Aktifitas Padat

Suasana canggung sedari awal perjalanan hingga tiba di depan loby kantor yang cukup ternama. Arex menghentikan mobil sang istri sesuai petunjuk Mala.

“Apa sebaiknya tidak kerja dulu? Tubuhmu masih lemas seperti itu.” tutur Arex. Meski Bimala memakai make up tipis tak mampu menutupi mata sayunya yang tidak sesegar biasanya.

“Kalau bisa seperti itu, aku juga mau. Tapi ini kantor bukan milik nenek moyangku. Mana bisa semudah itu ijin. Banyak persyaratannya jika harus ijin. Lebih baik aku masuk saja. Lagi pula hanya sampai jam 2 sore kok. Tidak masalah, aku bisa menahan sakit ini.” Untuk pertama kalinya mereka berbincang dengan suara yang tenang.

Arex sangat lega mendengar respon sang istri yang tidak lagi bicara ketus padanya. Tatapan keduanya sempat bertemu, hingga Mala memutuskan untuk menatap ke depan.

“Em yasudah. Aku pergi dulu.” ucap wanita itu bergegas keluar mobil.

Dan Arex segera melajukan mobilnya keluar dari area perusahaan tempat sang istri bekerja. Kini pria itu memilih menuju ke sebuah rumah di kawasan elit.

Gerbang rumah yang menjulang tinggi terlihat dari arah luar beberapa pria berjaga dengan seragam serba gelap.

Dua sisi gerbang itu otomatis bergeser. Arex melajukan mobil sang istri. Penjaga, pelayan semua berjajar mendunduk saat tahu siapa yang berada di dalam mobil itu. Tak ada satu pun mata yang berani menatap kedatangan sang tuan.

Dengan kaki jenjangnya, Arex turun dari mobil dan berjalan memasuki rumah yang sangat megah. Terlihat halaman yang begitu luas ia lewati dengan mobilnya.

“Selamat datang, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?” Begitu terdengar formal pertanyaan seseorang yang menjabat sebagai pimpinan seluruh pelayan di kediaman Arex.

“Buatkan saya jahe hangat.” jawab Arex tanpa menghentikan langkahnya menuju ke kamar. Pria yang mengikuti langkahnya pun segera mengangguk dan berkata.

“Baik, Tuan. Segera saya antar.” tuturnya dan menghentikan langkah mengikuti sang tuan.

Di dalam kamar, Arex merebahkan tubuhnya yang terasa lelah. Lelah jika harus mendengar cacian sang mertua yang sama sekali tidak pantas ia dapatkan.

“Tidak perduli bagaimana Ibunya menolak, jika istriku sudah menerimaku. Semuanya akan mudah di kendalikan.” gumamnya sembari menikmati rasa nyaman yang di berikan kamar pribadi miliknya.

Satu tangan Arex bergerak menekan tombol yang terdapat di sisi tempat tidurnya. Seketika tempat tidur itu bergerak di bagian tertentu dan tampak memberikan pijatan pada tubuh Arex.

Beberapa saat menikmati hinga tanpa sadar, Arex sudah memejamkan matanya. Semalaman terjaga kala melihat sang istri begitu kesakitan. Beruntung keadaan Mala membaik saat ia terakhir kali menjenguk sang istri subuh tadi.

Yah, semakam Arex sangat gelisah di kamarnya memikirkan sang istri yang sakit. Sepergi sang mertua ke rumah sakit, Arex kembali mengecek keadaan Bimala. Beberapa kali ia bolak balik tanpa berniat tidur di kamar Mala.

Samar-samar terdengar suara ketukan pintu.

Tok Tok Tok

“Permisi, Tuan.” Kedua mata Arex yang baru saja terlelap kini terbuka seketika.

Tak ada sahutan, sang kepala pelayan segera membuka pintu kamar. Manik matanya menatap pria yang sudah duduk di sisi ranjang sembari menatap layar ponsel yang menyala.

“Silahkan, Tuan.” tutur penuh hormat pria paruh baya tersebut.

“Kau boleh pergi, Pak.” ucap Arex.

Di kamar itulah Arex mulai kembali melakukan segala aktifitasnya yang tertunda. Bekerja memeriksa banyaknya email yang masuk di komputer, menelpon sekertaris di kantor dan beberapa orang penting yang harus ia temui hari ini.

Usai mempersiapkan segala pekerjaannya, Arex memilih segera bersiap. Jas mahal yang terbungkus di almari gantung di raih dua pelayan pria yang membantunya bersiap.

Seperti biasa, Arex hanya perlu bergerak sebutuhnya. Dan semua perlengkapan akan terpakai di tubuhnya dengan bantuan pelayan khusus.

“Tuan, sarapan sudah siap.” Suara pelayan wanita yang berdiri di ambang pintu dengan terengah-engah. Sudah biasa bagi mereka bekerja dengan gerakan cepat ketika melayani sang tuan pemilik rumah megah tersebut.

“Em,” sahut Arex berjalan meninggalkan kamar. Tas kerja pun sudah di bawakan oleh pelayan lelaki yang mengikuti langkahnya.

“Jangan lupa, pakaianku tadi letakkan di mobil kembali.” pintah Arex.

“Maafkan saya, Tuan. Di mobil anda atau di mobil yang tadi?” Dengan hati-hati pelayan bertanya.

“Mobil yang tadi.” tutur Arex.

Sarapan pun selesai dan Arex menuju sebuah tempat yang sudah menjadi janjiannya pada seorang rekan bisnisnya.

Hari senin yang sungguh padat bagi Arex. Bahkan untuk sekedar cuti pun tidak ia ambil karena mengingat banyaknya hal yang harus ia selesaikan sendiri.

“Tuan Arex, selamat atas pernikahan anda.” Ucapan selamat terdengar dari rekan bisnis Arex kala itu.

Semua memang tahu jika Arex menikah karena beberapa perusahaan tampak mendengar dari bibir Arex sendiri. Hingga sampai saat ini, semua masih penasaran sosok wanita seperti apa yang bisa meluluhkan hati seorang Arex yang sangat pendiam.

Jika kebanyakan orang sebagai pemimpin akan bersikap arogan dan kasar, berbeda dari Arex. Pria itu sangat irit bicara. Wajah tenangnya yang selalu mampu menyelesaikan segala sesuatu justru membuat orang sekitarnya begitu hormat padanya.

“Terimakasih.” jawab Arex menerima ulurang tangan rekan bisnisnya.

Di hotel itu mereka duduk berempat. Arex bersama sang sekertaris. Dan orang di hadapannya juga bersama sang sekertaris.

Mereka tampak serius membicarakan kerja sama perusahaan yang akan di perpanjang. Sedang, di sisi lain tampak Bimala yang terus berusaha memijat keningnya agar kuat.

“Semangat, bentar lagi istirahat kok. Tinggal beberapa jam lagi. Ayo Mala kamu bisa,” tuturnya pada diri sendiri.

Semua sibuk dengan urusan masing-masing. Tak ada yang tahu jika hari ini Sari sudah kembali ke rumah untuk beristirahat.

“Bi! Bibi!” teriak wanita paruh baya itu.

Segera Bi Lala berlari cepat menghampiri pintu utama di mana sang majikan sudah berdiri dengan tangan berkacak pinggang.

“I-iya, Nyonya…” ucap Bibi setengah membungkuk.

“Apa laki-laki itu tidur di kamar Mala lagi tadi malam setelah saya pergi?” tanya Sari dengan mata menyelidik.

Bi Lala seketika menggelengkan kepala. “Tidak, Nyonya. Tuan tidur di kamarnya di belakang.” Bi Lala sangat takut jika majikannya bertanya lebih jauh lagi.

“Haduh bagaimana jika Nyonya tahu Nona Mala berangkat sama Tuan yah?” batinnya takut bukan main.

“Yasudah, Bibi lanjutkan kerjaan saja. Saya mau istirahat. Tidur di rumah sakit buat badan saya pegel semua.” tutur Sari berlalu meninggalkan Bi Lala.

Matanya memperhatikan keadaan rumah yang sangat sepi. Tak ada menantu yang tidak di anggap itu ia lihat. Berhubung lelah menyerang tubuhnya, Sari memilih acuh dan masuk ke kamar.

Terpopuler

Comments

Yuliati

Yuliati

lanjut Thor lumayan menarik critanya..

2022-12-03

1

ciput

ciput

up lg thor SBY panas banget sampai ga bisa tidur siang buat baca karya mu seru banget thor

2022-09-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!