15. SALAH PAHAM LAGI!

Baru hari pertama kamp pelatihan musim panas berlangsung, sudah terdapat pertikaian antar kapten sampai hampir adu fisik. Teguran tentu sudah mereka terima dari guru pembimbing dan pelatih masing-masing. Untuk sementara, tim SMA Hoshiro dilarang melakukan latihan tanding dengan tim SMA Taikirei, sehingga mereka pun berlatih bersama tim SMA lain yang turut ke dalam kamp pelatihan tersebut.

Seusai makan malam, Erol menemui Hiroaki di salah satu ruangan yang berada di dalam gedung sekolah. Meja dan kursi di ruangan itu tersusun rapi di belakang dan menyisakan satu meja beserta sepasang kursi di tengah. Sinar bulan menerangi ruangan tersebut, memperlihatkan empat mata kuning yang saling beradu tanpa kedipan.

“Jadi … kau ingin ceramah apa malam ini?” ujar Hiroaki membuka obrolan. Dirinya duduk di sudut meja, sedangkan Erol berdiri di hadapannya.

“Ucapanmu tidak bisa dimaafkan. Kau harus menerima hukuman atas perbuatanmu,” sahut Erol dengan raut tenang.

Hiroaki kemudian terkekeh. “Hanya karena aku mengucapkan identitas Kintarou, kau ingin menghukumku? Oh, ayolah, tidak ada yang percaya dengan ucapanku, jadi santai saja.”

“Justru karena sikapmu yang seenaknya itu, kau harus dihukum agar jera.”

“Seenaknya kau bilang?” Seringai Hiroaki memudar, air mukanya berubah menjadi serius. Dirinya pun turun dari meja dan berdiri di depan Erol. “Cobalah berkaca pada dirimu sendiri, Tuan Erol yang Terhormat! Kau juga seenaknya memaksaku untuk mengikuti segala macam peraturan dan kerja sama yang tidak kuinginkan! Lalu sekarang, kau malah ingin menghukumku agar aku jera? Sadarilah posisimu hanya pendatang di negara ini!” Hiroaki mendorong dada Erol menggunakan telunjuknya, sampai laki-laki itu mundur beberapa langkah.

Raut Erol sama sekali tidak berubah meskipun sudah disemprot menggunakan kata-kata pedas oleh laki-laki berambut cokelat tersebut. Tidak lama kemudian, dia membuka suara dengan berkata, “Kalau sudah selesai, izinkan aku berbicara.”

“Silakan,” sahut Hiroaki dengan dua telunjuk disumpal ke kedua telinganya.

Bukannya marah, Erol justru menatapnya datar. “Aku membutuhkan telingamu untuk mendengarkanku.”

Layaknya orang tuli, Hiroaki mengabaikan ucapan Erol sembari melihat ke arah lain. Senyuman mengejeknya terulas ketika matanya melihat Erol terdiam menunggunya membuka telinga.

“Murata Hiroaki-san, tolong dengarkan aku,” pinta Erol baik-baik.

Masih tidak memedulikannya, Hiroaki malah bersenandung seraya menyandarkan bokongnya ke meja.

Embusan napas panjang Erol keluarkan. Meredam amarah, memang keahliannya. Namun, waktu terus bergulir. Sudah cukup baginya dipermainkan oleh werewolf muda tersebut.

“Saat bersama manusia sebayaku, aku hanya seorang siswa kelas satu. Akan tetapi, itu tidak berlaku untuk saat ini.” Tatapan Erol menajam. Tangan kanan yang berada di samping tubuhnya diangkat perlahan. “Aku akan bersikap sebagaimana mestinya seorang beta.”

Terdengar seperti suara tulang yang patah dari tangan kanan Erol. Perlahan tumbuh rambut abu-abu dari ujung jarinya. Kuku-kuku yang semula pendek, kini memanjang dan meruncing.

“Aku tidak memiliki banyak waktu untuk meladeni werewolf kurang ajar sepertimu,” desis Erol diiringi dengan geraman. Kadar kesabarannya sudah menciut, menyisakan amarah yang semakin lama semakin besar.

Namun, tidak ada rasa takut sama sekali di wajah Hiroaki. Telunjuknya masih betah menyumpal telinganya, pun sama dengan seringainya yang belum pudar.

“Menyerangku sama saja dengan bunuh diri, Takeda Arata,” ujar Hiroaki.

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Erol. Dirinya sudah tahu dengan konsekuensi yang akan diterimanya. Sudah cukup kesabarannya diuji. Kini, waktunya sang beta mengeksekusi.

Erol mengayunkan tangan untuk menyerang Hiroaki menggunakan kukunya, tetapi dengan cepat Hiroaki menghindar ke belakang meja dan mendorong meja tersebut agar jarak di antara mereka melebar. Kilatan kuning sekejap muncul di mata keduanya. Meskipun tidak setenang sebelumnya, Hiroaki masih bisa menyeringai remeh sembari menurunkan jarinya dari telinga.

Saat Hiroaki hendak menyerang balik, telinga mereka mendengar suara langkah menuju ruangan tersebut. Tercium bau yang tidak asing di hidung Erol, sehingga membuatnya terkejut saat tahu siapa pemilik bau itu.

“Kebetulan sekali kawan baikmu datang kemari,” celetuk Hiroaki, yang sontak menimbulkan kepanikan di diri Erol.

“Arata, kau di mana?” ujar Ryuuku sembari menoleh ke kanan dan ke kiri. Laki-laki itu berjalan seorang diri di tengah remang-remang cahaya lampu koridor.

“Hentikan, Hiroaki!” sambar Erol ketika Hiroaki melesat cepat menuju pintu yang tertutup dengan tubuh setengah berubah menjadi werewolf berambut cokelat.

Tubuh werewolf tersebut lalu membentur lantai dengan leher tercekik dan sebelah tangan yang dicengkeram kuat oleh Erol. Suara tawa kepuasan lolos dari mulut Hiroaki saat bau Ryuuku semakin dekat.

“Cepat berubah!” bisik Erol dengan raut panik.

Hiroaki pun menyahut, “Tidak akan!”

Napas Erol memburu ‘tak keruan. Dirinya geram dan juga panik dalam satu waktu. Ingin rasanya dia menyegel kekuatan werewolf Hiroaki, tetapi tangannya tidak bisa melepaskan kunciannya begitu saja, sebab Hiroaki bisa memberontak dengan cepat.

Sial, aku tidak bisa meraih jantungnya! batin Erol.

“Ayo, segel aku kalau bisa,” tantang Hiroaki sembari cekikikan. “Tetapi sebelum itu, aku akan melemparmu dan keluar dengan wujud werewolf-ku. Aku tidak peduli lagi dengan sekolah. Aku akan melakukan apa pun yang kumau, termasuk dengan Ryuuku dan Ryuuka-chan.”

“Jangan macam-macam dengan mereka atau kubunuh kau!” sergah Erol dengan cekikan yang semakin kuat, sehingga Hiroaki dibuat sesak napas olehnya. “Seujung kuku saja kau menyentuh mereka, kupastikan nyawamu akan pergi dari ragamu.”

Mendengar suara berisik dari salah satu ruangan, Ryuuku lantas menghampiri ruangan itu. Dia pun berteriak, “Arata, kau di dalam?”

Erol membelalak ke arah pintu. Ryuuku sudah berada di sana dan tinggal menunggu sahutan dari dalam. Keringat dingin mengucur deras di tubuh Erol. Dadanya kembang kempis dengan cepat, takut kalau Ryuuku memergokinya tengah mencekik makhluk buas yang kesulitan bernapas.

Tidak, Ryuuku. Kau tidak boleh masuk!

“Cepatlah berubah, Hiroaki!” bisik Erol, memohon. Akan tetapi, Hiroaki malah menyeringai dan menggeleng kaku.

Sialan!

Menggunakan kecepatannya yang luar biasa, Erol pun keluar dari ruangan tersebut dan menyambar Ryuuku sampai mereka berdua jatuh bersamaan. Ryuuku dibuat meringis kesakitan karena punggungnya membentur lantai, ditambah dengan pipinya yang tiba-tiba ditepuk cukup keras oleh Erol.

“Jangan lihat ke mana pun, Ryuuku!” ujar Erol yang panik sembari mengarahkan wajah laki-laki itu menghadap ke wajahnya. Salah satu tangannya sudah berubah menjadi normal. Kedua lututnya pun digunakan untuk mengunci tubuh Ryuuku di bawahnya agar tidak kabur.

“Ka-kau ini kenapa, sih?! Minggir sana!” ucap Ryuuku sembari menahan nyeri.

Tidak mengindahkan ucapan Ryuuku, Erol justru duduk di atas tubuh kawannya itu dan menahan kepala Ryuuku lebih kuat. “Kau tidak boleh ke mana-mana!”

Melihat tingkah temannya yang tidak biasa, serta tidak nyaman dengan posisi mereka saat itu, membuat Ryuuku memberontak sampai sikutnya mengenai perut Erol dengan kencang.

“Kau ini kenapa tiba-tiba muncul dan menyambarku seperti itu?! Kau pikir, itu tidak sakit, huh?!” Emosi Ryuuku sontak meledak. Suaranya yang tinggi, menggema di sepanjang koridor.

Disambar seperti tadi, orang waras mana pun pasti akan marah juga. Ryuuku sampai tidak habis pikir dengan kelakuan kawannya itu. Memangnya ada apa sampai dirinya tidak boleh lihat ke mana pun?

Penasaran, Ryuuku pun memeriksa ruangan tempat  di mana Erol tiba-tiba muncul. Matanya membelalak sesaat setelah mendapati pemandangan tidak senonoh di dalam ruangan tersebut. Hiroaki membelakangi Ryuuku tanpa pakaian di bagian atas tubuhnya seraya menaikan celananya sontak menodai mata Ryuuku sampai membuatnya mati kutu.

“A-apa … apa ya-yang kau lakukan dengan Murata-san?” ujar Ryuuku terbata-bata. Kepalanya menoleh kaku ke arah Erol.

“A-aku … itu … ma-maaf—”

“Cepat jawab, Arata! Perbuatan menjijikkan apa yang kau lakukan dengan laki-laki itu?!” bentak Ryuuku menuntut penjelasan secepatnya. Saking marahnya, urat di sekitar kepala dan leher Ryuuku menegang. Darah di wajahnya seolah mendidih sampai membuat kulitnya memerah.

Erol lantas mengernyit, bingung dengan ucapan temannya itu. Perbuatan menjijikkan?

Cepat-cepat Erol melongok ke ruangan tersebut dan mendapati Hiroaki sudah berubah menjadi manusia dengan pakaian lengkap membelakangi pintu. Erol kemudian bertanya, “Maksudmu apa, Ryuuku? Perbuatan menjijikkan apa?”

“Jangan pura-pura bodoh!” Intonasi bicara Ryuuku masih tinggi sehingga membuat Erol agak terkejut. “Aku lihat sendiri Murata-san tidak pakai baju dan menaikkan celananya! Kau pikir, perbuatan seperti apa yang sudah dilakukan oleh sesama lelaki di situasi seperti itu, huh?”

Pikiran Erol akhirnya tercerahkan. Dia mengerti arah pembicaraan Ryuuku sekarang. “Ti-tidak, Ryuuku, kau salah paham. Aku—”

“Oh, kau rupanya?” ujar Hiroaki, menghampiri mereka. Telunjuknya kemudian diletakkan di depan bibirnya yang tengah tersenyum. “Tolong rahasiakan ini, ya, Tsukiyama-san?”

Wajah Ryuuku seketika menunjukkan ekspresi jijik seraya melangkah ke belakang. Tubuhnya gemetaran dengan mata melirik ke arah Erol yang mencoba mendekatinya. Hiroaki yang tersenyum penuh arti pun tidak luput dari pandangannya.

“Kalian berdua benar-benar menjijikkan!” Ryuuku lalu mengambil langkah seribu, diikuti Erol yang memanggil namanya.

“Ryuuku, berhenti!”

Ryuuku membekap mulutnya yang sudah tidak tahan ingin muntah. Saat menemukan toilet di tengah pelariannya, Ryuuku langsung membuang isi perutnya ke kloset. Tubuhnya pun jatuh terduduk karena kakinya sudah terlalu lemas. Sia-sia sudah makan malamnya hari ini harus terbuang sebelum semuanya terserap ke seluruh tubuh.

“R-Ryuuku—”

“Pergi dari hadapanku,” tukas Ryuuku, pelan. Dirinya masih mengatur napas setelah muntah cukup banyak.

“Tolong dengarkan aku dulu. Aku bisa menjelaskannya.” Erol masih berusaha membujuk Ryuuku. Sebetulnya dia merasa kasihan melihat keadaan Ryuuku yang sudah lemas, tetapi kalau tidak segera dijelaskan, situasinya akan semakin rumit.

“Kubilang pergi, Arata!” Seolah energinya kembali, Ryuuku membentak Arata lagi. “Jangan dekat-dekat denganku atau kupukul kau!”

“Aku akan pergi setelah kau mendengarkan penjelasanku!” Erol balik membentak. Tidak biasanya laki-laki itu berucap dengan nada tinggi, sampai Ryuuku saja dibuat kaget.

Kesabaran Ryuuku yang setipis kertas pun membuatnya tanpa ragu mendorong Erol menggunakan kedua lengannya. Dia enggan telapak tangannya menyentuh bagian tubuh sang kawan yang menurutnya penuh noda. Namun ‘tak disangka, Erol justru melawan sembari menahan lengan Ryuuku dan mendorongnya kembali masuk ke bilik toilet. Pintu ditutup dan dikunci sehingga Ryuuku tidak bisa lari dari Erol yang berdiri menghadangnya.

“Ma-mau apa kau?! Cepat buka pintunya!” ujar Ryuuku yang duduk di kloset dengan raut takut sekaligus panik.

“Aku tidak akan membiarkanmu pergi sebelum kau mendengarkanku,” sahut Erol. Wajahnya berubah serius dengan napas memburu.

Seakan mimpi buruknya berada di depan mata, Ryuuku pun berteriak, “Kau jangan gila, Arata!”

Satu pukulan hendak dilayangkan oleh Ryuuku, tetapi Erol mampu menahannya, membuat Ryuuku semakin takut dengan tingkah tidak biasa dari temannya itu.

“Menyingkir dariku!” Ryuuku berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Erol, tetapi entah mengapa tenaga laki-laki itu kalah kuat.

Merasakan langkah kaki manusia semakin mendekati toilet, Erol pun membekap Ryuuku agar tidak berteriak lagi. Ryuuku tentu saja memberontak sejadi-jadinya dengan kaki menendang ke sembarang arah.

“Sssttt … ada orang kemari!” bisik Arata yang semakin erat membekap laki-laki itu.

Suara seseorang tengah buang air kecil, terdengar di telinga kedua laki-laki yang sedang bersembunyi di salah satu bilik toilet tersebut. Mereka sama-sama berusaha untuk tidak bergerak agar tidak ketahuan.

“Sepertinya aku mendengar suara ribut-ribut tadi, tetapi di mana, ya?” ujar salah satu laki-laki yang juga ikut buang air kecil.

Lawan bicaranya pun menyahut, “Mungkin kau salah dengar.”

Bekapan Erol merapat, wajah Ryuuku sampai dibuat memerah karena sulit bernapas, sebab selain mulutnya, Erol juga membekap hidungnya. Erol pun memejamkan mata, berharap Ryuuku tidak berisik.

Tidak lama kemudian, suara air mengalir dari keran terdengar. Percakapan di antara kedua laki-laki tidak dikenal itu masih berlanjut. Sesaat setelahnya, suara pengering otomatis menjadi penutup ketegangan di balik bilik tersebut.

Erol membuang napas lega dan melepaskan bekapannya. Ryuuku akhirnya bisa menghirup udara sebanyak-banyaknya sebelum dirinya mengomel kembali.

“Tolong, dengarkan aku sebentar saja, Ryuuku,” tutur Erol, memohon lagi.

Kini, Ryuuku terdiam dan tidak jadi mengomel. Melihat Erol yang juga lelah dan kasihan, hati Ryuuku melunak. “Buka dulu pintunya. Aku akan memberikanmu kesempatan.”

“Kau berjanji tidak akan lari?” tanya Erol memastikan.

“Menjauh dariku lima meter, maka aku tidak akan lari.”

Bukannya bersemangat, Erol menyahut dengan lemas, “Terlalu jauh.”

“Lima meter atau kutendang kedua bolamu?!”

“I-iya, baiklah!”

Karena Erol masih sayang terhadap masa depannya, dia kemudian mengabulkan permintaan Ryuuku. Mereka pun akhirnya melangkah dengan jarak lima meter dan Ryuuku menepati janjinya. Dia tidak lari dan berjalan lurus disusul Erol yang senantiasa mengikutinya.

...***...

Episodes
1 1. PERMULAAN
2 2. TAHUN PERTAMA
3 3. PENGUNTIT?
4 4. PERINGATAN ATAU KEBETULAN?
5 5. KORBAN PERTAMA: ISHIKAWA KAZUKI
6 6. ANCAMAN?
7 7. EVELYN
8 8. PERINGATAN UNTUK NAKAJIMA AYATO
9 9. RAHASIA
10 10. KASIH SAYANG DAN KEBENCIAN
11 11. KAKAK BERADIK
12 12. UNGKAPAN DARI HATI
13 13. SALAH PAHAM
14 14. KAMP PELATIHAN MUSIM PANAS
15 15. SALAH PAHAM LAGI!
16 16. MASIH INGIN BERTEMAN
17 17. JANGAN BILANG
18 18. PERTARUNGAN TENGAH MALAM
19 19. TAMU ‘TAK DIUNDANG
20 20. SEGEL YANG RUSAK
21 21. HUJAN SETELAH BADAI
22 22. JATUH SAKIT
23 23. MIMPI BURUK
24 24. TEMAN SELAMANYA?
25 25. KEBAHAGIAAN DI SIANG HARI
26 26. PENOLAKAN
27 27. PELUKAN SEORANG AYAH
28 28. CAHAYA REMBULAN
29 29. KEJUTAN SESAAT
30 30. TUDUHAN
31 31. CINTA TERHALANG TAKDIR
32 32. KERESAHAN
33 33. KETAKUTAN
34 34. INGATAN YANG KEMBALI (1)
35 35. INGATAN YANG KEMBALI (2)
36 36. TERUS TERANG
37 37. DELAPAN BELAS TAHUN
38 38. SURPRISE!
39 39. BUKAN BERGOSIP
40 40. SANG BETA DAN BEBANNYA
41 41. SEMOGA BAIK-BAIK SAJA
42 42. TOPENG TELAH TERBUKA
43 43. PENYERANGAN ‘TAK TERDUGA
44 44. FIRASAT KEMATIAN
45 45. WAJAH PENGKHIANAT
46 46. (BUKAN) CINTA (18+)
47 47. PENYELAMATAN
48 48. JANJI AYAH KEPADA PUTRINYA
49 49. BAYANGAN KELUARGA
50 50. PENYIKSAAN
51 51. PENGAKUAN IDENTITAS
52 52. MALAIKAT PELINDUNG
53 53. KEBANGKITAN DAN AMARAH
54 54. REUNI ANTHONY DAN ALOIS
55 55. KORBAN KEDUA: TSUKIYAMA RUI
56 56. THE TWIN WEREWOLVES: TSUKIYAMA RYUUKU
57 57. TANGISAN PUTRA SULUNG
58 58. SEBUAH PESAN (1)
59 59. KUTUKAN ATAU ANUGERAH?
60 60. WADAH JIWA WEREWOLF KEMBAR
61 61. PERMINTAAN MAAF DAN TERIMA KASIH
62 62. THE TWIN WEREWOLVES: TSUKIYAMA RYUUKA
63 63. PULANG
64 64. SEBUAH PESAN (2)
65 65. REDUPNYA CAHAYA SANG REMBULAN
66 66. BUKAN SALAH LUPIN
67 67. KESALAHAN YANG TERULANG
68 68. DUEL PEREDAM AMARAH
69 69. AKU MENCINTAIMU
70 70. HARI BARU
Episodes

Updated 70 Episodes

1
1. PERMULAAN
2
2. TAHUN PERTAMA
3
3. PENGUNTIT?
4
4. PERINGATAN ATAU KEBETULAN?
5
5. KORBAN PERTAMA: ISHIKAWA KAZUKI
6
6. ANCAMAN?
7
7. EVELYN
8
8. PERINGATAN UNTUK NAKAJIMA AYATO
9
9. RAHASIA
10
10. KASIH SAYANG DAN KEBENCIAN
11
11. KAKAK BERADIK
12
12. UNGKAPAN DARI HATI
13
13. SALAH PAHAM
14
14. KAMP PELATIHAN MUSIM PANAS
15
15. SALAH PAHAM LAGI!
16
16. MASIH INGIN BERTEMAN
17
17. JANGAN BILANG
18
18. PERTARUNGAN TENGAH MALAM
19
19. TAMU ‘TAK DIUNDANG
20
20. SEGEL YANG RUSAK
21
21. HUJAN SETELAH BADAI
22
22. JATUH SAKIT
23
23. MIMPI BURUK
24
24. TEMAN SELAMANYA?
25
25. KEBAHAGIAAN DI SIANG HARI
26
26. PENOLAKAN
27
27. PELUKAN SEORANG AYAH
28
28. CAHAYA REMBULAN
29
29. KEJUTAN SESAAT
30
30. TUDUHAN
31
31. CINTA TERHALANG TAKDIR
32
32. KERESAHAN
33
33. KETAKUTAN
34
34. INGATAN YANG KEMBALI (1)
35
35. INGATAN YANG KEMBALI (2)
36
36. TERUS TERANG
37
37. DELAPAN BELAS TAHUN
38
38. SURPRISE!
39
39. BUKAN BERGOSIP
40
40. SANG BETA DAN BEBANNYA
41
41. SEMOGA BAIK-BAIK SAJA
42
42. TOPENG TELAH TERBUKA
43
43. PENYERANGAN ‘TAK TERDUGA
44
44. FIRASAT KEMATIAN
45
45. WAJAH PENGKHIANAT
46
46. (BUKAN) CINTA (18+)
47
47. PENYELAMATAN
48
48. JANJI AYAH KEPADA PUTRINYA
49
49. BAYANGAN KELUARGA
50
50. PENYIKSAAN
51
51. PENGAKUAN IDENTITAS
52
52. MALAIKAT PELINDUNG
53
53. KEBANGKITAN DAN AMARAH
54
54. REUNI ANTHONY DAN ALOIS
55
55. KORBAN KEDUA: TSUKIYAMA RUI
56
56. THE TWIN WEREWOLVES: TSUKIYAMA RYUUKU
57
57. TANGISAN PUTRA SULUNG
58
58. SEBUAH PESAN (1)
59
59. KUTUKAN ATAU ANUGERAH?
60
60. WADAH JIWA WEREWOLF KEMBAR
61
61. PERMINTAAN MAAF DAN TERIMA KASIH
62
62. THE TWIN WEREWOLVES: TSUKIYAMA RYUUKA
63
63. PULANG
64
64. SEBUAH PESAN (2)
65
65. REDUPNYA CAHAYA SANG REMBULAN
66
66. BUKAN SALAH LUPIN
67
67. KESALAHAN YANG TERULANG
68
68. DUEL PEREDAM AMARAH
69
69. AKU MENCINTAIMU
70
70. HARI BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!