Satu minggu berlalu dengan begitu cepat, pagi yang cerah kini mulai mengantar mentari menuju siang. Tepat pada pukul 9 kediaman Bimala tengah berkumpul, ia bersama sang ibu.
“Mala, kamu sudah pindahkan barangnya kan?” tanya Sari pada sang anak di ruang keluarga.
“Sudah, Bu. Ibu tenang saja.” jawab Bimala patuh.
Sudah berapa hari wanita itu merasa gelisah karena tidak bertemu dengan Arex, sang suami. Bahkan untuk melontarkan ucapan pedas tak lagi ada kesempatan.
“Memang Ibu tahu dari mana kalau Ayah akan pulang hari ini dan jam segini? Kan Ibu tidak ada ke rumah sakit setelah pulang dari Bandung kemarin.” Yah beberapa hari Sari tengah di sibukkan dengan acara keluarga yang sudah menjadi rutinitasnya di kediaman orangtua yang berada di Bandung.
Dan karena itu pula, Arex tak pulang ke rumah dan menjaga sang mertua. Sedang Bimala patuh pada sang Ibu untuk fokus bekerja tanpa ke rumah sakit bertemu dengan sang suami.
“Ibu sudah menghubungi pria itu, ingat! Satu kamar bukan berarti kalian boleh berdekatan. Ibu tidak akan mengijinkan hal itu sampai kapan pun, Mala.” cegah Sari mewanti-wanti sang anak.
Bimala hanya mendengus kasar. “Bu, sudahlah. Bimala sudah dewasa. Tidak perlu bicara harus berulang-ulang seperti itu.” tuturnya sedikit kesal lantaran bosan.
Sedang di dalam mobil kini Arex bersama sang ayah mertua duduk bersisian. Mereka pulang menggunakan taksi online.
“Arex, Ayah masih bingung dengan cara kamu ini. Kenapa tidak segera to the point saja sih? Bimala pasti akan menerima mu kalau kau sudah membuatnya menjadi istri seutuhnya.” tutur sang ayah mertua.
“Arex ingin perasaan itu hadir atas keinginan hati Bimala, Ayah.” jawab Arex.
Wijaya hanya menghela napas hingga tatapan mereka tertuju pada dua wanita yang sudah berdiri di depan pintu yang baru mereka masuki halaman rumahnya.
“Itu mereka wanita mata hijau.” Wijaya terkekeh dan Arex hanya tersenyum mendengar gelar yang di berikan pada dua wanita tersebut.
Mobil berhenti, dan Arex bergerak mengiringi langkah sang mertua.
“Ayah,” Bimala memeluk sang ayah dengan sangat erat. Rasa rindunya akhirnya terobati kini. Sejak menikah dengan Arex, ia tidak pernah bertemu lagi dengan sang ayah karena larangan dari ibunya.
“Tidak usah di peluk-peluk, Bimala. Ayahmu itu yang menyebabkan kamu menikah dengan laki-laki seperti itu.” ketus Sari menatap kesal sang suami tiap kali mengingat pernikahan yang mengerikkan di matanya.
Manik mata wanita paruh baya itu memindai Arex dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sumpah demi apa pun, pria seperti Arex begitu menggelikkan di matanya. Wajah tampak, tubuh proporsional dan kulit yang putih bersih seakan menggambarkan bahwa menantunya itu sangat pemalas. Tidak seperti pria pekerja keras pada umumnya.
“Cih,” Hanya suara itu yang keluar dari bibir Sari kemudian melipat kedua tangannya di depan dada dan memutar tubuh untuk masuk.
Wijaya yang melihat sikap istrinya hanya menggeleng kesal. “Arex, ayo kita masuk. Bimala, bagaimana pekerjaan kamu? Apa kamu tidak pernah menemui Arex di tempat kerjanya?” pancing Wijaya yang sebenarnya yakin jika sang anak tidak akan mungkin datang kesana.
“Setidaknya Bimala sudah kesana sekali, Ayah. Bahkan mengenalkan Arex dengan para sahabatnya.” Bukan Bimala yang menjawab, melainkan Arex dengan senyum yang melumpuhkan seluruh organ tubuh Bimala seketika.
Manik mata wanita itu menatap kesal pada sang suami. Sedang Wijaya yang mendengarnya tersenyum bahagia.
“Wah wah benarkah begitu? Ayah senang mendengarnya. Ayah yakin di balik sikap keras Bimala, dia adalah wanita yang lembut.” Senyum bahagia menghiasi wajah pria paruh baya itu.
Hingga mereka kini berada di meja makan tengah menyantap sarapan yang sudah menuju jam makan siang.
Dering ponsel Bimala tiba-tiba saja berdering. Nomor kantor, ia melihat dan merasa tidak mungkin mengabaikannya. Segera, wanita itu mengangkatnya.
“Halo…” sapanya.
“Selamat pagi, Mal. Jangan lupa nanti malam acara anniversarry sekaligus acara valentine. Jadi jangan sampai nggak bawa pasangan yah.” ujar teman satu kantor Bimala.
Seketika raut wajah Bimala berubah pias. Ia kesal, lagi-lagi harus memikirkan hal yang tidak penting. Seharunya dengan ia ijin tidak bekerja hari ini, malam pun harus bisa beristirahat. Tetapi justru ia tetap harus ke acara kantor yang pasti memakan waktu cukup lama.
“Hem, terimakasih yah. Apa tidak bisa ijinku sampai malam?” tawarnya.
“Ye, emang lu yang punya kantor? Ya kali ijin masih nawar. Itu wajib untuk semua pekerja di kantor Lan Group.” Setelah memastikan semuanya selesai, panggilan pun segera berakhir.
Bimala hanya menghela napas kasar, bahkan selera makannya seketika hilang. Kini matanya menatap sosok pria yang makan di sampingnya dengan tenang. Tangan Arex tampak lihai memakai sendok. Sangat elegan.
Kembali, Bimala mencebikkan bibirnya. “Entahlah, suamiku ini wujud apa sebenarnya?” gumamnya yang memperhatikan Arex semakin banyak yang tidak masuk akal.
Jika di luar sana, orang yang hidup susah pasti akan bergaya brutal, makan dengan tangan atau sendok sebisanya. Wajah pas-pasan. Kulit dekil hitam, tetapi tidak pada Arex. Dia sangat terawat, jelas terlihat dari warna kulit dan penampilannya yang bersih.
Tanpa ia sadari, jika sang ayah pun turut memperhatikan gerak gerik Bimala.
“Ehem.” Wijaya yang enggan meneruskan makannya kini tampak menautkan kedua tangannya di dagu.
Semua yang tengah fokus dengan diri sendiri seketika menatap pada Wijaya. “Malam ini, Ayah mendapat undangan dari Lan Group. Ibu siapkan pakaian untuk kita. Kita harus menghadiri acara itu.” ucap Wijaya dengan tenang.
“Ayah, bukankah itu acara untuk pekerja di perusahaan saja?” tanya Bimala yang tidak menyangka jika sang ayah turut hadir malam ini.
“Tidak, semua para pemegang saham di perusahaan pun turut hadir. Kamu juga pasti akan hadir kan bersama Arex?” Begitu Wijaya menyebut nama Arex, sontak saja Bimala dan Sari sama-sama terkejut.
“Ayah, Mala bisa pergi dengan teman kerjanya yang lainnya. Kenapa harus Arex?” tanya Sari berusaha menahan kekesalannya.
“Karena acara ini memang bersama pasangan, Bu. Seperti kita.” lanjut Wijaya lagi.
Bimala yang diam menimbang-bimbang ucapan sang ayah. “Iya, siapa yang harus bersamaku pergi malam ini jika bukan Arex? Aku tidak punya teman pria selain Arex. Tapi, apa iya Arex? Haduh apa kata mereka nanti? Aku harus jawab apa? Dari perusahaan mana Arex? Memalukan!” gumam Bimala penuh rasa bimbang.
“Ayah, ini memalukan. Karir Bimala di perusahaan cukup bagus. Ayah jangan menjatuhkan nama anak kita dengan membawa pria itu. Apa yang Bimala jawab kalau sampai teman-temannya bertanya, Bimala, suamimu dari perusahaan mana? Atau dia sebagai Presdir atau Manager?” Sari bergaya seolah sangat merendahkan sang menantu.
Wijaya sampai memijat pelipisnya mendengar ucapan sang istri.
“Ayah mau, Bimala menjawab. Hehehe suamiku seorang Presdir di bengkel ternama.” sambung Sari kemudian.
Perdebatan terus terjadi, namun Arex tetap memilih diam. Hingga akhirnya Bimala memutuskan akan membawa Arex dengan merubah penampilan pria itu.
Tak terasa malam pun tiba.
Wanita cantik dengan balutan gaun berwarna merah yang menjuntai kebawah sangat indah mengikuti lekuk tubuh yang indah pula. Lilitan gaun itu bertengger di leher jenjang yang tampak sangat seksi. Rambut tergelung dengan sanggulan tinggi.
“Bimala, jangan terlalu berdandan seperti itu. Di luar sana akan banyak mata yang lapar jika melihatmu seperti ini.” Arex sangat khawatir melihat kemolekan dan paras ayu sang istri.
Sedari tadi bahkan pria itu tak mengalihkan pandangan matanya dari cermin besar yang memantulkan tubuh Bimala.
“Sudahlah, diam. Pakai jas yang ku siapkan.” sahut Bimala.
Satu mobil kini melaju meninggalkan pelataran rumah. Arex, Bimala, Wijaya, dan Sari. Mereka satu mobil menuju sebuah hotel berbintang.
Dengan percaya diri, Arex berjalan di belakang kedua sang mertua dengan bergandengan bersama sang istri. Ada rasa bahagia di hati pria tampan itu. Ini pertama kali baginya pergi ke acara kantor dengan wanita yang sangat ia cintai dan resmi menjadi istrinya.
Karpet merah yang menjadi langkah mereka semakin masuk tiba-tiba membuat Bimala tercengang tidak percaya.
Seluruh, seluruhnya karyawan perusahaan, rekan bisnis dan para pemilik saham perusaha Lan Group membungkuk sembilan puluh derajat.
Senyuman merekah di wajah cantik Bimala. Ia tak menyangka mendapatkan hal mengejutkan seperti ini.
Wajah Sari pun ikut sumringah melihat saat ia menghindar dari hadapan sang anak dan menantu.
“Mereka benar-benar menghormatiku seperti ini?” gumam Bimala dalam hati ingin sekali berteriak histeris. Bahkan ia lupa, jika kedudukannya hanya seorang manager HRD.
“Yah, lihat. Anak kita dapat penghormatan seperti itu. Ah rasanya tangan ini mau menarik pria itu. Ayah benar-benar tega membuat anak kita bergandengan tangan dengan pria bambong seperti dia.” Kesal sekali rasanya melihat betapa orang menghargai putrinya. Sementara sang suami membawa putrinya menuju jalan sengsara.
“Tuan, selamat datang. Sebuah kehormatan acara ini anda menyempatkan waktu untuk hadir. Kami sangat senang.” Seorang wanita yang bernama Luna. Wanita kepercayaan pemilik perusahaan Lan Group datang membungkuk dan menyapa pria yang berada di gandengan Bimala.
Dengan sekali anggukan Arex, semua yang membungkuk segera kembali berdiri tegap.
Tak tahu, bagaimana syoknya wanita yang berada di sampingnya saat ini.
“Hah? T-Tuan?” Bibir Bimala dan Sari sama-sama bergetar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Wrin Budayani
makan tuh kesombongan
2022-11-21
0
Sulaiman Efendy
BIAR KNAK SERANGAN JANTUNG TU SARI KLO TAU MNANTUNYA SEORANG PRESDIR PRUSAHAAN BESAR TEMPATNYA BEKERJA
2022-11-16
0
Misbah Istichori
pias teh pucat lain thorr?
asa jiga di banung ngadangu pias teh..😁😆
2022-10-15
1