Hari pertama bekerja dengan status istri dari seorang presdir, tampak tak membuat semangat di wajah seorang Bimala terpancar.
Jiwa semangatnya dan cinta dengan pekerjaan siang ini sudah tertutup oleh rasa lelah dan kantuk yang menyergap tubuhnya.
“Permisi, Bu. Ini berkas yang sudah kami selesksi untuk beberapa calon akuntan. Silahkan untuk di periksa kembali dan mohon undur diri, Bu Mala.” ucap salah satu sang bawahan.
Bimala yang melihat wajah wanita itu masuk ke ruangannya seperti melihat dua wajah yang serupa.
“Hem, pergilah.” jawabnya dengan suara lesu. Bimala menguap beberapa kali hingga akhirnya wanita itu menyerah dan merebahkan kepalanya di meja kerja.
Jika di luar ruangan seluruh karyawan tampak sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Terlebih ini adalah hari dimana seorang presdir yang jarang ke perusahaan, sudah tampak di ruangan paling atas tempatnya.
Sedang di ruangan Manager HRD, Bimala terus menikmati tidurnya yang indah.
Tring!!
Suara bel istirahat pun berbunyi. Seperti biasa, kantor milik Arex sangat disiplin. Tak ada waktu telat sedikit pun bagi pekerja di sana. Waktu adalah uang, dan ia tidak ingin rugi sedikit pun di perusahaan hanya karena waktu yang molor sedetik pun.
“Tuan, waktunya makan siang. Apa ada tempat yang ingin anda tempat menyantap makan siang? Biar saya hubungi segera.” Begitu sigapnya Reno menyapa Arex ketika mendegar bel jam istirahat.
“Tempat biasa, dan segera panggil istriku.” ucap Arex tanpa menatap lawan bicaranya. Pria itu kini membubuhkan tanda tangannya pada lima lembar kertas yang baru ia selesai baca.
Reno mengangguk di ikuti oleh Luna. Mereka menuju ruangan kerja Bimala.
Seperginya sang asisten dan sekertaris, Arex merasa pekerjaan telah usai. “Hah sebaiknya aku menyusul saja.” tuturnya beranjak dari kursi dan menuju ruangan sang istri berada.
Tepat di ambang pintu, mata Arex menatap heran melihat dua orang suruhannya saling menatap dan bicara melalui bisikan.
“Kamu saja.” ucap Luna menyikut pergelangan Reno.
“Ah tidak. Kamu wanita. Kamu saja. Aku tidak mungkin membangunkan. Itu istri Tuan, Luna.” Peringat Reno pada rekan kerjanya.
“Justru itu istri, Tuan. Kamu lebih berhak dari aku.”
Kening Arex semakin berlipat dalam. Pria itu pun lanjut melangkah mendekat. Manik matanya seketika menangkap kepala wanita berambut panjang itu terbaring miring di meja kerja.
“Bimala, bangun!” Suara Arex menggema di ambang pintu.
“Ampun!” Luna refleks berteriak. Bukan nama yang di panggil Arex yang kaget.
“Astaga…maafkan saya, Tuan.” Wajah Luna tampak syok saat menoleh ke belakang. Ia segera menyingkir dan memberi jalan untuk sang atasan.
“Kamu sih!” gerutu wanita pada pada Reno.
Reno memberinya isyarat untuk diam. Sedangkan Arex menggelengkan kepala melihat sang istri yang tak bergerak sama sekali.
“Kalian, tunggu di mobil!” pintah Arex dan di sanggupi Reno dan Luna.
Siang yang sangat melelahkan dan membuat dahaga kering, kini sukses membuat semua tubuh karyawan terdiam mematung. Manik mata mereka terfokus pada satu titik. Dimana seorang pria tengah membopong tubuh wanita yang tidak sadarkan diri layaknya memikul pohon.
Dentuman sepatu pantofel yang beradu pada marmer mewah milik Arex tak memecah lamunan semua orang.
Puluhan mata di loby itu bergerak seperti tersihir mengikuti pergerakan langkah kaki jenjang Arex yang menuju mobil.
Di depan mobil, mata Reno dan Luma sama-sama membulat melihat aksi sang tuan. Luna yang tak bisa menaha syoknya sampai meneguk kasar salivahnya.
“Mau sampai kapan kalian berdiam di situ?” tanya Arex datar.
“Em…baik, Tuan.” Reno membuka pintu gelagapan dan di dalam sana Bimala tampak menggeliat kecil dan kembali menikmati tidurnya.
Selama perjalanan ke restoran, keadaan tampak hening.
Di depan restoran, kedatangan Arex di sambut penuh hormat pada pelayan khusus. Arex turun dari mobil sendiri, lalu pria itu memutar pintu mobil sebelah dan membopong kembali tubuh sang istri.
Dua tempat di waktu yang hampir bersamaan, membuat semua mata terfokus pada pemandangan pria tampan yang menggendong sang permaisuri.
Arex masa bodoh. Ia mendudukkan Bimala di salah satu kursi. Kepala Bimala jelas terlihat bergoyang kesana kemari karena masih tertidur.
“Luna,” panggil Arex dengan gerakan mata yang memberi isyarat agar menjadi tumpuan kepala sang istri.
“Siap, Tuan.” jawab Luna sigap.
Sekeliling masih menatap Arex, namun sekali lagi pria itu tetap acuh. Ia memesan beberapa menu makan siang dan pelayan dengan sigap mempersiapkannya.
Beberapa saat berlalu.
Terdengar lenguhan dari bibir merah wanita manis itu.
“Eugh! Kenapa badanku pegal sih?” gerutunya lirih. Bimala yang merasa posisi tidurnya kurang nyaman berusaha membuka mata saat merasa ada dingin-dingin menyapa kelopak matanya.
Ternyata itu adalah air dari tangan Arex yang beberapa kali menyipratkan ke wajah sang istri.
Samar-samar ia melihat wajah tampan di hadapannya serta aroma wangi beberapa masakan yang telah bertabur rempah-rempah.
“Hehe…sejak kapan wajah tampan jadi enak untuk di makan?” ucapnya terkekeh dan mengusap kedua matanya.
“Apa pantas seorang manager HRD tidur di ruangan kerjanya? Apa seperti ini kerjamu setiap hari?” Pertanyaan dingin dari wajah datar sang suami tampannya sontak menyadarkan Bimala dari kehaluannya.
Matanya pun membulat penuh. Beberapa kali ia mengusap kedua mata dan mengerjap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
ciput
sadar dong mala, keenakan tdur kali yaaa jadi halu didpn nya ada suami nya
2022-09-27
0