mengambil jatah makan malam sembari membawa pemukul kasur tersebut, sebab dia tahu mereka pasti akan meminta waktu lagi untuk latihan. Bukannya tidak boleh, tetapi “waktu sebentar” bagi mereka itu bisa sampai satu jam kemudian.

“Aku kira benda itu ketinggalan,” bisik Kazuki ketika menuju kantin.

“Mungkin tadinya benda itu tidak dibawa, tetapi setelah kejadian kemarin, dia menyuruh orang lain untuk mengantar benda itu kemari,” sahut Kintarou.

Kazuki lantas mengangguk dan berkata, “Bisa jadi.”

...***...

Memandang bulan sudah menjadi kebiasaan Erol dikala dirinya membutuhkan ketenangan. Erol sudah makan malam lebih dulu daripada Ryuuku. Dia juga tidak mengikuti latihan tambahan bersama yang lain karena otaknya tidak bisa diajak berkompromi. Di balik jendela koridor yang sepi, wajahnya dibiarkan terkena angin yang membelai lembut.

“Maaf membuat Anda menunggu,” ujar seorang perempuan yang menghampiri Erol.

Erol pun berbalik dan menyahut, “‘Tak apa.”

Tidak ada senyuman di wajah laki-laki itu kala matanya bertemu dengan Hana. Sangat berbeda ketika dirinya bertemu dengan Ryuuka.

Hana kemudian menyerahkan kepada Erol dua pil bulat berwarna putih yang masih dibungkus rapi. “Semoga tidur Anda nyenyak hari ini, Tuan Erol.”

“Sudah kubilang berkali-kali bersikaplah seperti senior dan junior saja meskipun tidak ada orang,” ucap Erol dengan raut datar.

“Maaf, tetapi saya tidak bisa.” Hana mengulas senyum simpul sebelum meminta izin untuk pamit.

Karena sudah tidak ada keperluan lagi, Erol pun mengizinkan Hana pergi. Di tengah perjalanan, Hana dan Ryuuka tidak sengaja berpapasan saat sang manajer pertama tersebut turun dari anak tangga terakhir.

“Kobayashi-senpai?” ujar Ryuuka bingung sekaligus terkejut. Dia lalu bertanya, “Kau baru dari lantai tiga?”

“Iya, ada keperluan sedikit. Aku duluan, ya?” Hana berlalu dengan buru-buru, membuat Ryuuka mematung dan semakin bingung.

Ryuuka menoleh, melihat ke arah tangga yang sepi dan bergumam, “Memangnya di lantai tiga juga ditempati oleh tim lain?”

Entah mengapa, batin Ryuuka menyuruhnya untuk naik ke sana, padahal dia adalah orang yang penakut dengan tempat sepi dan gelap. Seolah rasa takut itu lenyap dari dirinya, Ryuuka menaiki anak tangga secara perlahan. Namun baru beberapa langkah, turun laki-laki berkaus putih yang berhasil membuatnya kaget.

“Arata?!”

“Oh, Ryuuka? Sedang apa kau di sini?” tanya Erol, pura-pura terkejut. Sebenarnya, Erol sudah tahu kalau Ryuuka akan naik ke lantai tiga, tercium dari baunya.

“Seharusnya aku yang bertanya seperti itu,” sahut gadis tersebut. “Tadi Kobayashi-senpai juga baru dari lantai tiga. Kau melihatnya tidak?”

“I-itu … iya, aku bertemu dengannya.” Erol menjawab dengan sedikit keraguan di setiap katanya.

Jawaban tersebut sedikit mengejutkan Ryuuka, sebab untuk apa mereka bertemu di sana, di tempat yang tidak dihuni oleh tim lain?

“Ka-kau jangan salah paham dulu. Aku hanya meminta ini.” Cepat-cepat Erol merogoh saku celananya untuk menunjukkan barang bukti.

“Obat tidur?” tanya Ryuuka dan Erol pun mengangguk. “Pasti kau sulit tidur karena berisik, ya?”

“Iya. Aku menenangkan diri di lantai tiga karena sepi. Lalu aku meminta Kobayashi-senpai untuk mengantarnya ke sana,” jelas Erol.

“Begitu ….” Rasanya, seperti masih ada yang mengganjal di benak Ryuuka. Dia ingin percaya, tetapi entah mengapa kecurigaannya lebih mendominasi, meskipun sudah diberi bukti.

Apa benar seperti itu? Mengapa aku merasa … ada yang disembunyikan oleh Arata? Ryuuka membatin dengan raut masam.

Melihat wajah gadis tersebut berubah tidak sesuai dengan ekspektasinya, Erol mulai agak waswas. Jangan-jangan Ryuuka tidak percaya?

Mereka pun terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Embusan bau yang familier di hidung Erol tiba-tiba tercium, membuat perasaan waswasnya naik tingkat menjadi waspada. Refleks, dirinya menarik Ryuuka ke lantai tiga. Ryuuka tentu terkejut, tetapi untung saja dia tidak berteriak.

“Ma-mau apa kita ke sini?” tanya gadis itu.

Erol lalu berdalih, “Untuk membuatmu percaya.”

Laki-laki berambut abu-abu tersebut menuntun Ryuuka ke tempat awal dirinya melihat bulan sabit yang mengusir gelap dan mendatangkan kedamaian di dalam kesunyian. Sepasang mata beriris hitam itu menatap ke bulan yang sama dengan perasaan berbeda dari sebelumnya. Kecurigaan dan kecemburuan Ryuuka menghilang, seolah dibinasakan oleh cahayanya.

“Aku percaya …,” ujar Ryuuka, pelan. “Terima kasih sudah menunjukkannya kepadaku.”

Masih dengan mata yang menatap benda tersebut, Erol menyahut, “Aku pernah berjanji untuk melihat bulan bersamamu dan juga Ryuuku. Akan tetapi … sepertinya lain kali kita bisa melihatnya bertiga.”

Ryuuka ingat ucapan tersebut pernah terlontar saat dirinya salah paham dengan Erol. Malu sekali kalau mengingat kejadian yang berusaha dia lupakan itu. Lagi-lagi, otaknya memutar kata-kata Erol sebelum dirinya frustrasi dan ingin pindah ke Mars.

Déjà vu ….

Namun kali ini, Erol lebih banyak diam. Hanya kata-kata itu yang terakhir keluar dari mulutnya. Penasaran dengan mulut Erol yang terus terkatup, Ryuuka menoleh pelan. Matanya terkejut kala melihat pipi Erol memerah, seperti orang menahan malu.

“Ja-jangan melihatku seperti itu,” ucap Erol tanpa menoleh.

“Maaf.” Ryuuka lalu mengalihkan pandangannya dengan cepat.

“Aku minta maaf karena sudah menarik tanganmu tiba-tiba.” Kali ini, Erol berani melihat sosok gadis di sebelahnya. “Apa tanganmu baik-baik saja?”

Ryuuka mengangguk. “Tanganku baik-baik saja. Aku hanya sedikit terkejut tadi.”

Sekarang, mata mereka saling beradu. Ada perasaan yang tidak biasa begejolak di dalam dada. Entahlah, rasanya aneh dan menggelitik. Degupan jantung mereka seolah berlomba siapa yang paling cepat. Siapa pun pemenangnya, dapat dipastikan pipinya menjadi yang paling merah.

Getaran ponsel Erol seketika membuyarkan suasana. Dilihat terdapat pesan dari Kintarou yang menyuruhnya untuk cepat kembali, sebab kakak dari gadis itu tengah khawatir dengan keberadaan adiknya.

Kintarou bisa merasakan energi Erol berada di lantai tiga. Setelah pesan itu terkirim, dia pun pergi dari tangga yang menuju ke lantai tersebut, menyusul Ryuuku.

“Ayo, kita kembali.” Tangan Erol terulur, mengajak Ryuuka untuk bergandengan.

Namun, Ryuuka tidak menyambut tangan laki-laki itu. Sadar kalau perbuatannya kurang berkenan, Erol pun langsung menurunkan tangannya. Akan tetapi, Ryuuka memiliki cara lain untuk menggandeng Erol, yakni dengan menarik pinggiran kausnya.

“Begini tidak apa-apa, ‘kan?” tanya Ryuuka.

Erol kemudian tersenyum simpul dan mengangguk setuju. Mereka akhirnya bisa melangkah beriringan, tanpa ada yang tertinggal.

Di sisi lain, Ryuuku dan Kintarou berkeliling ke sekitar gedung sekolah, tetapi belum menemukan batang hidung Ryuuka. Memang lantai tiga belum mereka jamah, tetapi yang Ryuuku tahu, adiknya tidak mungkin sampai ke tempat yang sepi dan gelap sendirian.

Dering telepon memecahkan kekhawatiran Ryuuku saat nama Ryuuka terpampang di layar ponselnya. Dia pun langsung mengangkat panggilan tersebut dan bernapas lega sebelum mengomel. Kintarou yang berada di sebelahnya hanya bisa membuang napas lelah mendengar ocehan Ryuuku yang mengingatkannya pada sang ibu.

Ryuuka sendiri mengaku kalau dirinya baru kembali dari toilet seusai buang air besar dan tidak membawa ponsel. Erol dan Ryuuka sepakat untuk tidak memberi tahu yang sebenarnya, sebab mereka berdua takut Ryuuku akan murka. Perihal bau familier yang tercium Erol, tidak lain tidak bukan adalah bau Ryuuku, maka dari itu dia langsung menarik Ryuuka agar tidak ketahuan kalau gadis itu sedang bersamanya.

Setelah panggilan telepon ditutup, Ryuuku dan Kintarou kembali ke ruangan agar bisa segera merebahkan tubuh yang sudah lelah. Di sana mereka mendapati Erol sedang memainkan ponselnya di atas futon. Tanpa aba-aba, Ryuuku langsung menyambar laki-laki itu seolah tidak ingat peringatannya kemarin.

“Kau dari mana saja, huh? Apa tadi Murata-san menculikmu?” bisik Ryuuku.

“Tidak. Aku hanya menenangkan diri saja karena kepalaku agak pening,” balas Erol dengan bisikan juga.

“Kau sakit? Mengapa tidak bilang?! Mau ke UKS sekarang? Ayo, biar kuantar.” Wajah Ryuuku tampak khawatir, tetapi langsung ditenangkan oleh Erol.

“Aku sudah agak baikan. Mungkin dengan tidur, kepalaku tidak pening lagi.”

“Kau yakin?” tanya Ryuuku memastikan. Erol pun mengangguk. “Ya sudah. Nanti kalau terasa sakit, bilang saja, jangan kau pendam sendiri seperti tadi.”

Erol hanya mengulaskan senyum atas kepedulian Ryuuku. Matanya kemudian melirik Kintarou yang sedari tadi melihat ke arahnya. Erol lalu menundukkan kepala selama sedetik guna mengucapkan terima kasih kepada sang kapten yang telah berjasa menyelamatkan pertemanannya bersama Ryuuku.

...***...

Episodes
1 1. PERMULAAN
2 2. TAHUN PERTAMA
3 3. PENGUNTIT?
4 4. PERINGATAN ATAU KEBETULAN?
5 5. KORBAN PERTAMA: ISHIKAWA KAZUKI
6 6. ANCAMAN?
7 7. EVELYN
8 8. PERINGATAN UNTUK NAKAJIMA AYATO
9 9. RAHASIA
10 10. KASIH SAYANG DAN KEBENCIAN
11 11. KAKAK BERADIK
12 12. UNGKAPAN DARI HATI
13 13. SALAH PAHAM
14 14. KAMP PELATIHAN MUSIM PANAS
15 15. SALAH PAHAM LAGI!
16 16. MASIH INGIN BERTEMAN
17 17. JANGAN BILANG
18 18. PERTARUNGAN TENGAH MALAM
19 19. TAMU ‘TAK DIUNDANG
20 20. SEGEL YANG RUSAK
21 21. HUJAN SETELAH BADAI
22 22. JATUH SAKIT
23 23. MIMPI BURUK
24 24. TEMAN SELAMANYA?
25 25. KEBAHAGIAAN DI SIANG HARI
26 26. PENOLAKAN
27 27. PELUKAN SEORANG AYAH
28 28. CAHAYA REMBULAN
29 29. KEJUTAN SESAAT
30 30. TUDUHAN
31 31. CINTA TERHALANG TAKDIR
32 32. KERESAHAN
33 33. KETAKUTAN
34 34. INGATAN YANG KEMBALI (1)
35 35. INGATAN YANG KEMBALI (2)
36 36. TERUS TERANG
37 37. DELAPAN BELAS TAHUN
38 38. SURPRISE!
39 39. BUKAN BERGOSIP
40 40. SANG BETA DAN BEBANNYA
41 41. SEMOGA BAIK-BAIK SAJA
42 42. TOPENG TELAH TERBUKA
43 43. PENYERANGAN ‘TAK TERDUGA
44 44. FIRASAT KEMATIAN
45 45. WAJAH PENGKHIANAT
46 46. (BUKAN) CINTA (18+)
47 47. PENYELAMATAN
48 48. JANJI AYAH KEPADA PUTRINYA
49 49. BAYANGAN KELUARGA
50 50. PENYIKSAAN
51 51. PENGAKUAN IDENTITAS
52 52. MALAIKAT PELINDUNG
53 53. KEBANGKITAN DAN AMARAH
54 54. REUNI ANTHONY DAN ALOIS
55 55. KORBAN KEDUA: TSUKIYAMA RUI
56 56. THE TWIN WEREWOLVES: TSUKIYAMA RYUUKU
57 57. TANGISAN PUTRA SULUNG
58 58. SEBUAH PESAN (1)
59 59. KUTUKAN ATAU ANUGERAH?
60 60. WADAH JIWA WEREWOLF KEMBAR
61 61. PERMINTAAN MAAF DAN TERIMA KASIH
62 62. THE TWIN WEREWOLVES: TSUKIYAMA RYUUKA
63 63. PULANG
64 64. SEBUAH PESAN (2)
65 65. REDUPNYA CAHAYA SANG REMBULAN
66 66. BUKAN SALAH LUPIN
67 67. KESALAHAN YANG TERULANG
68 68. DUEL PEREDAM AMARAH
69 69. AKU MENCINTAIMU
70 70. HARI BARU
Episodes

Updated 70 Episodes

1
1. PERMULAAN
2
2. TAHUN PERTAMA
3
3. PENGUNTIT?
4
4. PERINGATAN ATAU KEBETULAN?
5
5. KORBAN PERTAMA: ISHIKAWA KAZUKI
6
6. ANCAMAN?
7
7. EVELYN
8
8. PERINGATAN UNTUK NAKAJIMA AYATO
9
9. RAHASIA
10
10. KASIH SAYANG DAN KEBENCIAN
11
11. KAKAK BERADIK
12
12. UNGKAPAN DARI HATI
13
13. SALAH PAHAM
14
14. KAMP PELATIHAN MUSIM PANAS
15
15. SALAH PAHAM LAGI!
16
16. MASIH INGIN BERTEMAN
17
17. JANGAN BILANG
18
18. PERTARUNGAN TENGAH MALAM
19
19. TAMU ‘TAK DIUNDANG
20
20. SEGEL YANG RUSAK
21
21. HUJAN SETELAH BADAI
22
22. JATUH SAKIT
23
23. MIMPI BURUK
24
24. TEMAN SELAMANYA?
25
25. KEBAHAGIAAN DI SIANG HARI
26
26. PENOLAKAN
27
27. PELUKAN SEORANG AYAH
28
28. CAHAYA REMBULAN
29
29. KEJUTAN SESAAT
30
30. TUDUHAN
31
31. CINTA TERHALANG TAKDIR
32
32. KERESAHAN
33
33. KETAKUTAN
34
34. INGATAN YANG KEMBALI (1)
35
35. INGATAN YANG KEMBALI (2)
36
36. TERUS TERANG
37
37. DELAPAN BELAS TAHUN
38
38. SURPRISE!
39
39. BUKAN BERGOSIP
40
40. SANG BETA DAN BEBANNYA
41
41. SEMOGA BAIK-BAIK SAJA
42
42. TOPENG TELAH TERBUKA
43
43. PENYERANGAN ‘TAK TERDUGA
44
44. FIRASAT KEMATIAN
45
45. WAJAH PENGKHIANAT
46
46. (BUKAN) CINTA (18+)
47
47. PENYELAMATAN
48
48. JANJI AYAH KEPADA PUTRINYA
49
49. BAYANGAN KELUARGA
50
50. PENYIKSAAN
51
51. PENGAKUAN IDENTITAS
52
52. MALAIKAT PELINDUNG
53
53. KEBANGKITAN DAN AMARAH
54
54. REUNI ANTHONY DAN ALOIS
55
55. KORBAN KEDUA: TSUKIYAMA RUI
56
56. THE TWIN WEREWOLVES: TSUKIYAMA RYUUKU
57
57. TANGISAN PUTRA SULUNG
58
58. SEBUAH PESAN (1)
59
59. KUTUKAN ATAU ANUGERAH?
60
60. WADAH JIWA WEREWOLF KEMBAR
61
61. PERMINTAAN MAAF DAN TERIMA KASIH
62
62. THE TWIN WEREWOLVES: TSUKIYAMA RYUUKA
63
63. PULANG
64
64. SEBUAH PESAN (2)
65
65. REDUPNYA CAHAYA SANG REMBULAN
66
66. BUKAN SALAH LUPIN
67
67. KESALAHAN YANG TERULANG
68
68. DUEL PEREDAM AMARAH
69
69. AKU MENCINTAIMU
70
70. HARI BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!