Hari baru, cerita baru. Awal pekan kerap kali disuguhkan dengan kesibukan yang lebih padat dibanding hari-hari berikutnya. Pelajar yang hendak ke sekolah, pekerja yang berjalan tergesa-gesa menuju kantornya, transportasi umum dan trotoar yang padat menjadi pemandangan biasa di hari Senin yang cerah.
SMA Hoshiro menjadi tempat pertama yang Ryuuku dan Ryuuka datangi hari ini. Karena sudah memasuki musim panas, seragam mereka pun disesuaikan dengan musim tersebut, seperti memakai kemeja lebih pendek tanpa blazer.
Seragam yang dikenakan Ryuuku dan Ryuuka memiliki warna yang sama, yakni atasan kemeja putih dan bawahan berwarna hitam. Untuk kemeja, di bagian lengan terdapat satu garis hitam melingkar, sedangkan di bagian dada kiri terukir logo SMA Hoshiro. Dasi yang mereka kenakan sama-sama berwarna hitam bergaris putih, hanya berbeda pada bentuk saja, yang mana untuk perempuan memakai dasi berbentuk pita, sementara untuk laki-laki memakai dasi seperti siswa pada umumnya.
Sesampainya di kelas, Ryuuku langsung duduk di bangkunya tanpa menyapa Erol yang sudah lebih dulu datang. Erol yang awalnya tengah membaca buku seketika merasa aneh dan bingung, sebab tidak biasanya Ryuuku mengabaikannya. Apa dia marah padaku?
Akan tetapi, setelah memperhatikan beberapa saat, Erol mendapati gerak-gerik Ryuuku yang agak janggal. Ryuuku terus mengusap leher sebelah kirinya dan sesekali meremasnya sampai menimbulkan kemerahan. Ada apa?
“Lehermu sakit?” tanya Erol memastikan.
Ryuuku kemudian menoleh. “Tidak, leherku baik-baik saja.”
Merasa ada yang ditutup-tutupi, Erol lantas berkata, “Kalau ada sesuatu yang membuatmu resah, kau bisa menceritakannya padaku.”
Tidak ada sahutan selain anggukan pelan dari laki-laki yang duduk di hadapannya itu. Erol pun tidak bisa memaksa Ryuuku, sehingga dia lebih memilih untuk menunggu sembari membaca bukunya kembali.
Tidak lama kemudian, Ryuuku berbalik dengan tatapan serius. “Apa kau pernah bermimpi digigit vampir?”
Kernyitan tergambar jelas di dahi Erol setelah mendengar ucapan kawannya itu. “Tidak, memangnya kenapa?”
Ryuuku tampak berpikir sejenak sebelum menceritakan mimpinya semalam. Dia juga menggambarkan ciri-ciri wanita yang muncul dan menggigitnya itu persis seperti wanita yang sudah menjaga ponselnya yang tertinggal di taman.
“Rasa sakit dari gigitannya itu terasa nyata, sampai kupikir kalau aku digigit sungguhan saat tidur,” tutur Ryuuku, merinding.
Berdasarkan ciri-cirinya, Erol bisa menebak kalau sosok vampir itu adalah Evelyn. Akan tetapi, dia tidak memberitahukan hal tersebut kepada Ryuuku.
“Yang masih membuatku bingung adalah wanita itu. Mengapa dia bisa muncul di mimpiku dan berubah menjadi vampir?” tanya Ryuuku dengan raut bingung. “Apa jangan-jangan dia seorang vampir sungguhan?”
“Kau percaya dengan keberadaan vampir di dunia ini?” Erol balik bertanya sembari menatap Ryuuku.
Ryuuku terdiam dan berpikir sejenak. Sayangnya, saat hendak menjawab, suara bel tanda dimulainya jam pelajaran pertama pun berbunyi, sehingga ucapan tersebut batal keluar dari mulut Ryuuku.
...***...
Baru-baru ini, keselamatan Ryuuku terancam dengan kehadiran Evelyn yang mengincarnya. Meskipun hanya Ryuuku, penjagaan terhadap anak kembar tersebut tetap diperketat, termasuk saat berangkat dan pulang sekolah, mereka berdua akan diantar-jemput dengan mobil pribadi.
Namun, bukan berarti tidak ada yang mengincar Ryuuka layaknya Ryuuku yang diincar secara terang-terangan. Identitas yang mengincar Ryuuka memang belum diketahui oleh siapa pun, tetapi yang pasti, dia berada di sekitar gadis itu dan tengah mengintainya.
Bel tanda jam istirahat telah berbunyi. Seperti biasa, Ryuuka mengeluarkan kotak bekal makan siangnya untuk disantap bersama Yui, yang merupakan rekan satu kelasnya. Akan tetapi, di hari itu, Yui tidak bisa menemani Ryuuka, sebab dirinya akan makan siang bersama senior dari klubnya.
“Mau makan siang bersamaku, Tsukiyama-san⁴?” tanya seorang laki-laki berkacamata yang berdiri di sebelah meja Ryuuka.
“Ma-maaf aku tidak bisa,” sahut Ryuuka agak kaku. Untuk menatapnya saja Ryuuka tidak mampu.
Laki-laki pemilik rambut hitam bergelombang itu pun kembali ke tempat duduknya yang berada di seberang kanan Ryuuka. Karena tawaran tersebut, Ryuuka jadi bimbang ingin ke kelas Ryuuku atau tetap di kelasnya. Alhasil setelah berpikir sejenak, Ryuuka memutuskan untuk menetap di kelasnya dan memakan bekalnya sendirian.
“Kau mau?” Laki-laki itu tiba-tiba menawarkan lauk makan siangnya kepada Ryuuka. Sontak saja gadis itu terkejut dan bingung harus mengambil atau tidak.
Kau harus mengambilnya, Ryuuka! Kapan lagi kau bisa mencicipi makanan dari Nakajima-san? Kesempatan ini tidak akan datang dua kali!
“Terima kasih,” ucap Ryuuka setelah mengambil telur gulung isi sayur dari kotak bekal laki-laki bernama lengkap Nakajima Ayato tersebut.
Ryuuka tentu saja senang saat telur itu menyentuh indra perasanya. Jantungnya sudah tidak keruan dan ingin sekali melompat detik itu juga.
Ryuuka pun tidak mau ketinggalan untuk menawarkan makanannya kepada Ayato. Laki-laki tersebut menerima dengan senang hati. Senyumnya yang manis diperlihatkan, hingga membuat wajah Ryuuka semakin memerah.
Sementara itu, Erol tidak sengaja melihat Yui melangkah beriringan bersama seniornya di koridor saat dirinya kembali dari toilet. Erol yang mengira Ryuuka sudah berada di kelas Ryuuku pun heran, sebab gadis itu tidak ada di sana. Informasi tersebut kemudian disampaikan kepada Ryuuku dan tanpa pikir panjang, laki-laki berambut hitam itu langsung pergi ke kelas Ryuuka.
Kedatangan Ryuuku dan Erol yang sangat jarang, membuat penghuni kelas Ryuuka terkejut. Teriakan kecil dan bisikan-bisikan yang dilakukan oleh sekelompok gadis pun sayup-sayup terdengar. Namun, kesenangan tidak hadir di benak Ryuuka. Dia tahu, kakaknya pasti sedang menahan emosi saat ini.
“Aku penasaran dengan orang yang sudah menahanmu untuk tidak ke kelasku,” ujar Ryuuku dengan lirikan tajam mengarah ke Ayato sebelum duduk di kursi depan Ryuuka.
Erol yang meminjam salah satu kursi pun turut melirik Ayato, lalu duduk di samping meja gadis itu.
“Aku hanya ingin makan di kelas saja, tidak ada hubungannya dengan siapa pun,” sahut Ryuuka seraya memakan bekalnya.
Ryuuku lalu membuka kotak bekalnya dan membalas, “Membela laki-laki itu hanya akan membuatku semakin membencinya.”
“Aku tidak membela siapa-siapa.”
“Kau membelanya!” bisik Ryuuku dengan penekanan.
Merasa terus dipojokkan, Ryuuka meremas sumpitnya seraya mengatur napas dan memejamkan mata agar emosi tidak menguasai dirinya. Ryuuka memilih mengalah dan tidak menyahut lagi. Bisa kacau kalau nanti dirinya dan Ryuuku bertengkar di kelas.
...***...
Usai sudah kegiatan belajar mengajar hari ini. Seluruh siswa dan siswi SMA Hoshiro diperkenankan untuk segera pulang ke rumah. Kegiatan klub ditiadakan selama tiga hari akibat kasus pembunuhan yang terjadi di daerah mereka. Ya, semua berkat ulah Grace yang berhasil membuat kehebohan sebelum mati.
Ryuuku, Ryuuka, dan Erol saat ini tengah menunggu jemputan di depan sekolah. Aura hitam nan menakutkan terpancar dari Ryuuku. Wajahnya terus merengut setelah mendengar pengumuman klub diliburkan.
“Dasar pembunuh sialan! Gara-gara kau, besok aku tidak bisa latihan selama tiga hari! Bagaimana nasib kita nanti saat di babak penyisihan kalau tidak latihan dari sekarang, huh?!” Kesal, Ryuuku mulai mengomel sendiri.
“Kau marah-marah sampai mulut berbusa pun tidak akan mengubah kejadian yang sudah terjadi,” sahut Erol dengan raut tanpa ekspresi. Jujur saja, dia sudah muak mendengar Ryuuku mengomel hari ini.
Ketika hendak melihat waktu, Ryuuku tersentak karena jam tangannya tidak ada di tempatnya. Kepanikan seketika melanda Ryuuku, sebab itu adalah jam pemberian mendiang sang kakek yang amat sangat berharga. Cepat-cepat dia pun kembali ke kelas dan meninggalkan Ryuuka serta Erol begitu saja.
“Bukankah terakhir aku menaruhnya di sini?” Ryuuku merogoh laci mejanya, berharap jam tangannya ditemukan di sana.
“Baumu unik,” bisik seseorang yang sukses membuat Ryuuku terlonjak.
Sosok laki-laki yang berhasil membuat Ryuuku kaget sekaligus marah pun tersenyum tanpa merasa bersalah. Ayato kemudian memberikan jam tangan berwarna hijau army yang langsung diambil oleh sang pemilik.
“Ternyata benar itu milikmu,” ujar Ayato. “Aku menemukannya di toilet dan berpikir, ‘siapa lagi yang memiliki jam tangan semahal ini selain Tsukiyama-san?’”
Ryuuku lantas memperpendek jaraknya dengan Ayato dan berkata, “Dengar, ya, meskipun kau yang sudah menemukan jam tanganku, jangan harap aku akan bersikap baik kepadamu!”
Kedua mata mereka saling beradu. Ayato tidak membalas ucapan Ryuuku dan hanya memberikan senyum simpul.
“Ini yang pertama dan terakhir kalinya aku memperingatkanmu! Jauhi Ryuuka! Terima kasih!” Ryuuku kemudian melengos pergi dari kelasnya.
Ryuuku sangat membenci laki-laki berkacamata itu, sebab Ryuuka menaruh hati kepadanya. Ayato juga menyambut baik sikap Ryuuka seolah dia pun menyukai gadis itu. Selama ini, Ryuuku lebih sering menegur Ryuuka jikalau adiknya mulai memuji dan berinteraksi dengan Ayato. Berbicara langsung seperti tadi adalah interaksi pertama mereka dan mungkin Ryuuku tidak sudi untuk melakukannya lagi.
Melihat kepergian Ryuuku, Ayato masih terdiam di tempatnya. Seringainya terulas sembari memperhatikan pergerakan laki-laki itu dengan mata hitamnya.
Ryuuku pun bergegas kembali menghampiri Ryuuka dan Erol. Setiap langkahnya dipergunakan untuk mengutuk dirinya sendiri akibat teledor meninggalkan jam tangan tersebut serta membiarkan Ryuuka menunggu berduaan dengan Erol.
Tepat saat Ryuuku datang, sebuah minivan hitam berhenti di hadapan mereka. Sopir yang mengendarai mobil tersebut pun turun dan sedikit membungkukkan tubuh seraya meminta maaf karena terlambat.
“Tidak apa-apa, kami juga belum lama menunggu,” ujar Ryuuka yang diakhiri dengan senyuman.
Ryuuku yang pertama kali membuka pintu mobil dikejutkan oleh kehadiran Lupin, yang langsung menerjang sampai membuatnya hampir terjatuh.
“Lupin?!” pekik Ryuuka.
“Maaf, Nona, Tuan Muda, saya terpaksa membawa Lupin karena dia tiba-tiba masuk ke mobil dan enggan untuk keluar.”
“Oh, jadi anak nakal ini yang sudah membuat Pak Jun terlambat? Apa yang sudah kau lakukan, huh? Kau pasti menggigitnya, ‘kan?” ucap Ryuuku gemas sembari menahan kepala Lupin yang berusaha menjilat wajahnya.
Tidak mau membuang waktu lagi, mereka lantas masuk ke dalam mobil dan membiarkan Lupin ikut ke tempat selanjutnya, yakni kediaman keluarga Ishikawa untuk menjenguk Kazuki.
...***...
*Note:
⁴ -san: akhiran untuk memanggil orang yang dihormati, yang baru dikenal atau tidak terlalu dekat, baik laki-laki maupun perempuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments