Turun Sahabat

Wajah-wajah putih dengan hiasan make up tipis di wajah para wanita cantik itu mulai tertutupi oleh butiran keringat. Sudah cukup jauh mereka berjalan saling membantu mendorong motor yang rodanya tidak sempurna lagi bulatnya.

“Aduh…Mal. Gimana nih? Yakin, satu gang lagi kita lewati pasti aku pingsan.” sahut Rosa yang mulai tidak kuat.

“Astaga, Ros kamu kan punya riwayat sesak napas yah. Aduh gimana nih?” Nara yang ingat mulai panik.

Sedangkan Leni, Wanda, dan Mala kala itu tak sanggup lagi bersuara. Mereka semua sama-sama lelah.

“Kayaknya kalo nggak salah di jalan besar depan ada bengkel kecil. Kita harus sampai sana.” ujar Mala dengan lirih.

Semua mata tertuju ke depan, benar apa yang Mala katakan. Mereka kini sudah hampir tiba di jalan besar.

Setelah beberapa menit mereka berjalan sembari memegang high heels masing-masing, akhirnya senyuman cerah di wajah semuanya terbit.

“Akhirnya…kita sampai juga.” Seru kelima perempuan itu berteriak girang. Mereka tak perduli bagaimana respon mata para pria menatap kedatangannya.

“Ada apa, Kak?” tanya seorang pria yang masih berusia belasan tahun. Dari wajahnya terlihat di masih sangat muda.

“Pake nanya. Tuh periksa motornya dan perbaiki semuanya tanpa sisa.” Mala dengan wajah lelah menunjuk motor yang berhasil mereka dorong lalu segera duduk di salah satu kursi.

“Wah ini cukup parah, Kak…” tutur pria yang memperhatikan motor rusak tersebut.

“Yah kalo tidak parah, saya juga tidak akan bawa ke sini. Itu kan gunanya bengkel?” ketus Mala.

Tin Tin Tin

Terdengar suara klakson mobil yang baru saja tiba.

“Pake klakson segala sih.” Mala menggerutu kesal melihat wajah bapak-bapak yang mereka tabrak tadi.

“Ada apa ini ribut-ribut?” Tiba-tiba suara berat terdengar dari arah dalam bengkel itu.

Rosa dan kawan-kawan serentak tercengang, keringat yang menetes di kelopak mata pun mereka acuhkan kala melihat sosok pria yang baru muncul di hadapannya.

“Wah gilaa…kalau lihat yang beginian dari tadi, mau berapa kilo pun dorong motor pasti sanggup.” celetuk Nara yang tanpa malu.

Wanda mengangguk dengan wajah penuh takjubnya. “Iya, bener kamu Nar. Jangankan dorong motor, mobil pun pasti sanggup. Astaga…”

“Ini mah mengalahkan kesegaran yang di janjikan Mala untuk makan ice cream. Yah nggak?” tambah Leni.

Mala yang sadar dengan penuturan kawan-kawannya seketika memutar matanya malas.

“Apaan sih kalian? Jangan berlebihan deh.” ucapnya dengan wajah yang semakin galak. Matanya kembali menatap wajah pria yang masih berdiri.

“Ini, perbaiki motor ini dan aku akan bayar semuanya. Ingat! Jangan ada yang terlewatkan kerusakan sekecil apa pun.” Kartu atm ia keluarkan di meja samping pria yang berdiri menatap Mala penuh arti.

“Mala, kamu datang benar untuk membawa motor ini? Bukan untuk menjenguk suami mu ini?” Bibir Mala terbuka sangat lebar mendengar penuturan pria yang tak lain adalah Arex.

“What? Suami?!” Semua teman-teman Mala bertanya dengan suara berteriak dan kompak. Belum usai mereka menikmati kejutan wajah tampan dari Arex, mereka harus di kejutkan dengan satu kebenaran. Yaitu, sahabat mereka sudah memiliki suami.

Mala semakin geram. Matanya menatap tajam Arex dan menoleh ke belakang. Dimana para sahabatnya menunggu jawaban darinya.

“Apaan sih? Udahlah jangan di bahas. Buang-buang waktu aja.” gerutunya menutupi rasa malu.

Arex yang melihat kikuknya sang istri ingin tertawa, namun ia masih berusaha berwajah datar. “Ambil ini, di sini tidak ada fasilitas untuk atm. Kami hanya menerima uang cash. Lagi pula, gratis untuk pemilik bengkel kok.” ujar Arex dengan wajah tenang mulai mendekati motor yang baru para wanita itu dorong.

Tak ada jawaban di berikan Mala. Ia justru tampak melihat isi tas serta dompet. “Ah pasti ini uang nggak akan cukup bayar tuh motor. Apes banget sih hari ini!” batinnya kemudian menatap satu persatu para sahabatnya.

Arex yang memeriksa motor itu tampak acuh dengan para wanita yang sudah membentuk lingkaran sesuai instruksi sang istri.

Di dalam lingkaran, Mala bersuara sangat pelan.

“Guys, kali ini kalian harus bantu. Mana uang kalian semua? Sini, nanti aku ganti. Uang aku kurang…”

Satu persatu, Mala menarik uang yang di berikan para teman-temannya.

Setelah terkumpul semuanya, ia pun kembali mendekati Arex. “Nih, cukupkan! Kalau kurang hubungi aja. Nanti aku antar uangnya.”

Mala pergi bersama para temannya tanpa memperdulikan tatapan Arex yang begitu dalam padanya.

“Bang, sini biar saya saja yang urus motor ini.” salah satu anak buah Arex pun mengambil alih pekerjaan itu.

“Oke, yang teliti yah. Saya masih ada kerjaan di dalam.” ujar Arex lagi.

Sedangkan di dalam mobil yang baru ingin mulai jalan, semua heboh berteriak histeris.

“Mala, jawab kita! Kapan nikah sama abang ganteng itu?” Rosa memegang bahu Mala.

“Iya bener. Bimala, tadi abang ganteng itu bukan bercanda kan?” lanjut Leni yang benar-benar terpesona dengan ketampanan Arex.

“Astaga Mala! Please bilang kalian belum nikah. Buat aku aja yah?” Wanda justru antusias ingin memiliki Arex.

“Stop! Stop! Kalian apa-apaan sih? Sudah berhenti bahas dia. Muak tau nggak sih?” Hening. Semua melipat bibir mereka kala mendengar umpatan Bimala. Mata para sahabat Mala saling melempar pandangan kikuk.

Mobil itu pun kini baru beranjak dari depan bengkel milik Arex. Sepanjang jalan hanya ada keheningan. Mala yang berniat keluar rumah ingin mendapatkan suasan fresh, justru di buat semakin suntuk.

“Em…Mal, tadi sebelum jemput kita-kita, kamu ijin dulu atau enggak sama suami kamu?” Pelan, suara Rosa bertanya karena takut Mala akan naik darah.

“Nggak!” jawab Malam ketus.

“Em…bisa jadi kamu kualat, Mal. Istri itu harus keluar rumah dengan ijin suami.” Hati-hati sekali Rosa menasihati sang sahabat.

Mala bungkam, ia tidak menjawab apa pun ucapan Rosa. Meski kesal, namun pikiran Mala terfokus pada ucapan sang sahabat. Apa yang Rosa katakan memang sangat umum terdengar.

Bimbang, antara percaya dan tidak. Namun, hati Mala sangat percaya hal itu. Berbeda dengan pikirannya yang menolak status mereka saat ini.

“Apa iya yah? Ah nggak ah. Lagian dia juga pergi dari rumah nggak ada ijin sama aku.” ucap Mala melawan hatinya.

Wanda, Leni, dan Nara, tampak cekikikan di belakang lantaran menggosipi pria tampan yang mereka temui di bengkel tadi.

“Kapan-kapan kita main ke situ yuk.” ajak Nara dengan percaya dirinya.

“Buat cuci otak di kala lelah sama pekerjaan. Pasti encer deh otak kita hahaha…” sambut Wanda.

“Tapi itu kan suami sahabat kita. Jangan begitu lah.” ucap Leni memperingati.

“Santai aja, Len. Lagian si Mala juga benci banget kayaknya sama suaminya. Anggap aja kalo jodoh turun sahabat.” celetuk Nara.

“Yeee…mana ada turun sahabat. Yang ada tuh turun ranjang.” balas Wanda.

Terpopuler

Comments

Misbah Istichori

Misbah Istichori

lanjut thorrr... typo nya dibenerin donk.. biar khusyuk bacanya..

2022-10-15

4

yanah

yanah

lanjud donk

2022-09-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!