3. PENGUNTIT?

“Bolehkah aku menginap di rumahmu malam ini?” ucap Erol tiba-tiba.

“Huh?” Kedua anak kembar itu terkejut sekaligus bingung. Mereka terdiam beberapa detik, berusaha mencerna apa yang telah dikatakan oleh sang kawan.

Ryuuka kemudian bertanya, “Ada apa, Arata? Mengapa tiba-tiba sekali?”

“Aku hanya …” Erol menggantungkan ucapannya sembari menatap Ryuuka dan Ryuuku bergantian, “… nanti akan kuceritakan saat di rumah kalian.”

Ryuuku pun menyipitkan matanya, menaruh curiga kepada Erol yang seperti sedang menutupi sesuatu. “Kalau aku tidak memperbolehkan bagaimana?”

“Kau tidak akan pernah tahu alasanku ingin menginap,” sahut Erol, Ryuuku pun seketika terdiam. Pasalnya, dia juga penasaran dengan alasannya.

Setelah menatap tajam laki-laki berkacamata itu beberapa saat, Ryuuku kemudian mengambil ponselnya untuk menghubungi orang rumah kalau malam ini sang kawan akan menginap.

“Apa benar tidak terjadi sesuatu padamu? Tadi wajahmu terlihat ketakutan, lho,” ucap Ryuuka, memastikan.

Erol pun mengangguk dibarengi dengan lengkungan senyum kecil. “Aku baik-baik saja.”

Setelah mengakhiri panggilan teleponnya, Ryuuku lantas berujar, “Kau boleh menginap di rumahku.”

Napas lega akhirnya bisa Erol embuskan. Ucapan terima kasih pun keluar dari mulut laki-laki berambut abu-abu itu.

“Ingat, jangan macam-macam di rumahku! Jaga jarak dan pandanganmu dari Ryuuka atau kutendang kau keluar! Aku akan mengawasimu!” ucap laki-laki bertubuh tinggi itu sebelum melengos pergi sembari menggandeng Ryuuka.

...***...

Sesampainya di kediaman Tsukiyama, Erol disambut baik oleh orang tua Ryuuku dan Ryuuka. Tidak hanya orang tuanya saja, anjing peliharaan mereka pun turut senang dengan kehadiran Erol.

“Lupin!” ujar Erol sembari memeluk gemas anjing besar tersebut. Anjing yang serupa dengan serigala berambut abu-abu dan putih itu pun langsung menjilat Erol berulang kali sebagai bentuk kebahagiaannya.

“Mulai besok kau jadi peliharaan Arata saja,” ucap Ryuuku saat melewati mereka berdua. Seketika kuping anjing tersebut naik dan matanya membelalak terkejut. Lupin pun berlari ke arah Ryuuku dibarengi dengan gonggongan, lalu merengek setelahnya.

Ryuuka pun tidak mau ketinggalan melontarkan protes kepada Lupin karena tidak disambut sebahagia itu. Gonggongan serta rengekan Lupin semakin menjadi-jadi akibat ulah kedua anak kembar tersebut.

Erol mengulas senyum kecil selepas melihat kepergian anjing beserta majikannya tersebut. Dia kemudian dipersilakan untuk masuk ke dalam oleh seorang wanita bersuara lembut dan berwajah teduh. Dia adalah Tsukiyama Rui, seorang wanita berusia empat puluh tiga tahun itu sangat Erol hormati. Berkat dirinyalah Ryuuku dan Ryuuka bisa lahir ke dunia, sehingga membuat Erol tidak lagi kehilangan arah ditelan keputusasaan.

Masih dengan senyuman yang belum pudar, Erol pun membungkuk perlahan untuk mengucapkan terima kasih dan permintaan maaf karena sudah merepotkan. Wanita berambut hitam itu tertawa kecil, dan dengan halus meminta Erol untuk jangan terlalu sungkan.

Sebelum Erol melangkah masuk, tatapannya dialihkan kepada laki-laki bertubuh tinggi yang berdiri di samping Rui. Laki-laki berambut hitam dikucir kuda itu menatap Erol dengan tajam dari balik kacamatanya. Raut Erol seketika menjadi kaku, senyumannya pun hilang, sama seperti raut laki-laki itu.

Keempat mata yang memiliki iris serupa itu pun saling beradu. Tatapannya begitu intens, seolah mata mereka saling berbicara. Sepersekian detik berlalu, raut Erol kembali berubah. Diiringi dengan senyum tipisnya, Erol melangkah masuk mengikuti Rui.

Singkat waktu, makan malam telah usai. Tubuh mereka juga sudah bersih dari kotoran dan siap untuk beristirahat. Malam itu, Ryuuku harus berbagi tempat tidur dengan Erol. Ranjangnya cukup untuk ditiduri oleh dua orang remaja laki-laki, sehingga futon¹ tidak diperlukan untuk sementara.

Di dalam kamar yang didominasi warna kuning dan putih itu sudah dihuni oleh sang pemilik kamar, yang duduk di atas bean bag sembari memainkan ponselnya. Kaus putih longgar dengan celana hitam selutut menjadi pembalut tubuhnya untuk tidur. Sama seperti Ryuuku, Erol yang duduk di atas kursi belajar sembari membaca buku pun memakai pakaian yang sama, hanya warnanya saja yang terbalik. Dikarenakan kunjungannya kali ini terlalu mendadak, dia tidak membawa pakaian ganti, sehingga dirinya harus meminjam milik sang kawan, yang untung saja ukurannya pas, meskipun tubuh Ryuuku lebih tinggi lima senti darinya.

Tidak ketinggalan pula perempuan satu-satunya di dalam trio tersebut, yaitu Ryuuka. Gadis berpiyama biru pendek dengan motif bulan dan bintang itu tengah bersimpuh sembari memakan semangkuk popcorn di salah satu sisi meja persegi berkaki pendek.

“Ryuuka,” ujar Ryuuku tanpa berpaling dari ponselnya.

“Hm?” Ryuuka menoleh dengan mulut yang mengunyah olahan jagung tersebut.

“Aku tidak menyuruhmu kemari. Pergilah dan bawa makananmu.”

“Tidak mau. Aku belum mendengar alasan Arata yang mendadak ingin menginap. Kau juga pasti penasaran, bukan?” celetuk gadis itu, yang sukses membuat Ryuuku terkesiap.

“Oh, benar juga! Aku hampir lupa!” Dengan sigap Ryuuku mematikan ponselnya, lalu memutar posisi duduknya ke arah Erol yang masih berkutat dengan buku di tangannya. “Hei, kau bisa mendengar ucapan kami, ‘kan?” tanya Ryuuku kemudian.

Erol pun menutup bukunya dan menjawab, “Iya, aku bisa mendengarmu.”

“Kalau begitu, apa alasanmu ingin menginap tiba-tiba? Apa apartemenmu sedang bermasalah?” tanya Ryuuku.

“Tidak.” Erol menyahut sembari memutar kursinya. “Ada seseorang yang menguntitku.”

“Apa?!” ujar kedua anak kembar tersebut secara bersamaan. Erol hanya bisa mengangguk sebagai jawaban.

“Sejak kapan? Mengapa dia melakukan itu? Apa kau punya masalah dengan orang lain?” sambar Ryuuku, penasaran.

“Atau kau sudah berbuat onar di sekolah lain tanpa kita ketahui?” Ryuuka pun menerka-nerka.

“Mungkin saja kau pernah mengajak duel sekolah lain, lalu mereka kalah dan tidak terima?” Kini, giliran Ryuuku yang menebak. “Tetapi siapa yang kau ajak? Tidak mungkin anggota tim dari sekolah kita, ‘kan?”

“Oh, atau jangan-jangan kau sudah merebut kekasih orang itu, sehingga dia ingin balas dendam?” celetuk Ryuuka.

Ryuuku sontak menoleh terkejut ke arah Erol. “Apa benar itu, Arata?!”

“Tidak. Aku merasa tidak pernah melakukan itu semua. Aku juga tidak tahu mengapa orang itu menguntitku,” jelas Erol. “Saat di jalan tadi, orang itu menabrakku. Aku tahu dari pakaian yang sering dia gunakan untuk menguntit.”

Ryuuka kemudian bertanya kembali, “Jadi, itu sebabnya tadi kau terlihat ketakutan?”

Erol mengangguk. “Aku tidak berani melaporkannya ke polisi karena aku takut orang itu akan melakukan sesuatu yang tidak kuinginkan.”

Ryuuku yang sedari tadi menyimak pun bertanya, “Apa dia tahu di mana kau tinggal?”

“Ya, dia tahu, dan sudah satu minggu dia menguntitku. Saat pertandingan pun aku melihat dia berada di bangku penonton,” sahut laki-laki berambut abu-abu tersebut, yang sontak membuat kedua anak kembar itu bergidik ngeri.

“Mengerikan sekali,” gumam Ryuuka. Wajahnya mendadak pucat setelah mendengar penjelasan Erol. Berbeda sekali dengan Erol yang justru tetap tenang, padahal bahaya tengah mengintainya.

“Kau harus segera melaporkannya, Arata! Ini sudah berbahaya! Atau kita tangkap saja bersama-sama baru kita serahkan ke polisi?” ujar Ryuuku. Dia kemudian bergumam, “Tetapi kita pukul dulu sedikit.”

“Itu juga berbahaya! Bagaimana kalau dia membawa senjata tajam?” balas sang adik. Dia lantas bertanya kepada Erol, “Kau sudah menceritakannya kepada pamanmu?”

Erol pun menggeleng. “Aku tidak mau membuatnya khawatir. Itu juga berlaku untuk orang tua kalian. Tolong jangan katakan apapun mengenai masalah ini.”

Ryuuku kemudian menyanggah. “Tidak! Kita harus mengatakan ini! Nyawamu sedang dalam bahaya, tahu!”

“Itu benar, Arata. Ini sudah termasuk ke dalam tindakan kejahatan. Entah apa yang nanti orang itu lakukan, kau harus tetap melaporkannya. Kau tidak perlu cemas, kami akan membantumu, benar, ‘kan?” Ryuuka pun menoleh ke arah Ryuuku dan disambut dengan anggukan setuju.

“Tetapi …—” Erol menghentikan ucapannya ketika tiba-tiba pintu kamar Ryuuku diketuk oleh seseorang. Terdengar dari suaranya, itu adalah Rui yang ingin memberikan sesuatu kepada mereka.

“Kebetulan sekali,” gumam Ryuuka saat bangun dari duduknya, hendak membukakan pintu.

“Ryuuka!” seru Erol. Dia kemudian menggeleng pelan dengan air muka memohon kepada gadis itu. Ryuuka pun bimbang, membuat dirinya ragu untuk melangkah. Di sisi lain, Rui yang sedang menunggu di luar, terus mengetuk dibarengi dengan memanggil nama mereka, meminta untuk segara dibukakan pintu.

Ryuuku yang tidak tahan dengan kebisingan ibunya itu pun berinisiatif untuk membukanya, sehingga membuat Erol terkejut sampai meneriaki namanya. Namun ‘tak disangka, Ryuuku hanya menerima baki yang berisi teko dan tiga buah cangkir keramik berwarna putih dengan ukiran emas, tanpa mengatakan apapun mengenai masalah yang dialami oleh Erol. Rui yang mengintip dari daun pintu hanya berpesan, untuk tidak tidur terlalu larut. Wanita itu lalu pergi setelah melemparkan senyum hangatnya.

“Apa yang kau takutkan?” ujar Ryuuku sembari menaruh baki tersebut.

“A-aku pikir, kau akan mengatakannya,” sahut Erol seraya turun dari kursi, kemudian duduk di sisi lain meja.

Ryuuku kemudian membalas, “Ini sudah malam, kita bisa membicarakannya besok sebelum berangkat latihan.”

“Aku setuju,” Ryuuka menimpali. Gadis itu kemudian menaruh cangkir beserta alasnya ke hadapan mereka, lalu menuang teh chamomile hangat dari teko tersebut. “Untuk sekarang, sebaiknya kau beristirahat saja dulu. Jangan terlalu dipikirkan masalah itu. Aku yakin, selama seminggu ini, kau tidak bisa tidur nyenyak, ‘kan?”

Erol terdiam dan hanya menatap secangkir teh di hadapannya. Benar yang dikatakan Ryuuka, dirinya tidak bisa tidur nyenyak karena begitu banyak pikiran yang berputar di kepalanya. Erol tidak menampik jika saat ini dirinya tengah ketakutan. Langkahnya sudah jauh, penantiannya sudah terlalu lama, rencananya tidak boleh gagal hanya karena takut.

Erol mengangkat kepalanya perlahan. Matanya menatap satu per satu kedua saudara kembar yang sedang meminum teh tersebut. Sama seperti dulu, di taman belakang mansion, di Gardena, mereka bertiga berkumpul ditemani secangkir teh di sore hari.

“Erol?”

“Aaron?” gumam Erol tanpa sadar.

“Apa? Kau bilang apa tadi?” ujar Ryuuku seraya mendekatkan telinganya ke bibir Erol.

Erol pun terkesiap. Jantungnya berdebar begitu kencang setelah tersadar dari lamunannya. Wajahnya tampak linglung sembari mengedarkan pandangannya. Ilusi dari masa lalu yang dilihatnya tadi, membuatnya tidak sadar, seperti terhipnotis oleh pikirannya sendiri.

“Kau baik-baik saja, Arata?” tanya Ryuuka, khawatir.

Erol menggeleng dan meminta izin untuk ke kamar mandi. Ryuuku dan Ryuuka yang kebingungan pun membiarkan saja laki-laki itu pergi. Mereka berdua lalu saling menatap, menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi pada temannya tersebut.

Setelah membasuh wajahnya, Erol menatap pantulan dirinya di depan cermin. Air mukanya agak kacau dengan bulir-bulir air yang meluncur bebas di wajahnya. Ketakutan yang melandanya saat ini, harus dia lawan bagaimanapun caranya. Dia tidak ingin lari dan bersembunyi lagi. Dia akan melawan seperti dulu, di Gardena, 600 tahun yang lalu.

Sementara itu, di kamar Ryuuku, kedua anak kembar itu tengah berusaha untuk membuka kelopak mata yang begitu berat. Entah mengapa, rasa kantuk yang luar biasa tiba-tiba menyerang mereka. Ryuuku yang sudah tidak mampu lagi membuka matanya pun tertidur di atas lantai dengan kaki yang berada di kolong meja. Ryuuka sendiri berusaha untuk bangkit dan pindah ke kamarnya. Akan tetapi, kesadarannya menghilang saat berada di ambang pintu. Beruntung, Erol yang kebetulan hendak masuk ke kamar, dapat menahan tubuh Ryuuka yang hampir terjatuh.

“Mereka sudah tidur?” gumam Erol. Matanya pun melirik Ryuuku yang sudah terlelap. Dia pun dapat bernapas lega, sebab kalau kakak dari gadis yang tengah dia gendong tersebut melihatnya, dapat dipastikan wajahnya babak belur malam ini.

Erol kemudian membaringkan Ryuuka di ranjang, lalu dia pun duduk di tepiannya. Beberapa saat dia menatap wajah gadis itu, begitu tenang di dalam kedamaian tidurnya.

Mengapa wajah mereka harus mirip? batin Erol dengan mata yang menyiratkan kesedihan.

“Tolong jaga Abigail ....”

Ingatan tersebut, kerap kali terlintas saat Erol melihat Ryuuka. Rasanya, dia ingin sekali terkena amnesia agar tidak teringat tentang kejadian itu. Kejadian yang membuatnya tersiksa sampai sekarang ....

“Erol,” ujar seseorang, yang sukses membuyarkan ingatan tersebut. Erol pun menoleh dan mendapati laki-laki tinggi berkucir kuda melangkah menghampirinya.

“Bagaimana dengan istri Anda, Tuan?” tanya Erol seraya bangkit dari duduknya.

“Rui sudah tidur,” sahut laki-laki itu.

“Baiklah kalau begitu.” Erol kemudian menarik napas panjang, lalu mengeluarkannya dengan kencang sebelum memulai penjelasannya. “Saya bertemu vampir saat di perjalanan pulang tadi. Maka dari itu, saya kemari.”

Mendengar penjelasan singkat itu, raut laki-laki tersebut pun berubah. Wajahnya tampak tegang dengan dahi yang mengkerut. Belum sempat laki-laki itu menanggapi, Erol langsung melanjutkan ucapannya. “Saya akan menangkap vampir itu, Tuan.”

“Tetapi keadaanmu belum pulih, Erol,” ujar laki-laki itu dengan raut khawatir. “Biar aku saja yang menangkapnya.”

“Tidak, Anda di sini saja. Kemungkinan mereka juga akan mengintai rumah ini.” Erol menatap serius laki-laki itu. “Saya akan pergi sekarang. Permisi, Tuan Alois.” Dia kemudian melangkah pergi, meninggalkan laki-laki bernama Alois itu.

...***...

Note:

¹ Futon: perangkat tidur tradisional Jepang.

Episodes
1 1. PERMULAAN
2 2. TAHUN PERTAMA
3 3. PENGUNTIT?
4 4. PERINGATAN ATAU KEBETULAN?
5 5. KORBAN PERTAMA: ISHIKAWA KAZUKI
6 6. ANCAMAN?
7 7. EVELYN
8 8. PERINGATAN UNTUK NAKAJIMA AYATO
9 9. RAHASIA
10 10. KASIH SAYANG DAN KEBENCIAN
11 11. KAKAK BERADIK
12 12. UNGKAPAN DARI HATI
13 13. SALAH PAHAM
14 14. KAMP PELATIHAN MUSIM PANAS
15 15. SALAH PAHAM LAGI!
16 16. MASIH INGIN BERTEMAN
17 17. JANGAN BILANG
18 18. PERTARUNGAN TENGAH MALAM
19 19. TAMU ‘TAK DIUNDANG
20 20. SEGEL YANG RUSAK
21 21. HUJAN SETELAH BADAI
22 22. JATUH SAKIT
23 23. MIMPI BURUK
24 24. TEMAN SELAMANYA?
25 25. KEBAHAGIAAN DI SIANG HARI
26 26. PENOLAKAN
27 27. PELUKAN SEORANG AYAH
28 28. CAHAYA REMBULAN
29 29. KEJUTAN SESAAT
30 30. TUDUHAN
31 31. CINTA TERHALANG TAKDIR
32 32. KERESAHAN
33 33. KETAKUTAN
34 34. INGATAN YANG KEMBALI (1)
35 35. INGATAN YANG KEMBALI (2)
36 36. TERUS TERANG
37 37. DELAPAN BELAS TAHUN
38 38. SURPRISE!
39 39. BUKAN BERGOSIP
40 40. SANG BETA DAN BEBANNYA
41 41. SEMOGA BAIK-BAIK SAJA
42 42. TOPENG TELAH TERBUKA
43 43. PENYERANGAN ‘TAK TERDUGA
44 44. FIRASAT KEMATIAN
45 45. WAJAH PENGKHIANAT
46 46. (BUKAN) CINTA (18+)
47 47. PENYELAMATAN
48 48. JANJI AYAH KEPADA PUTRINYA
49 49. BAYANGAN KELUARGA
50 50. PENYIKSAAN
51 51. PENGAKUAN IDENTITAS
52 52. MALAIKAT PELINDUNG
53 53. KEBANGKITAN DAN AMARAH
54 54. REUNI ANTHONY DAN ALOIS
55 55. KORBAN KEDUA: TSUKIYAMA RUI
56 56. THE TWIN WEREWOLVES: TSUKIYAMA RYUUKU
57 57. TANGISAN PUTRA SULUNG
58 58. SEBUAH PESAN (1)
59 59. KUTUKAN ATAU ANUGERAH?
60 60. WADAH JIWA WEREWOLF KEMBAR
61 61. PERMINTAAN MAAF DAN TERIMA KASIH
62 62. THE TWIN WEREWOLVES: TSUKIYAMA RYUUKA
63 63. PULANG
64 64. SEBUAH PESAN (2)
65 65. REDUPNYA CAHAYA SANG REMBULAN
66 66. BUKAN SALAH LUPIN
67 67. KESALAHAN YANG TERULANG
68 68. DUEL PEREDAM AMARAH
69 69. AKU MENCINTAIMU
70 70. HARI BARU
Episodes

Updated 70 Episodes

1
1. PERMULAAN
2
2. TAHUN PERTAMA
3
3. PENGUNTIT?
4
4. PERINGATAN ATAU KEBETULAN?
5
5. KORBAN PERTAMA: ISHIKAWA KAZUKI
6
6. ANCAMAN?
7
7. EVELYN
8
8. PERINGATAN UNTUK NAKAJIMA AYATO
9
9. RAHASIA
10
10. KASIH SAYANG DAN KEBENCIAN
11
11. KAKAK BERADIK
12
12. UNGKAPAN DARI HATI
13
13. SALAH PAHAM
14
14. KAMP PELATIHAN MUSIM PANAS
15
15. SALAH PAHAM LAGI!
16
16. MASIH INGIN BERTEMAN
17
17. JANGAN BILANG
18
18. PERTARUNGAN TENGAH MALAM
19
19. TAMU ‘TAK DIUNDANG
20
20. SEGEL YANG RUSAK
21
21. HUJAN SETELAH BADAI
22
22. JATUH SAKIT
23
23. MIMPI BURUK
24
24. TEMAN SELAMANYA?
25
25. KEBAHAGIAAN DI SIANG HARI
26
26. PENOLAKAN
27
27. PELUKAN SEORANG AYAH
28
28. CAHAYA REMBULAN
29
29. KEJUTAN SESAAT
30
30. TUDUHAN
31
31. CINTA TERHALANG TAKDIR
32
32. KERESAHAN
33
33. KETAKUTAN
34
34. INGATAN YANG KEMBALI (1)
35
35. INGATAN YANG KEMBALI (2)
36
36. TERUS TERANG
37
37. DELAPAN BELAS TAHUN
38
38. SURPRISE!
39
39. BUKAN BERGOSIP
40
40. SANG BETA DAN BEBANNYA
41
41. SEMOGA BAIK-BAIK SAJA
42
42. TOPENG TELAH TERBUKA
43
43. PENYERANGAN ‘TAK TERDUGA
44
44. FIRASAT KEMATIAN
45
45. WAJAH PENGKHIANAT
46
46. (BUKAN) CINTA (18+)
47
47. PENYELAMATAN
48
48. JANJI AYAH KEPADA PUTRINYA
49
49. BAYANGAN KELUARGA
50
50. PENYIKSAAN
51
51. PENGAKUAN IDENTITAS
52
52. MALAIKAT PELINDUNG
53
53. KEBANGKITAN DAN AMARAH
54
54. REUNI ANTHONY DAN ALOIS
55
55. KORBAN KEDUA: TSUKIYAMA RUI
56
56. THE TWIN WEREWOLVES: TSUKIYAMA RYUUKU
57
57. TANGISAN PUTRA SULUNG
58
58. SEBUAH PESAN (1)
59
59. KUTUKAN ATAU ANUGERAH?
60
60. WADAH JIWA WEREWOLF KEMBAR
61
61. PERMINTAAN MAAF DAN TERIMA KASIH
62
62. THE TWIN WEREWOLVES: TSUKIYAMA RYUUKA
63
63. PULANG
64
64. SEBUAH PESAN (2)
65
65. REDUPNYA CAHAYA SANG REMBULAN
66
66. BUKAN SALAH LUPIN
67
67. KESALAHAN YANG TERULANG
68
68. DUEL PEREDAM AMARAH
69
69. AKU MENCINTAIMU
70
70. HARI BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!