Pengakuan Arex

Hai semuanya…author mau kasih tau, kalau bab sebelum ini ada tambahan cerita yah. Jadi bisa di baca ulang biar tahu sambungan cerita sebelum lanjut baca di bab yang sekarang. Terimakasih!

———————

Betapa terkejutnya. Malam yang baru saja menjadikan hati sosok wanita manis itu begitu takjub dengan penghormatan orang-orang justru ternyata ia salah menduga.

Arex tak menatap wajah wanita yang kini masih menantikan penjelasan darinya.

Bimala bahkan sampai melepas tangannya dari lengan sang suami. “Rex, apa ini?” tanyanya masih tak bisa menetralkan perasaan terkejut.

Sekali lagi, Luna bersuara. “Tuan, mari. Kursi anda sudah kami persiapkan.” Dengan begitu hormatnya Luna berjalan di sisi langkah Arex yang mengangkat wajahnya agar terlihat tegas.

“Apa mau duduk berpisah dariku? Ayo.” Setelah bertanya seperti itu pada Bimala, Arex menarik tangan wanita yang hanya mampu mematung di tempatnya.

Arex pun menggandeng sang istri menuju kursi yang paling depan dengan posisi khusus tanpa ada kursi yang berdekatan dengannya.

Disana Luna bergerak begitu cekatan merapikan sekali lagi hidangan di meja sang presdir.

Kebisuan terjadi antara Arex dan Bimala. Begitu pula sang mertua wanita yang tampak meneguk ludahnya kasar. Rasanya untuk bersuara pun ia tak sanggup. Tanpa ia sadari, pria di sampingnya tersenyum melihat wajah syok sang putri.

“Ayo, Bu. Kita duduk, mau sampai kapan berdiri seperti ini?” Sari yang pucat wajahnya hanya bisa mengikuti langkah sang suami.

Malam itu semua tampak takjub menatap pria berkuasa yang terkenal sangat kaya raya itu. Untuk pertama kalinya, Bimala melihat keaslian sang suami kala berdiri di depan sana, tepatnya di atas podium. Kata sambutan yang Arex ucapkan sangat terdengar berkelas.

Dua manik mata Bimala tak berkedip mengagumi sang suami. Kini lengkap sudah nilai pria itu di matanya. Minus yang selalu ia keluhkan ternyata hanya sebuah pemanis di hubungan mereka.

“Ayah, malam ini Ibu mau pergi ke tempat Mbak Nur.” Sari bersuara setelah sambutan sang menantu di depan sana selesai menggema.

Kening Wijaya mengerut heran. “Mau apa Ibu di sana? Malam-malam kok kesana?” tanya Wijaya.

“Ibu ada janji sama Mbak Nur. Pulang dari sini Ibu harus kesana. Ayah pulang saja sama mereka.” ketus Sari yang enggan jujur pada sang suami.

Sebenarnya ia sangat-sangat malu jika harus bertemu dengan sang menantu yang selalu ia hina tersebut. Menatap wajah Arex saja, Sari rasanya tidak memiliki keberanian.

Malam yang berlangsung dengan acara itu terasa begitu menyenangkan bagi seluruh pekerja dan rekan bisnis perusahaan Lan Group. Tetapi tidak dengan sosok Sari yang merasa waktu begitu sangat lama. Ia sudah benar-benar gelisah ingin pergi ke tempat sang kakak.

Hingga tepat jam sepuluh malam, akhirnya acara pun usai. Dengan langkah terburu-buru Sari menuju mobil tanpa mendengarkan teriakan sang suami.

“Bu,” panggil Wijaya.

Mobil melaju dengan cepat meninggalkan hotel malam itu.

“Ayah, ada apa?” tanya Arex yang baru datang bersama Bimala mendekat pada Wijaya.

Wijaya yang baru ingin bersuara terhenti kala melihat sosok pria dengan tubuh tinggi besar menghampiri Arex, sang menantu.

“Tuan Arex, bisa kita bicara sebentar mengenai tawaran kerja sama kita yang sebentar lagi habis?” Arex menatap pria yang menghampirinya dengan wajah hangat.

“Oh iya baik, Ayah dan Bimala lebih baik pulang duluan saja.” ucap Arex sangat sopan pada sang mertua.

Bimala bahkan yang sejak tadi sudah tidak pernah mengeluarkan suara lagi. Bibirnya seperti di lem tanpa bisa bergerak sedikit pun untuk bersuara.

“Lun, suruh supir mengantar Ayah dan istriku. Aku harus bicara dengan Tuan Densal sebentar.” Luna yang sedari tadi mengekor di belakang Arex pun membungkukkan kepalanya sedikit.

Kemudian menjawab, “Baik, Tuan.” jawabnya.

Mata indah Bimala benar-benar tak bisa berhenti mengagumi sosok suami yang baru ia tahu kebenarannya malam ini.

Yah, Arex seorang pemilik perusahaan yang bahkan Bimala tempati bekerja selama ini tanpa ia tahu. Sang ayah yang menurutnya memiliki saham di perusahaan tempatnya bekerja pun masih tidak sebanding dengan kedudukan pria yang selama ini ia anggap sangat rendah.

Patuh, Bimala dan sang ayah masuk ke dalam mobil yang terbilang mewah pada masanya.

“Silahkan, Tuan, Nona.” Suara sang supir serta bodyguard yang berdiri di depan parkiran loby hotel.

Wajah cantik dengan lipstik merah senada dengan gaun merah tampak tak bisa menutupi wajah syok dan pucat milik Bimala.

“Kenapa? Baru tahu yah?” Wijaya mengeluarkan suaranya setelah mereka berada di perjalanan pulang tanpa sosok Arex dan Sari.

Bahkan pria paruh baya itu sampai menggetarkan bahunya terkekeh. Sungguh nikmat melihat wajah kikuk sang istri dan anaknya malam ini.

Kesal, Bimala menatap tajam sang ayah. “Ayah, kenapa Ayah menertawakanku? Apa Ayah sebenarnya tahu ini? Iya Ayah pasti tahu kan?” todong Bimala yakin.

Wijaya tampak mengedikkan kedua bahunya sembari mengangkat alisnya tinggi.

“Siap-siap saja Arex mungkin sedang menikmati malamnya dengan calon istri keduanya setelah ini.”

“Ayah!” pekik Bimala marah mendengar ucapan Wijaya yang membuatnya mendidih.

Jika di mobil ini keduanya terus saling berdebat, berbeda halnya dengan mobil satunya yang baru tiba di halaman tak begitu luas.

Wanita paruh baya turuh dengan gaun indah yang melilit tubunya.

“Mbak Nur! Mbak Nur!” Sari berteriak seperti orang kemalingan masuk ke dalam rumah sang kakak.

Wajahnya tampak berkeringat di bagian kening.

Mendengar keributan di lantai bawah, wanita yang sedikit lebih tua dari Sari itu segera melangkah cepat menuruni anak tangga. Alisnya menekuk melihat kedatangan sang adik.

“Bi! Minum. Cepat minum, Bi!” Teriak Sari sekali lagi.

“Heh heh ada apa sih, Sar?” Mba Nur heran melihat kelakuan sang adik yang merusuh di rumahnya malam-malam seperti ini.

“Siapa, Mah?” Sosok pria yang setelan piyama pun ikut menyusul sang istri yang baru turun dari lantai atas.

Di bawah sana tampak Sari dan Mbak Nur duduk berhadapan.

“Bi, lama sekali sih?” Sari berteriak lagi.

“Ini Nyonya, maaf.” Sang pelayan menyerahkan segelas air di atas meja. Namun, belum sempat pelayan itu meletakkan gelas tangannya sudah lebih dulu di tangkap oleh Sari.

Glek glek gelk glek!

Mbak Nur, suami, dan juga sang pelayan sampai tercengang mendengar suara dari tenggorokan Sari yang sekali mengangkat gelas itu sukses menghabiskan satu gelas besar air putih.

“Huh!” Suara Sari di iringi tangannya meletakkan gelas kosong.

“Sar, cerita. Kamu kenapa sih?” Mbak Nur kembali bertanya.

“Si laki-laki itu, Mbak. Yang selalu terlihat pengangguran ternyata…” Sari tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Tangannya kini bergerak memijit keningnya yang terasa berdenyut.

Mbak Nur masih terdiam dengan kening berkerut menatap sang adik lalu berganti menatap sang suami yang entah kapan berada di sampingnya.

Pria itu lantas menaikkan bahunya seolah menjawab pertanyaan sang istri dengan tidak tahu.

“Dia presdir Lan Group, Mbak. Dia pemilik perusahaan tempat Ayahnya Mala menanam saham.” ucapnya dengan nada sedikit meninggi lalu setelahnya Sari terkulai lemas di sofa. Tubuhnya ia hempas ke sandaran sofa dan matanya seketika itu juga tertutup tidak sadarkan diri.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

RASAIIN LOO,, MKANYA JGN SLLU MRENDAHKN ORG KLO BLM TAU ASLINYA, JGN TRJEBAK COVER, KLO BLM TAU ISINYA...

2022-11-16

0

Misbah Istichori

Misbah Istichori

lanjutkan thorrr....

2022-10-16

2

ciput

ciput

up lg thor

2022-09-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!