Sang Misterius

Seperti tujuan awal, Mala kini menghentikan mobilnya setelah tiba di parkiran salah satu cafe hits yang terkenal dengan varian ice cream.

Beberapa menit kemudian, mobil itu terparkir namun masih tak menunjukkan wajah-wajah yang berada di dalam.

“Duh, lipstik. Mana lipstik yang paling segar? Lipstik aku kurang cerah nih.” Mala memasukkan kembali lipstik miliknya.

“Kalian ada cushion nggak? Ini muka minyak banget, parah.” gerutu Leni.

Begitulah kerempongan mereka di dalam mobil sebelum turun dari mobil. Tentu saja, wajah mereka yang selalu tampil on kini harus di benahi lantaran kejadian menyedihkan tadi saat mendorong motor dengan matahari yang mulai terik.

Berdandan, lalu mereka semua turun dari mobil. Setelah memastikan penampilan sempurna. Dan seperti biasa, kedatangan lima wanita cantik itu selalu menarik perhatian para mata lelaki. Penampilan, postur tubuh, dan semua wajah yang mereka miliki sangat menarik.

Kini ice cream mereka pun tiba di meja usai memesan sebelumnya.

“Mal, kasih tahu kita dong…” rengek Rosa yang mulai kepo.

“Apaan sih?” ketus Mala yang enggan bicara. Ia tahu jelas apa yang ada di dalam pikiran teman-temannya.

“Iya bener Rosa, Mal. Kasih tahu kita dong. Kapan kalian nikah? Terus kenapa kita nggak di undang? Dan siapa sih pria itu? Asalnya dari mana? Bukannya kita sering keluar bareng? Tapi kok nggak pernah ketemu sama dia?” cerocos Wanda akhirnya.

“Iya gue sudah nikah sama tuh orang. Dan hari ini. Puas kalian?!” suara Mala terdengar sangat kesal.

“What? Hari ini?” Serentak suara nyaring itu membuat perhatian para pengunjung cafe menatap mereka.

“Guys, tolong yah kerja samanya. Gue apes banget nih. Jangan nanya-nanya dulu kenapa?” Jelas terlihat di wajah Bimala kala itu, ia sangat memohon pada sang sahabat.

Akhirnya mereka semua tidak tega, saat melihat wajah melas Mala. Meski rasa penasaran di hati mereka sangat besar. Namun, perasaan simpati jelas mengalahkan ke kepoan mereka semua.

“Oke deh, tapi janji. Setelah lu baikan. Wajib cerita ke kita semua.” ucap Nara yang mengalah dan di angguki mereka semua.

Siang itu, Mala menghabiskan waktunya setelah dari cafe, ia pun meninggalkan sahabatnya untuk pulang masing-masing. Sementara ia menuju ke sebuah klinik kecantikan demi mendapatkan ketenangan.

“Selamat datang, ada yang bisa di bantu, Kak?” tanya salah seorang wanita berpenampilan cantik di depan.

“Nih member ku. Perawatan seperti biasa yah, di tambah spa sekalian.” Tangan Mala menyerahkan kartu yang selalu ia bawa ketika menuju klinik langganannya tersebut.

“Baik, Kak. Silahkan naik ke atas saja Kak.”

Menjalani serangkaian perawatan hampir empat jam lamanya, akhirnya kini Mala turun ke lantai dasar di mana ia mendaftar tadi dan akan membayar tagihannya.

“Ini,” tangan dengan jemari lentik itu menyerahkan atm.

Bagian kasir tersenyum dan menangkupkan kedua tangan. “Mohon maaf, Kakak. Tagihannya sudah terbayarkan.” tuturnya dengan senyum ramah.

Mendengar itu, Bimala sontak mengerutkan keningnya. “Mba, nggak salah? Saya belum bayar loh.” ujarnya bingung.

“Ini Kakak, tagihannya sudah terbayar otomatis. Bahkan untuk semua perawatan sudah terbayar selama satu tahun. Jadi, Kakak bebas untuk memilih rangkaian perawatan yang mana saja.” Benar di data komputer itu terlihat sudah paket komplit selama satu tahun.

“Siapa yang bayar yah?” tanya Mala penasaran.

Senang tentu saja, ia bisa melakukan perawatan gratis tanpa di pungut biaya apa pun, dan bebas memilih. Tapi, ia juga harus tahu. Siapa yang dengan baik hatinya membayarkan perawatan miliknya.

“Maaf, Kak. Datanya di rahasiakan dari pusat, kami tidak bisa membukanya.” jelas kasir itu lagi.

Mala pun pasrah, ia memilih pergi setelah pertanyaannya tidak mendapat jawaban yang memuaskan.

Kini waktu sudah menunjukkan waktu yang hampir petang. Wanita berstatus istri Arex itu segera melajukan mobil menuju rumah.

Bertepatan dengan mobil Mala yang baru memasuki gerbang rumahnya, sebuah motor ojek online pun tiba dengan membawa seorang pria di belakang.

Melihat sang suami pulang, Mala hanya mendesis kesal. “Hah…gimana ceritanya dia yang bayarin? Motor aja nggak punya. Haduh…Arex, kenapa kamu di takdirkan miskin sih?” sesal Bimala yang sangat menyayangkan memiliki suami miskin.

Sungguh sangat di sayangkan, kurangnya Arex di mata Bimala sangat fatal.

“Mala, kamu baru pulang? Dari mana saja?” tanya Arex yang menghampiri mobil sang istri. Mala sejak tadi masih diam di dalam mobil dengan kaca jendela yang terbuka memandangi sang suami.

“Banyak nanya. Sudah parkirin mobil aku. Bisa bawa mobil kan?” ketus Mala keluar dari mobilnya meninggalkan Arex yang berdiri di samping mobil wanita itu.

“Kamu wanita pilihan aku, Bimala. Aku yakin aku bisa bawa kamu ke hatiku tanpa materi.” batin Arex yang menatap kepergian sang istri.

Usai memarkirkan mobilnya, Arex pun memasuki rumah itu. Disana ia sudah di sambut dengan tatapan sinis dari sang mertua.

“Pergi seharian, apa yang kamu bawa pulang?” ketus wanita paruh baya itu menatap tajam Arex.

Arex pun melangkah tanpa ragu, ia mengeluarkan beberapa lembar uang di saku celananya. “Ibu, ini hasil kerja saya hari ini. Maaf, mungkin masih belum cukup untuk kebutuhan rumah ini…”

“Astaga, Arex. Ini bukan belum cukup. Cuma lima ratus ribu sampai di mana? Bayar air pun tidak cukup. Aduh…mimpi apa saya dapat menantu seperti kamu? Kalau bukan karena suami saya, kamu tidak akan pernah bisa jadi suami anak saya.” Arex tak menjawab apa pun. Ia tahu hal ini pasti akan ia dengar dari sang mertua.

Mengingat mereka memang sangat memandang Arex rendah dari segi materi.

Sari segera meraih tas yang ia letakkan di sofa dekatnya berdiri. “Ingat, jangan tidur di kamar anakku. Aku mau pergi ke rumah sakit.”

Senyuman seketika terbit di wajah tampan Arex. Ia pun melangkah menuju kamar yang ia tempati seharusnya.

Di kamar, Arex berbaring. Manik mata hitam miliknya menatap langit-langit kamar. Tubuhnya sangat lelah, namun kini hanya kasur yang berbahan lentur menjadi pelampiasan letihnya kala itu.

Hingga beberapa saat berlalu, pria itu pun tanpa sadar mulai mendengarkan suara dengkuran napas yang teratur.

Tok tok tok

“Tuan! Tuan!” Suara teriakan di ambang pintu mengejutkan Arex.

“Ada apa, Bi?” Dengan mata merah, Arex segera duduk dari pembaringannya. Ia sangat terkejut.

“Nona Mala, Tuan. Nona Mala!” ucap Bibi masih tidak jelas. Suaranya sangat heboh dan tubuhnya bergoyang kesana kemari karena panik.

Terpopuler

Comments

Sudar Sono

Sudar Sono

mantap tor oudinya

2022-10-18

0

Misbah Istichori

Misbah Istichori

Arex asli suroboyo y Thorr?

2022-10-15

2

ciput

ciput

lanjut kan thor sebelum tdr kasih 1 bab lagi😁

2022-09-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!