Kekhawatiran Sari

Kota yang padat terasa begitu panas, terik matahari seolah bekerja sama dengan kendaraan yang mengeluarkan polusi.

Lelah tentu saja sangat terasa untuk para pekerja yang berada di luar ruangan. Sementara yang berada di dalam ruangan juga tampak lelah setelah bertempur dengan padatnya pekerjaan di hari senin.

Sosok pria yang baru saja meeting bersama rekan bisnis itu tampak menyampirkan jas mewah tersebut di lengannya.

“Pergilah ke kantor setelah mengantarku.” Titah pria tampan yang tak bukan dan tak lain adalah Arex.

“Baik, Tuan.” jawab sang sekertaris tanpa bertanya apa pun.

Semua urusan kantor mampu Arex selesaikan hanya setengah hari. Meski ia tidak perduli dengan letih di tubuhnya kala itu. Karena ada hal lain yang harus ia selesaikan.

Sepanjang perjalanan, pria itu nampak memejamkan matanya untuk rehat sejenak.

“Ini mobil siapa sih? Rasanya sungguh tidak mungkin jika Tuan membeli mobil seperti ini.” batin sekertaris Arex yang meneliti mobil di bawah standar jika melihat siapa sang bos.

Di liriknya pria yang memejamkan mata di belakang. Tampaknya Arex benar-benar tidur saat itu. Ia pun memilih melajukan mobil menuju kediaman megah Arex, sesuai dengan perintah sang tuan.

Sedangkan di sebuah restauran, tampak wanita cantik dengan penampilan yang begitu formal menyilangkan kakinya sembari menikmati makan siang yang tampak begitu lezat. Tetapi, tidak baginya.

“Lidahku bahkan rasanya pahit memakan ini semua…apa aku harus ke dokter? Tapi rasanya ini hanya demam biasa. Kepalaku juga masih terasa goyang. Meski tidak separah semalam.” Sepanjang makan, Bimala berbicara sendiri.

“Mana kerjaan masih lumayan banyak lagi…coba saja kantor ini semudah kantor lainnya untuk ijin, pasti aku ijin dari pada kerja dengan perasaan lemas begini benar-benar menyiksa.”

Tepat setelah menyelesaikan makan siangnya, Bimala tiba di ruangannya saat ini. Dan ketukan pintu menghentikan tubuh Mala yang ingin duduk.

“Pak Wildan,” sapa Bimala dengan penuh hormat.

Pria berwajah tegas itu tampak melangkah memasuki ruangan Bimala. Tak lupa kertas di tangannya ia serahkan pada wanita yang kini hanya menunduk hormat.

“Ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanya Bimala dengan penuh sopan.

Pria bernama wildan itu menatap Bimala dari atas sampai bawah. “Hanya wanita ini yang mampu menaklukkan hati Tuan Arex? Apa istimewanya dia? Bahkan harus menutup diri darinya.”

Hening. Bimala yang tak mendengar ucapan apapun memberanikan diri menengadah. “Pak Wildan? Maaf saya lancang.” ucap Bimala.

“Em, ini surat ijin untukmu. Kamu sakit kan? Segera pulang dan istirahatlah.” ujarnya menyerahkan surat dan Bimala menerima kertas bersampul amplop.

Kening Bimala mengernyit heran. “Surat ijin, Pak?” tanya sangat heran. Siapa yang memberi tahu pria itu jika ia sakit? Lalu apa semudah itu mendapatkan ijin di perusahaan ini? Sungguh ini pertama kalinya terjadi surat ijin turun dari atasan tanpa ada pengajuan dan persyratan yang di berikan oleh Bimala.

“Sudah, pergi pulang. Saya banyak kerjaan.” Pak Wildan melangkah pergi tanpa menghiraukan tatapan heran dan penuh tanya Bimala.

Bimala terdiam sejenak menatap kepergian sang atasan.

Setelah pria itu pergi, beberapa pekerja yang satu lantai dengan ruangan Bimala tampak melongo di depan pintu. Mereka penasaran, apa yang membuat seorang sekertaris dari pemilik perusahaan besar ini datang ke ruangan Bimala.

“Cie cie… Bu Mala lagi deket nih ye.” Begitu ejekan mereka pada Mala.

Hingga Bimala yang melamun seketika buyar. Ia menggelengkan kepala dan segera bersiap untuk pulang.

“Saya pulang duluan yah. Tolong selesaikan pekerjaan kalian dan kirim melalui email saya.” ucap Mala tanpa basa basi.

“Ayo masuk!” Suara pria yang kini membuat Bimala sangat terkejut di dalam mobil.

“Hah?” Melihat sang suami sudah memarkirkan mobilnya di depan loby kantor, Bimala membulatkan mata.

Ada apa ini? Apa yang terjadi hari ini? Sungguh Mala berkali-kali di buat terkejut.

Melihat sang istri yang justru hanya diam mematung, membuat Arex kembali bergerak dan membuka pintu mobil di sisi Bimala dari dalam.

“Ayo masuk, ada apa denganmu?” tanya Arex.

Bimala menurut masuk ke dalam mobil dan menatap wajah pria tampan di sampingnya. “Kamu tidak ganti baju? Kamu tidak mandi?” Pertanyaan Bimala terlontar kala manik matanya menatap penampilan sang suami yang tidak berubah sejak tadi pagi mengantarnya ke kantor.

“Kenapa? Bau kah?” tanya Arex yang fokus mengemudikan mobil sang istri.

Pertanyaan pria itu justru membuat Mala berpikir sejenak. “Iya kok dia nggak ada bau sama sekali yah? Wajahnya pun tetap cool. Huh suamiku ini memang tampan malah lebih dari tampan.” batin Mala dalam hati.

“Bu-bukan. Baju mu kan tidak ganti. Em maksudku juga iya, kamu bau.” ketus Bimala namun tidak sepedas kata biasanya.

“Yah, setelah mengantarmu aku langsung ke bengkel.”

Suasana pun hening usai perbincangan singkat itu. Hingga akhirnya mobil pun terhenti di tempat parkir rumah sakit. Sontak saja, melihat rumah sakit yang mereka datangi, Bimala menghela napas kasar.

“Siapa yang mau ke rumah sakit? Aku baik-baik saja, Ar. Lagi pula rumah sakit seperti ini alatnya tidak akan lengkap. Begitu juga dengan dokternya yang kurang baik memeriksa. Sudah aku ingin pulang saja.” Mala melipat kedua tangan di depan dadanya. Wajahnya tampak cemberut menatap kesal ke depan.

Arex sudah menduga hal ini akan terjadi. “Rumah sakit sederhana, mungkin benar alatnya tidak lengkap. Tapi jangan salah banyak dokter berkualitas justru memilih mengabdikan diri mereka di rumah sakit yang jarang di pilih dokter lainnya. Mereka yang benar-benar mengabdikan diri untuk masyarakat akan sekuat tenaga mengusahakan yang terbaik untuk kita. Tidak ada salahnya kita mengapresiasi mereka dengan berobat ke sini, bukan?” penuturan bijak Arex membuat Bimala menerima serta menganggap remeh.

“Ya ya kamu benar. Tapi, aku tahu lebih banyaknya ini karena kamu nggak punya cukup uang kan? Aku ada uang kok buat periksa. Lagi pula aku juga nggak ada minta antar ke rumah sakit kan tadi?” ujar Bimala masih dalam posisi ngambek.

Arex melepas seat belt di tubuhnya. “Ayo turun, jerih payah suami untuk pengobatan istri pasti juga akan membawa kesembuhan jika istrinya mau bersyukur.” Arex keluar dari mobil dan menghampiri pintu mobil dimana Bimala masih enggan keluar.

Arex membuka pintu mobil, melepas seat bealt sang istri lalu menggandeng tangan Bimala keluar.

Perlakuannya benar-benar sangat lembut dan penuh perhatian. Hati Bimala yang membatu pun tanpa sadar meleleh mendapat perhatian sang suami.

Di sisi yang berbeda, kini Sari baru saja terbangun dari tidur panjangnya.

Wanita paruh baya itu merasa gelisah kala mengingat kejadian semalam. “Bi Lala!” panggilnya sembari menuruni anak tangga.

Sang pelayan berjalan begitu cepat menuju sumber suara. “Iya Nyonya?” jawab Bi Lala.

“Bi, tadi pagi mereka tidak pergi bersama atau sekedar mengobrol kan sebelum Mala ke kantor? Saya khawatir kalau mereka akan akur dan Mala justru menerima suaminya itu.” ujar Sari tanpa memperhatikan wajah Bi Lala yang sudah tegang mendapat pertanyaan dari majikan.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

MERTUA MATRE,, PIKIRANNYA HNYA HARTA, HARTA & HARTA..
GK TAU DIA, KLO ANAKNYA MLH KERJA DI PERUSAHAAN MNANTUNYA SENDIRI, TPI ANAKNYA GK TAU KLO SUAMINYA ADALH BOS BESAR T4 DY BKERJA

2022-11-16

0

Misbah Istichori

Misbah Istichori

hmm.. mertua kek gini baiknya dibungkus trus dikirim ke kandang maung... buat sarapan mamang maung.. 😂

2022-10-15

2

Jeon Ratih Karyana Rayana

Jeon Ratih Karyana Rayana

astaga nie mertua uler minta bngt di santet ya ampun,semoga setelah dy tau siapa arex, trs mnt maaf sama arex, arex gk maafin dy, biar mamp*s sekalian, kesel bngt 😒😒😑😑

2022-09-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!