Akhir pekan, waktunya untuk latihan. Ryuuku merasa berutang latihan akibat absen kemarin. Bertengkar dengan Ayato benar-benar membuatnya rugi. Level kebenciannya pun naik drastis kepada laki-laki menyebalkan itu.
“Ryuuku, boleh Ayah masuk?” ujar Alois sehabis mengetuk pintu kamar Ryuuku.
Setelah mendapat persetujuan dari si pemilik kamar, Alois masuk sembari mengulaskan senyum. Pria berkacamata itu menyapa putranya dengan hangat, lalu duduk di pinggir ranjang.
“Apa Ayah boleh membahas mengenai masalahmu di sekolah kemarin?” tanya Alois kemudian.
Meskipun Ryuuku adalah darah dagingnya, Alois terbiasa meminta izin terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu. Apabila Ryuuku tidak mau, maka Alois tidak akan melakukannya dan menunggu waktu saat Ryuuku sudah siap. Hal tersebut juga berlaku untuk putrinya, Ryuuka.
Ryuuku kemudian duduk di samping Alois seusai merapikan rambutnya. Dilihat dari rautnya, Ryuuku tampak enggan membahas lagi keributan itu. Setiap mengingatnya, darah Ryuuku seolah mendidih kembali dan tangannya ingin meninju sesuatu.
Alois yang mengerti dengan ekspresi putranya tersebut lantas mencubit kedua pipi Ryuuku membentuk lengkungan senyum. “Ke mana perginya senyum Ryuuku yang menawan, ya? Oh ini dia! Rupanya, tertutup dengan Si Cemberut yang nakal!”
“Ng … Ayah, nanti pipiku lebar!” Ryuuku merajuk layaknya anak kecil. Terdapat bekas merah di pipinya ketika Alois melepas cubitannya.
Bapak dua anak itu pun tertawa geli karena wajah Ryuuku terlihat seperti bebek dengan pipi merah padam. Ryuuku yang tidak tahan melihat ayahnya tergelak pun ikut tertawa. Entah mengapa, suasana di pagi itu mendadak terasa hangat, padahal sebelumnya hawa dingin masih menyelimuti kamar tersebut.
Karena mengejar waktu sebelum kedua anaknya berangkat latihan, Alois pun menyudahi tawanya. Dia mengambil napas sejenak, lalu bertanya, “Hubunganmu dengan Ryuuka baik-baik saja, ‘kan?”
Wajah Ryuuku sedikit tertekuk tanpa senyuman. “Aku sempat marah kepadanya. Aku kecewa karena Ryuuka menutupi sesuatu dariku. Ya, aku tahu, aku tidak bertanya, tetapi seharusnya dia jujur padaku kalau jepit tersebut pemberian laki-laki itu! Karena dengan begitu, aku bisa membuangnya!”
“Kalau jepit itu kau buang, apa kau tidak akan marah dan menegur laki-laki tersebut?”
Beberapa detik Ryuuku terdiam. Kalau dipikir, memang tidak mungkin dia tidak marah kepada Ayato. Pasti keributan kemarin akan terjadi juga.
“Ayah tidak bermaksud untuk membenarkan perbuatan Ryuuka, tetapi tindakannya itu pasti bertujuan agar kau tidak marah,” ujar Alois sembari menatap Ryuuku. “Ayah juga tidak menyalahkan perbuatanmu kemarin, karena Ayah mengerti, kau ingin melindungi Ryuuka.”
Embusan napas panjang keluar dari indra penciuman Alois. Matanya beralih melihat foto kedua anaknya yang terpajang di dinding bercat kuning tersebut. “Kalaupun kau kemarin sampai adu fisik, Ayah tetap akan membelamu.”
Ryuuku pun mengangkat wajahnya, menatap sang ayah yang juga membalas tatapannya. “Apa Ayah tidak kecewa?”
Masih dengan senyuman yang belum luntur, Alois menjawab, “Tentu Ayah kecewa, sebab kau melanggar janjimu. Meskipun begitu, kau ‘kan tetap anak Ayah, mana mungkin Ayah tidak membelamu? Ingat, hati ayahmu ini tidak sekejam wajahnya.”
Tidak seperti sang ayah, Ryuuku masih belum bisa tersenyum. Wajahnya kembali tertekuk dan merasa bersalah. “Maaf atas perbuatanku kemarin, Ayah. Aku sudah gagal mengendalikan emosiku. Aku … juga hampir mengulangi hal yang sama seperti waktu itu.”
Ingatan mengerikan tersebut kembali muncul di otak Ryuuku. Ingatan yang sangat ingin Ryuuku buang jauh-jauh, tetapi terlalu sulit seakan sudah melekat sangat kuat. Ingatan yang berhasil membuat seorang Ryuuku berubah seperti sekarang ini, menjadi kakak laki-laki yang terlalu protektif dan sangat sensitif.
Kelembutan belaian Alois pun menyentuh kepala Ryuuku beberapa kali. “‘Tak apa, kau bisa mencobanya lagi. Ayah yakin, kau bisa mengendalikan emosimu dengan baik suatu saat nanti.”
Akhirnya, senyum Ryuuku kembali meskipun tipis. Wajahnya diangkat dengan mata menatap sang ayah. “Aku akan berusaha, Ayah. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Aku juga tidak mau membuat Ayah kecewa, jadi … mohon bantuannya, ya, Ayah.”
Alois tentu dengan senang hati mengangguk, lalu mengelus punggung putranya yang setengah membungkuk.
“Maaf sudah membuat Ayah dan Ibu khawatir. Aku benar-benar menyesal atas perbuatanku,” ujar Ryuuku setelah menegakkan tubuhnya.
“Iya, Ayah sudah memaafkanmu,” sahut Alois dengan senyum mengembang. “Kalau kau belum meminta maaf kepada ibumu, segeralah meminta maaf setelah ini, ya?”
Ryuuku mengangguk dan menjawab, “Iya, Ayah.”
...***...
Selain klub voli putra, terdapat klub lain yang juga melakukan kegiatan ekstrakurikulernya akhir pekan ini, sehingga membuat suasana sekolah lumayan ramai. Ryuuku dan Ryuuka yang diantar oleh sang ayah menggunakan minivan bersama Lupin, membuat kehebohan akibat gonggongan Lupin yang luar biasa kencang. Anjing itu ingin ikut anak kembar tersebut ke gimnasium. Bahkan Lupin sempat melolong layaknya serigala dan mengakibatkan teriakan ketakutan pun terdengar.
Namun tenang, ada Alois di sana yang mampu mengendalikan Lupin dengan kuasanya. Hanya dengan menatap mata anjing itu saja, Lupin langsung menurut dan menunjukkan gestur merasa bersalah.
Bukan hanya Lupin yang membuat kehebohan, Ryuuka pun sama, akibat matanya yang bengkak setelah menangis semalam. Para anggota klub pun mengerubungi gadis itu untuk mendengar alasan di balik matanya yang bengkak itu.
Setelah selesai dengan dua kehebohan tersebut, latihan berjalan seperti biasa. Mereka juga melakukan pertandingan dengan sesama anggota yang dibagi menjadi tim merah dan putih. Ryuuku tergabung di tim merah bersama dengan lima anggota lainnya, termasuk Erol.
Ryuuku menempati posisi sebagai salah satu middle blocker andalan di tim voli putra SMA Hoshiro, selain Hayashi Kintarou. Pemilik tinggi 185 sentimeter itu dapat memblokir bola dengan baik. Tidak hanya itu, pukulan smash-nya yang kuat dan akurat juga diwaspadai karena sering menyumbang poin untuk timnya, sehingga keberadaan Ryuuku pun sempat mengejutkan tim sekolah lain saat babak kualifikasi untuk Kejuaraan Inter-High kemarin.
Namun, sangat disayangkan mereka harus berhenti di babak perempat final dengan skor tipis. Ryuuku amat terpukul dengan kekalahan tersebut dan menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa bergabung sampai pertandingan selesai. Akibat demam tinggi, mimisan, lalu pingsan di tengah permainan, membuat Ryuuku harus dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.
Akan tetapi, sakitnya itu bukanlah sakit biasa, melainkan segel yang membelenggu jiwa werewolf yang berada di tubuh Ryuuku memudar dan belum Erol perbarui. Bukannya Erol tidak mau memperbarui sebelum pertandingan dimulai, tetapi dia sudah diancam duluan oleh Ryuuku untuk bermain dengan maksimal. Konsekuensi jika Erol memperbarui segel tersebut, tubuhnya akan melemah karena mengeluarkan kekuatan yang lumayan besar.
Erol sendiri memiliki posisi sebagai setter, selain Ishikawa Kazuki, yang juga diandalkan dalam tim. Caranya mengatur bola agar tepat mengarah pada spiker sangatlah apik, sehingga mereka yang menerima umpan Erol pun dapat mengeksekusi bola dengan baik pula.
Ryuuka yang menjadi asisten manajer, duduk di tepi lapangan sembari mengatur skor selama pertandingan. Dia juga membantu seniornya yang merupakan manajer untuk membagikan botol minum dan handuk setelah permainan usai. Kehadirannya di dalam tim, menjadi penyegar baru dan menambah semangat ketika latihan berlangsung.
“Semoga kita bisa latihan seperti ini sampai ke Kejuaraan Musim Semi nanti,” ujar Kintarou kepada Erol setelah menenggak airnya.
Erol mengangguk setuju. “Semoga kemenangan dapat kita raih sebelum kalian lulus.”
Beberapa saat kemudian, latihan dimulai kembali seusai tim merah memenangkan permainan di set pertama. Sampai menjelang sore, latihan masih berlangsung. Kegiatan pekan ini pun terpantau lancar, tanpa adanya hambatan yang merepotkan.
...***...
Selain perlu latihan yang keras sebelum menuju babak kualifikasi Turnamen Musim Semi, para anggota klub juga perlu belajar lebih giat untuk ujian akhir semester yang semakin dekat. Apabila mereka memiliki mata pelajaran yang harus remedi, mereka tidak bisa ikut ke dalam kamp latihan musim panas di Prefektur Saitama.
Lagi-lagi sebagai teman yang baik, Erol bersedia untuk belajar bersama Ryuuku di rumahnya setelah latihan. Ryuuka tidak bergabung dengan grup belajar tersebut, sebab dia akan belajar bersama Yui lewat panggilan video.
“Coba kau periksa ini, kalau ada yang salah, besok saja diperbaikinya,” ujar Ryuuku dengan mata setengah terpejam. Rasa kantuknya sudah tidak dapat tertahankan dan ingin segera merebahkan diri.
Erol memeriksa buku latihan Ryuuku secara saksama. Meskipun mengerjakan soal dengan terkantuk-kantuk, jawaban yang Ryuuku tulis benar semua. Senang karena kerja kerasnya tidak sia-sia, Ryuuku dengan entengnya melemparkan tubuhnya ke kasur dan bersiap untuk tidur.
“Tolong sisanya kau yang bereskan, ya.” Suara Ryuuku terdengar seperti orang bergumam, tetapi masih dapat dimengerti oleh Erol.
Karena Erol hanya menumpang selama semalam di rumah itu, dia juga bersedia membereskan meja serta alas tulis milik laki-laki yang baru saja terdengar dengkurannya. Erol pun membuang napas lelah, sebab malam ini telinganya yang tajam akan menerima suara yang sangat menganggu dari mulut Ryuuku.
Tanpa perlu waktu lama, kamar Ryuuku pun sudah kembali rapi. Namun, Erol masih belum ingin tidur, sehingga dia memutuskan untuk keluar dan melihat bulan yang bersinar terang.
Angin malam membelai wajah Erol yang menikmati sentuhan cahaya bulan. Kekuatannya sudah kembali sehari setelah kejadian yang menimpa Kazuki. Rasanya, dia ingin sekali berubah menjadi serigala sejenak di bawah bulan yang bulat sempurna tersebut.
Di dalam kedamaian, Erol tiba-tiba teringat dengan percakapannya bersama Kintarou seusai dirinya dan Tsukiyama bersaudara menjenguk Kazuki. Panggilan telepon tersambung di tengah malam, yang untungnya Erol belum tidur saat itu. Erol masih belajar karena suasana hatinya memburuk sebelumnya, sehingga membuat dirinya enggan mengerjakan tugas setelah pulang dari kediaman Ishikawa Kazuki.
Kintarou yang masih belajar pula, bertanya mengenai jiwa yang berada di dalam tubuh si kembar. Erol pun menjawab bahwa jiwa Aaron dan Abigail yang mendiami tubuh anak kembar tersebut. Aaron merupakan alpha terakhir yang menjabat sebelum Gardena runtuh, lalu setelah itu digantikan oleh Alois, yang merupakan alpha sebelum Aaron. Sedangkan Abigail, dia adalah adik dari Aaron yang keberadaannya sama pentingnya bagi Erol.
Jiwa Aaron dan Abigail adalah salah satu faktor penting yang membuat Erol dapat bertahan sampai sekarang. Erol yakin, bersama kekuatan mereka, Gardena mampu direbut kembali. Kalau saja saat itu Aaron dan Abigail mati, Erol pasti sudah putus asa, meskipun masih ada kaumnya yang bertahan. Mereka bagaikan belahan jiwa Erol, yang jika ditinggal pergi, hilang pula setengah jiwanya.
Berkat jiwa mereka yang dapat diselamatkan itu pula, Erol mampu memperkuat keyakinan kaumnya untuk kembali berjuang merebut Gardena. Meskipun terdapat kendala saat mencari wadah yang cocok untuk kedua jiwa tersebut, Erol pantang menyerah. Janjinya harus terlaksana bagaimana pun caranya.
Setelah mengerti mengenai jiwa tersebut, terjadi jeda beberapa saat sampai Erol pun bertanya, “Apa maksud dari ucapanmu mengenai permintaan maaf atas nama Ishikawa-senpai karena sudah membuatku sakit hati? Seberapa jauh yang kau ketahui, Hayashi-senpai?”
Kintarou tertegun. Tangannya bahkan sampai berhenti menulis. Dia pun menjelaskan, “Tatapanmu kepadanya menjelaskan semuanya. Aku pikir, kau sama seperti laki-laki lain yang menyukai gadis itu, tetapi setelah dipikir dan tahu mengenai identitasnya, aku yakin … dia adalah pasangan abadimu.”
Mengingat hal tersebut, membuat Erol sedikit gelisah. Pasalnya, hanya segelintir orang yang tahu mengenai hubungannya dengan gadis itu. Dia bahkan terdengar seperti mengancam Kintarou untuk tidak buka mulut dan dibalas dengan tawa geli oleh seniornya tersebut.
“Aku belum siap kalau wajahku harus babak belur,” gumam Erol seraya memeras wajahnya. Menilik perangai kakak laki-laki gadis itu yang parah sekali, membuat kepala Erol sedikit berdenyut.
Mendengar suara pintu yang digeser, raut Erol yang awalnya tampak frustrasi pun berubah menjadi lebih tenang. Erol bisa merasakan kehadiran seseorang dari kamar sebelah yang melangkah mendekatinya.
“Kau belum tidur?” tanya Ryuuka seraya menengok keberadaan Ryuuku.
“Mataku belum ingin diajak tidur. Katanya, ‘Ayo, kita lihat bulan dulu atau aku tidak akan tidur semalaman!’, begitu,” sahut Erol dengan menatap gadis itu.
Tawa kecil lolos dari mulut gadis berpiyama merah muda tersebut. “Ancaman matamu sadis juga, ya? Kalau bulannya tidak muncul malam ini, kau tidak akan tidur sampai besok.”
Erol lantas tersenyum dan kembali menatap bulan. Matanya memandang sayu benda bulat bercahaya itu. “Malam ini … bulannya sangat indah, bukan?”
Ryuuka turut menoleh, menatap sang rembulan dengan senyum mengembang. “Pantas matamu ingin …—” Ucapan Ryuuka mendadak terhenti dan jantungnya berdegup kencang. Dia pun memalingkan wajahnya dan melihat ke arah Erol yang tersenyum kepadanya.
“Selamat tidur, Ryuuka.” Laki-laki berambut abu-abu itu berbalik, pergi meninggalkan Ryuuka yang mematung bingung.
A-apa maksudmu bicara seperti itu, Arata?!
Lidah Ryuuka seketika kelu dan kesulitan memanggil Erol yang sudah masuk ke kamar. Tidak mau berlama-lama di luar, Ryuuka pun masuk sembari berlari. Entah mengapa, kakinya bisa cepat bergerak, sama seperti jantungnya saat ini.
Tidak mungkin ‘kan kau menyukaiku? Tidak boleh! Arata tidak boleh menyukaiku!
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments