Rasanya belum sadar sepenuhnya, kini kedua mata merah Arex menatap wanita yang terbaring di tempat tidurnya dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.
“Bi, badannya demam.” tutur Arex usai menempelkan punggung tangannya pada kening wanita yang berstatus istrinya.
“Iya, Tuan. Apa kita hubungi Nyonya, Tuan?” tanya pelayan itu bingung.
Arex segera mendudukkan tubuhnya pada sisi tempat tidur. Di tatapnya wajah manis yang mampu membuatnya jatuh cinta.
Bimala memejamkan mata sembari memeluk tubuhnya sendiri dengan selimut tebal.
“Mala, apa kepalamu pusing?” tanya Arex dengan lembut.
“Iya…rasanya berputar. Aku nggak kuat.” keluh Bimala dengan suara lirih serta wajah yang kini semakin memucat.
“Bi, tolong bawakan susu beruang satu, dan alat kompres.” pinta Arex dengan cepat.
“Ba-baik, Tuan. Jadi tidak usah menghubungi Nyonya, Tuan?” tanya Bibi sekali lagi.
Arex menggeleng pelan, “Jangan, Bi. Kasihan Ayah di sana jika sendirian terus.” jawab Arex penuh perhatian.
Jelas terdengar ucapannya yang tulus dan sangat baik. Sang bibi pun segera berlalu dari kamar milik Bimala. Sementara Arex mulai bergerak memijat kepala sang istri.
Setibanya bibi dengan barang yang di bawa, mata Bimala sudah tampak terbuka meski berembun karena suhu tubuhnya yang sangat panas.
“Permisi, Tuan.” Bibi bergerak ingin mendekat, namun Arex mencegahnya.
“Biarkan saya, Bi. Bibi bisa siapkan makan malam yang hangat saja. Bubur mungkin…” tutur Arex.
Bibi pun mengangguk. “Baik, Tuan.”
Di dalam kamar, malam itu Arex terus merawat Bimala dengan cekatan. Pijatan di kepala serta kompres yang ia terus ganti di kening sang istri.
“Mal, ayo minum susu beruangnya dulu. Setelah ini semoga kepalamu akan membaik.” ujarnya membawa tubuh sang istri ke pelukannya untuk bisa minum dengan baik.
Bimala yang sudah membuka matanya mulai merasakan sesuatu yang hangat dalam tubuhnya.
Perhatian, yah ini perhatian yang tulus ia rasakan dari sosok Arex. Suami yang seharian ini terus ia umpat.
“Sekarang tiaraplah, aku akan memijat punggungmu lagi.” pintah Arex.
Bimala tampak menggelengkan kepalanya, “Aku kedinginan, Rex. Aku tidak tahan.” keluhnya bersuara serak.
Arex pun memberikan dua selimut lagi di tubuh sang istri, kemudian ikut memeluknya dari luar selimut. “Bagaimana? Apa sedikit hangat?” tanya Arex. Bimala menggeleng lagi.
“Ini masih sangat dingin, tolong peluk dari dalam.” tuturnya memohon.
Bimala merasa sakit yang ia dapat kali ini akibat kelelahan di jalan tadi siang serta ice cream yang ia makan di saat yang tidak tepat.
Pelukan hangat di dalam selimut sunggu nyaman di rasa Bimala. Ia pun merasa keadannya jauh lebih baik. Sementara tangan kekar Arex mengusap lembut rambut hitam miliknya.
“Rex, kenapa aku nyaman? Aku nyaman di pelukanmu? Kamu suami yang perhatian…” batin Bimala mulai memikirkan perasaannya yang sangat ingin membalas pelukan pria itu.
Bahkan aroma tubuh Arex yang khas sedari pulang bekerja, membuat Bimala sangat menyukainya.
Beberapa waktu berlalu, hingga tanpa sadar wanita itu mulai mendengkur halus. Ia terlelap dalam hangatnya pelukan pria yang dalam satu hari sudah berhasil menembus hatinya.
Sesekali tampak Arex kembali mengganti kompres di kening sang istri. Tak lupa ia terus menggerakkan tangannya memijat lengan Bimala.
Dari arah pintu yang tidak tertutup. Sepasang mata Bibi memperhatikan sejenak. Perlahan wanita itu menggelengkan kepalanya.
“Masya Allah…Tuan itu sangat perhatian dan sayang sama Nona Mala. Semoga semuanya segera di berikan jalan yang baik.” gumam Bibi kemudian mengetuk pintu pelan.
Tok tok tok
“Permisi, Tuan…” ucap sang Bibi seraya berjalan masuk ke dalam kamar yang memang tidak tertutup.
“Oh iya, Bi. Terimakasih yah. Sebentar lagi saya bangunkan Bimala.” ujar Arex.
“Iya, Tuan. Bagaimana, Tuan Nona Mala? Apa sudah turun demamnya?” tanya sang Bibi yang turut senang melihat perlakuan Arex.
Segera, Arex pun menempelkan kembali tangannya pada kening serta leher sang istri. “Sudah turun, Bi. Sebentar lagi pasti sudah enakan.”
“Kalau begitu saya permisi, Tuan.”
Seperginya Bibi dari kamar, Arex mulai menepuk pipi Bimala. “Mala, ayo bangun. Kamu harus isi perut dulu baru minum obat.”
Pelan-pelan, Mala membuka matanya. Wajah tampan berahang tegas menjadi pemandangan pertama kala ia terbangun. Senyuman tulus pun terbit di wajah wanita itu.
“Maaf,” Arex yang tidak mau membuat Mala marah padanya segera bergerak mengingkirkan selimut dari tubuhnya dan hendak turun dari tempat tidurnya.
“Mau kemana?” tanya Mala lembut.
Sebenarnya Arex pun kaget, namun ia masih bisa mengontrol ekspresi kagetnya. “Aku harus turun dari sini,” jawab pria itu.
Belum sempat ia bergerak, Mala sudah mencengkram pergelangan tangan Arex. “Tetaplah di sini, aku masih kedinginan.” tutur Mala yang sebenarnya sudah jauh lebih baik.
Itu hanyalah alibi saja karena gengsi jika bicara secara terus terang pada sang suami.
“Aku akan menyuapi mu, makan. Tunggu sebentar.” Arex turun dari tempat tidur lalu ia meraih bubur ayam dan memberikan pada Mala.
Malam itu, tampak mereka kembali tidur bersama usai Arex membersihkan diri di kamar mandi yang berada di kamar sang istri.
Jarum jam kini menunjuk angka 10. Semua sudah tampak terlelap dengan mimpi masing-masing.
Namun, bel pintu rumah di lantai bawah terdengar berbunyi.
“Aduh siapa yah malam-malam datang?” tanya Bibi dengan wajah ngantuk dan mata yang mengerjap beberapa kali.
Seketika mata bibi membulat mendapati wanita paruh baya yang sangat hobi berteriak itu. “Nyo-nya?” Suara Bibi terbata.
Tenggorokannya terasa tercekat kala itu.
Ekspresi sang bibi, tentu membuat ibu dari Mala bingung. “Bi, mau sampai kapan menghalangi jalan saya? Minggir! Si Mala susah sekali di telepon.” gerutu wanita itu.
“Eh…Nona Mala,” Bibi syok dan bingung harus melakukan apa. Rasanya ia tidak tega jika harus membiarkan Arex mendapati mertuanya berteriak tengah malam padanya.
“Aduh bagaimana ini? Nyonya pasti marah besar lihat Tuan di kamar Nona.” gumam Bibi panik sendiri.
“Minggir, Bi.” Segera tubuh Bibi tersingkir dari dorongan sang majikan.
“Mala! Mala!” Teriakan yang nyaring tak lantas membuat Arex dan Bimala terbangun malam itu. Pelukang yang terasa begitu hangat di dalam ruangan yang dingin sungguh membawa mereka ke mimpi yang paling dalam.
Pintu terdengar terbuka. Seketika suara menggelegar mengejutkan seisi kamar itu. “Mala! Arex! Apa yang kalian lakukan?!”
Di belakang sang bibi memejamkan mata mendengar bagaimana murkanya sang majikan dengan yang terjadi di depannya kala itu.
“Ibu,” suara Bimala yang seketika membuka matanya.
Sedangkan Arex terduduk dari pembaringannya. Wajahnya masih terlihat datar. Tak ada ekspresi takut sama sekali.
“Keluar kamu!” pekik wanita paruh baya dengan langkah yang semakin masuk ke dalam kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Misbah Istichori
tengkurep kali thorrr... tiarap kek mo perang... 😂
2022-10-15
2
Demi sandi
perjuangkan tampabatas ya arex
2022-10-15
0
Jeon Ratih Karyana Rayana
hmmm nie mertua teriak teriak gk ingat waktu apa, kasian kn babang arex lagi enak enak tidur pelukan eh kuman masuk, keselin
2022-09-18
1