600 tahun kemudian, di Jepang.
Kembali menjalani masa muda di era dan di dunia yang berbeda, memiliki tantangan tersendiri yang tentunya tidak mudah. Kehidupan normal layaknya anak SMA harus dijalani oleh Erol sejak musim semi tahun ini, di mana saat itu dirinya resmi menjadi seorang siswa. Usianya memang sudah tidak lagi muda, tetapi wajahnya masih terlihat seperti remaja berusia belasan tahun.
Erol atau yang kini lebih dikenal dengan nama Takeda Arata, memiliki tugas baru di kehidupan barunya, yakni berbaur dengan manusia seusianya, tanpa sedikit pun membocorkan jati dirinya yang merupakan seorang werewolf. Kini dia menyamar menjadi siswa tahun pertama yang berusia lima belas tahun dengan penampilan khas siswa SMA.
Erol mengenakan kacamata berbingkai hitam, meskipun matanya tidak rabun. Rambut abu-abunya dipotong lebih pendek dari yang dulunya hampir sedada, lalu ditata sedemikian rupa, membuat dirinya seperti seorang kutu buku.
Ramainya koridor sekolah, terkadang membuat Erol teringat masa lalu ketika dirinya melewati koridor kastil atau mansion milik tuannya. Mereka yang melihat keberadaan Erol akan tersenyum dan menyapa sembari sedikit membungkukkan tubuh.
“Arata!” panggil seseorang yang suaranya tidak asing di telinganya. Erol kemudian menoleh ke belakang, meskipun dia sudah tahu siapa pemilik suara tersebut. Namun, ketika hendak menghampiri Erol, laki-laki berambut hitam itu dihadang oleh dua perempuan yang ingin memberikan sesuatu kepadanya.
Erol hanya tersenyum kecil melihat pemandangan yang sudah biasa tersebut. Sama seperti di masa lalu, di masa sekarang pun laki-laki itu masih tetap populer.
Setelah selesai dengan kedua perempuan tersebut, laki-laki itu pun menghampiri Erol yang menunggunya. “Kita punya camilan manis untuk siang nanti,” ujar laki-laki itu sembari menunjukkan tas kertas berwarna cokelat pemberian dua perempuan tadi.
“Menjadi populer itu menyenangkan, bukan?” tanya Erol, seraya melanjutkan langkahnya bersama laki-laki tersebut.
“Tidak juga,” sahut laki-laki itu. “Aku menghargai mereka kalau menyukaiku masih dalam batas wajar, tetapi kalau sudah terobsesi dan mengganggu kehidupanku, aku sama sekali tidak akan menghormati mereka.”
“Kau benar. Seperti saat turnamen kemarin, kau sampai tidak fokus akibat perempuan-perempuan itu menyorakimu.” Erol kemudian tertawa geli ketika mengingat laki-laki itu mengomel di lapangan akibat sorakan dari penggemarnya, yang sukses membuatnya kehilangan fokus saat akan melakukan service.
Belum lama ini, Erol dan laki-laki itu beserta tim mereka mengikuti turnamen voli antar SMA seprefektur Tokyo. Namun, tim mereka harus menelan pil pahit karena kalah di babak perempat final, sehingga tim mereka tidak bisa maju ke Kejuaraan Inter-High.
Raut laki-laki itu pun langsung berubah menjadi kesal seraya berucap, “Asal kau tahu, semenjak itu rasanya aku ingin bermain tanpa diketahui oleh siapapun.”
“Kalau begitu, jadi pemain cadangan saja.”
“Tidak mau!”
Sesampainya di kelas, mereka lalu duduk di kursi masing-masing yang berada di paling belakang dekat jendela. Posisi Erol berada tepat di belakang laki-laki itu. Angin berembus menerpa wajah Erol ketika dirinya membuka sedikit jendela yang berada di sampingnya.
Hari berlalu begitu cepat. Tidak terasa, musim panas sudah di depan mata. Kejadian menarik yang kualami bersamanya, pasti akan kuceritakan ketika Anda kembali, Tuan, batin Erol. Matanya kemudian melirik punggung laki-laki yang duduk di hadapannya sembari tersenyum kecil.
...***...
Bel tanda jam istirahat telah berbunyi. Mereka yang membawa bekal makan siang, akan menyantapnya bersama dengan teman di kelas atau di atap. Jika tidak membawanya, mereka bisa membeli makan siang di kantin.
Seperti biasa, laki-laki berambut hitam itu membalik kursinya agar bisa duduk berhadapan dengan Erol. Ketika hendak membuka bekal, laki-laki itu melihat seorang perempuan cantik menghampiri mereka berdua dengan senyum yang mengembang.
“Ryuuka?” ujar laki-laki itu, sontak Erol pun menoleh.
“Yui tidak masuk karena demam, jadi aku ke sini saja,” sahut Ryuuka seraya menarik salah satu kursi yang berada di dekatnya. “Sudah lama kita tidak makan siang bersama.” Dia lalu melempar senyum kepada Erol yang langsung mengangguk dengan senyum simpul.
“Mengapa kau hanya tersenyum ke Arata saja, huh?!” protes laki-laki itu.
“Kau ingin aku tersenyum kepadamu juga? Baiklah.” Ryuuka pun tersenyum lebar dengan amat terpaksa.
“Senyummu jelek sekali,” ejek laki-laki itu sembari membuka kotak bekalnya. Rautnya memperlihatkan rasa jijik ketika melihat senyum gadis itu.
Tidak terima diejek seperti itu, Ryuuka pun menyeletuk, “Kau juga jelek!”
“Hei, jaga bicaramu, ya!” ujar laki-laki itu sembari menunjuk Ryuuka dengan sumpit.
“Kalau aku jelek, kau juga pasti jelek!” sahut Ryuuka tidak mau kalah.
“Mana mungkin seperti itu! Walaupun kita lahir di hari, di jam, dan di rahim yang sama, aku tidak jelek sepertimu, tahu! Kau tidak lihat wajahku yang tampan ini, huh?!”
“Ah, aku mendadak mual ketika melihat wajahmu.”
“Kau pikir aku tidak mual melihatmu?”
“Mana kutahu! Aku bukan cenayang yang bisa membaca pikiran jahatmu!”
Laki-laki itu masih terus membalas ucapan Ryuuka dengan ejekan-ejekan yang tidak ada habisnya. Erol yang tidak ingin ikut campur pun memakan bekalnya sembari menonton drama kakak beradik tersebut. Dia juga sudah terbiasa melihat mereka bertengkar di mana pun dan kapan pun.
Tsukiyama Ryuuka, gadis berambut hitam panjang yang mengenakan dua jepit putih di bagian rambut sampingnya, merupakan kembaran dari laki-laki itu. Waktu kelahiran Ryuuka lebih lambat dari laki-laki tersebut, sehingga membuat Ryuuka mendapat gelar sebagai adik dari laki-laki berambut hitam dan berponi pendek itu, yang memiliki nama Tsukiyama Ryuuku.
Ryuuku dan Ryuuka lahir sebagai kembar tidak identik. Tidak hanya berbeda secara fisik, pola pikir mereka pun terkadang ‘tak sejalan. Bak sayur tanpa garam, akan terasa hambar apabila tidak ada perdebatan dan pertengkaran setiap harinya.
...***...
Suara pukulan bola yang di-smash dengan kuat, terdengar sampai keluar gimnasium. Langit sudah berubah menjadi gelap, tetapi kegiatan klub voli di SMA Hoshiro belum juga rampung. Ryuuku yang menerima smash itu, berusaha untuk memblokir bola tersebut dan berhasil.
“Kakak, kapan latihanmu selesai? Aku ingin makan!” ucap Ryuuka sembari memungut bola yang menggelinding di lantai.
“Sebentar lagi,” sahut Ryuuku dengan napas terengah. "Setelah ini, aku selesai!"
“Kau sudah mengulang kata-kata itu sampai dua puluh kali, lho,” ujar Erol yang berada di seberang Ryuuku.
Laki-laki yang melakukan smash tadi turut menimpali, “Arata benar, Ryuuku. Kalau kapten tahu kita belum pulang, dia pasti akan marah.”
“Kapten sudah pulang sedari tadi, jadi dia tidak akan tahu,” jawab Ryuuku, meyakinkan mereka.
“Siapa yang kau bilang tidak akan tahu?!” ujar seseorang dengan lantang dan tegas, yang menyebabkan keempat anak kelas satu itu terkejut.
“Kapten?!” ucap mereka serentak.
Hayashi Kintarou, siswa kelas tiga yang saat ini menjabat sebagai kapten di tim voli putra SMA Hoshiro. Air muka Kintarou sangat marah dengan dahi yang mengerut dan tatapan setajam pisau. Rambut pirangnya yang sedikit panjang, diikat sebagian ke belakang, membuatnya terlihat seperti ketua geng berandalan penguasa sekolah.
“Kalian berempat, cepat pulang sekarang!” bentak sang kapten.
“Baik!” sahut keempat remaja tersebut.
Mereka pun bahu-membahu membereskan gimnasium sebelum ditinggal pulang. Tentu saja aktivitas mereka tersebut diawasi oleh Kintarou yang masih berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan dilipat di dada.
Setelah semuanya selesai, Erol, Ryuuku, dan Ryuuka berpamitan dengan sang kapten dan salah satu teman mereka yang sudah membantu latihan hari ini. Rumah Erol searah dengan rumah Ryuuku dan Ryuuka, sehingga mereka sering pulang bersama setelah latihan atau sepulang sekolah.
“Padahal latihanku belum cukup hari ini,” keluh Ryuuku. “Aku harus membalaskan dendamku saat turnamen kemarin!”
Erol pun menanggapi, “Kau tidak bisa hanya memikirkan kepentingan pribadimu saja, Ryuuku. Ingat, ada Naoki yang turut membantu tadi. Dia bisa tewas kalau mengikuti kemauanmu.”
“Benar, kau juga tidak peduli kalau aku mati kelaparan,” celetuk Ryuuka yang berjalan di samping Ryuuku.
“Mana mungkin kau mati kelaparan! Aku tahu tadi kau makan roti melon saat aku latihan, ‘kan?” sahut Ryuuku. Mendengar hal itu, Ryuuka pura-pura tidak dengar seraya memalingkan wajahnya.
Gemas dengan respons Ryuuka, Ryuuku lantas merangkul leher Ryuuka dan menggosok kepalan tangannya ke kepala adiknya itu. Ryuuka pun mengaduh kesakitan, tetapi Ryuuku menulikan pendengarannya.
Seperti biasa, Erol hanya bisa tertawa geli melihat kelakuan anak kembar tersebut. Mau memisahkan mereka pun percuma, tidak akan bisa. Mereka akan berhenti, jika salah satu dari mereka mengalah atau merasa puas.
Di tengah tawanya, bahu Erol tiba-tiba disenggol oleh seseorang yang berjalan melewatinya. Erol pun menoleh untuk meminta maaf, tetapi dia amat terkejut ketika matanya beradu dengan pejalan kaki berpakaian serba hitam tersebut. Mata merah menyala itu seperti menghipnotis dirinya selama sekejap. Kulitnya yang pucat, serta senyumannya itu membuat Erol seketika merinding. Sampai pejalan kaki tersebut kembali melanjutkan langkahnya, Erol masih membeku dengan tatapan tertuju pada orang bermata merah itu.
“Arata!” panggil Ryuuku sembari memukul pundak Erol. Erol pun tersadar dengan wajah linglung ketika melihat sang kawan. “Kau kenapa?” tanya Ryuuku kemudian.
Erol menoleh lagi untuk melihat pejalan kaki tadi, tetapi sosoknya sudah menghilang. Dia pun mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok tersebut, tetapi nihil, hanya ada pejalan kaki lain yang berlalu lalang di sepanjang trotoar.
“Kau baik-baik saja, Arata?” Ryuuka bertanya memastikan.
“I-iya, aku baik-baik saja,” sahut Arata disertai dengan senyum tipis yang terpaksa. “Ayo, cepat kita pulang. Aku sudah lelah.”
Ryuuku dan Ryuuka pun hanya mengangguk dan kembali melanjutkan perjalanan yang sempat terhenti.
Dia siapa ...? Mengapa ada di sini? batin Erol. Dia kemudian melihat ke arah Ryuuku dan Ryuuka yang melangkah di sampingnya.
“Ryuuku,” ujar Erol seraya menghentikan kedua kakinya.
Ryuuku pun menoleh, “Ada apa?”
“Bolehkah aku menginap di rumahmu malam ini?”
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments