Suara ketukan pintu di ruangan pagi itu membuyarkan kantuk yang menyerang sosok Arex. Ia bahkan terperanjat dari duduknya di kursi.
“Permisi, perkenalkan saya suster Amina. Maaf Bapak, saya inin memeriksa keadaan Bapak dulu yah?” Arex pun berdiri dari duduknya melihat sang ayah mertua di periksa oleh wanita berseragam biru khas rumah sakit tersebut.
Wijaya yang baru saja terbangun seketika tersenyum. “Sus, tidak ada istri saya. Jadi tidak usah di periksa.” ujarnya membuat wanita itu mengangguk mengerti.
Selepas kepergian suster itu, Arex pun berniat ingin pulang setelah kedatangan sang mertua perempuan.
“Selamat pagi, Ayah.” sapa Sari yang datang dengan wajah segar sehabis mandi pagi dan tentu istirahat yang cukup pada malam harinya.
Manik matanya yang bersitatap dengan Arex seketika melenyapkan senyuman hangat wanita itu.
“Apa lagi yang kamu tunggu? Pergilah, dan ingat jangan sekali-kali mendekati Mala.” Arex tak menjawab melainkan mencium punggung tangan sang mertua laki lalu bergegas pergi.
Ia melangkah cepat saat melihat ponselnya berdering. “Halo, ada apa?” tanya Arex tanpa basa basi.
“Tuan, minggu depan adalah acara aniversarry kantor. Apa Tuan akan menghadiri acaranya?” Dia adalah Luna.
“Lanjutkan saja acaranya. Dan biar kau yang memberi sambutan. Aku sedang sibuk.” jawab Arex dingin.
“Tapi, Tuan. Beberapa klien kita dari luar negeri turut hadir. Apa Tuan lupa, sudah memberi tahu mereka bahkan beberapa bulan lalu. Saya pikir tidak mungkin mereka akan lupa dengan skedul yang sudah mereka atur.” Benar ucapan Luna.
Sejenak Arex pun terdiam. Ia paham, malam penting itu sangat berarti untuk hubungan kelancaran bisnisnya yang ingin semakin ia kembangkan.
“Baiklah, aku akan hadir. Sudah jangan menghubungiku lagi.” titah Arex yang kesal.
Sedari malam ia ingin pulang melihat keadaan Bimala, tapi pagi ini sepertinya pria itu batal kembali ke rumah sang istri. Ia harus segera ke kantor untuk mempersiapkan ide-ide baru proyek perusahaannya.
Di rumah, tampak Bimala baru saja selesai sarapan. Tubuhnya terlihat jauh lebih sehat dan tidak seperti kemarin.
“Bi, tolong tas saya taruh di mobil yah.” ucap wanita itu yang berlari naik ke kamar kala teringat meninggalkan blezer kerja.
Matanya sejenak menoleh ke arah kamar kecil tempat Arex tidur. “Ibu sudah ke rumah sakit. Kenapa dia belum juga pulang? Ah sudahlah tidak penting memikirkan dia. Ibu benar, aku tidak boleh tersentuh dengan sikap baiknya itu.” batin Bimala acuh dan melangkah keluar menuju mobil yang siap mengantarkannya ke tempat kerja.
Pagi yang padat dengan segala aktifitas ternyata cukup melelahkan bagi Mala. Wanita dengan kacamata anti radiasi itu menyandarkan punggungnya sejenak melepas lelahnya dari komputer. Perusahaan memulai pengembangan dengan membangun satu cabang baru yang berada di Singapura.
Dan sebagai manager HRD, ia harus mempersiapkan banyak hal yang berkaitan dari perekrutan karyawan kembali.
“Aduh mataku rasanya pegal sekali,” keluh wanita itu dan menoleh ke luar pintu ruangan yang terdapat kaca transparan di celah pintu cukup lebar.
Senyuman dan tawa terbit di wajahnya. “Heh bagaimana bisa aku melihat dia di sini? Dengan jas? Hahaha Mala Mala kau sudah gila yah? Jam seperti ini Arex itu bukan memakai jas, tapi bergumul dengan oli.” Ia terkekeh geli dengan ucapannya yang meremehkan.
“Yah meski dia baik, dan tampan.” lanjutnya lagi.
Tak pernah terpikirkan olehnya jika Arex adalah pria yang banyak menyimpan sejuta rahasia di balik sikap baiknya saat ini.
Hingga jam makan siang pun tiba.
Bimala bergegas menyiapkan kepergiannya untuk menuju sebuah restauran. Tempat biasa ia akan menghabiskan waktu makan siangnya dan bersantai.
Saat keluar pintu, ia mengernyit heran. Beberapa orang yang bekerja satu lantai dengannya berbicara dengan tawa dan suara heboh.
“Wah tampan sekali yah?”
“Sudah tampan, kaya lagi.”
“Coba sering-sering kesini pasti kita semangat kerjanya.”
“Hahaha ternyata gaji gede terkalahkan dengan ketampanan presdir yah?”
Semakin bingung saja Mala mendengar kata-kata mereka.
“Iya sih, perusahaan segede ini sekali pun aku tidak pernah melihat presdirnya. Apa maksud mereka baru saja melihatnya? Ah sudahlah bisa habis waktu makan siangku.” Bimala pergi seorang diri dengan kendaraan roda empatnya.
Restauran yang cukup berkelas berada tidak jauh dari perusahaan.
Setiba di sana, ia pun memesan makanan.
Pandangannya mengedar melihat tidak cukup banyak yang makan siang disana. Karena memang harganya cukup menguras kantong. Namun, seperti itulah Bimala. Ia akan menghabiskan uangnya dengan menikmati tanpa berpikir ulang.
“Senang bekerja sama dengan anda, Tuan.” Suara seseorang di meja lainnya yang mencuri perhatian Bimala.
Matanya berkerut heran. Pria tampan dengan jas mahal di tubuhnya tampak tersenyum pada pria yang juga berpenampilan rapi.
“Permisi, Nona. Ini pesanannya.” Suara pelayan pun menghentikan fokus Bimala. Ia yang tampak enggan mengalihkan pandangannya seketika menatap hidangan yang ada di meja makan.
“Ah terimakasih.” tuturnya sembari tersenyum.
“Arex kah itu?” ucapnya yang ingin menoleh ke arah meja dimana dua pria duduk tadi, kini sudah kosong.
Sepasang mata Bimala menoleh kesana kemari, “Kemana mereka? Apa iya aku berhalusinasi lagi? Astaga, tapi tadi benar rasanya itu Arex. Ah mustahil deh.”
Untuk beberapa saat, Bimala berdebat dengan dirinya sendiri. Hingga suara perut yang berbunyi membuatnya sadar.
“Sudahlah, itu tidak akan mungkin. Lebih baik aku makan.” tuturnya kesal sendiri.
Makan siang terlewatkan hingga kini hari sudah kembali sore tanpa terasa. Tubuh yang bekerja seharian akhirnya mendapat waktu untuk istirahat sejenak.
Semua karyawan kantor di berbagai macam perusahaan pun sudah mulai memenuhi jalanan dengan macam-macam kendaraan mereka.
Suasana jalan di Ibu Kota tampak mulai padat dan terasa panas. Macet, kedaan lelah, itulah yang di rasakan Bimala.
“Cuman gara-gara penasaran aja sampai bela-belain lewat bengkel si Arex. Harusnya tadi langsung pulang saja. Mana badan pegel lagi.” keluhnya di dalam mobil saat terkena macet.
Hampir satu jam ia terus menggerutu sembari pelan-pelan melanjutkan perjalanan, kini tampaklah sebuah bengkel yang lumayan banyak kendaraan di depannya sedang di perbaiki.
Bimala menurunkan kaca mobil hingga ia bisa melihat jelas wajah pria yang terdapat warna hitam di beberapa tubuh dan wajah. Serta rambut yang sudah berdiri karena debu.
“Kamu itu tampan, Rex. Kenapa lihat dari sini aku deg degan begini sih? Enak yah ternyata mandangin wajah kamu kalau lagi serius begitu.” Tanpa sadar, Bimala tersenyum-senyum geli. Ia tak mengalihkan pandangannya dari sosok pria yang duduk berjongkok tengah memutar kunci-kunci pada mesin yang ia bongkar.
“Aduh…jantungku benar-benar gila.” ucapnya memegang dada yang semakin membuatnya tidak tahan untuk berdiam memandangi ciptaan Tuhan di seberang jalan sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Fano Jawakonora
visualnya arex dan bimala dong thor
2022-10-16
1
Misbah Istichori
kang bengkel rasa direktur...😬
2022-10-15
0
Jeon Ratih Karyana Rayana
kirain aku bakal ada pelakor katna judul nya pengagum rahasia thor 😂
2022-09-22
0