Menuju Kantor.

Melihat mimik wajah Aaron membuatku diam. Walaupun ingin sekali bertanya soal kehidupan keluarganya yang ternyata tidak jauh berbeda dengan kehidupanku, ekspresi Aaron cukup jelas bahwa pria itu tidak ingin aku membahas soal ibunya.

Setelah memilih sepatu yang cocok aku dan Aaron kembali pulang ke rumah kakek. Seperti dugaanku, kakek ternyata sudah menungguku di ruang makan.

"Apa rencanamu besok, Sayang?" tanya kakek kepadaku.

"Rencana besok aku akan ke sebuah instansi untuk mengajukan permohonan. Kata temanku di sana sedang buka lowongan yang kebetulan kualifikasinya cocok dengan bidangku," jawabku lalu melirik Aaron yang berdiri tak jauh dari kami. Pria itu terlihat santai dan cuek, "Kenapa, Kek?"

"Tidak apa-apa, Sayang. Kalau kamu butuh sesuatu bilang saja kepada kakek. Dan jika butuh supir, Aaron bisa menemanimu kemanapun kamu pergi."

"Terima kasih, Kek. Tapi besok kan kakek harus ke apotik. Tidak apa-apa, aku akan naik taksi saja."

"Tidak masalah, Sayang. Setelah mengantar kakek Aaron akan mengantarkanmu ke tempat tujuanmu."

Untuk saat ini aku tak bisa membantah. Setuju adalah jawaban yang tepat untuk mencegah sikap kerasnya kakek Robbie.

***

Besok hari aku terbangun lebih awal dari bunyi alarm yang kusetting. Sudah terbiasa sejak kuliah aku harus mengaktifkan alarm sebagai pengingat aktivitasku. Karena masih pukul enam aku menyempatkan diri untuk berolahraga di taman belakang. Setelah sarapan aku bersiap diri untuk pergi ke perusahan untuk wawancara. Tak ingin kakek tahu di mana aku bekerja, aku menyuruh Aaron merahasiakan hal itu sampai benar-benar sah bekerja di sana.

"Kalau Anda sudah selesai telepon saja saya, Nona. Saya akan menjemput Anda secepat mungkin."

"Terima kasih, Aaron. Kalau begitu aku masuk dulu. Ingat, jangan beritahu kakek kalau aku wawancara di Daniel Corporation."

"Baik, Nona."

Dengan penuh percaya diri aku melangkah memasuki gedung kantor yang terkenal dan terbesar nomor satu di kota ini. Rambut dikuncir kuda. Anting bulat, serta riasan tipis namun elegan membuatku semakin percaya diri. Tinggi dan bertubuh langsing membuat semua orang menatapku seakan terpaku. Ditambah bawahan ketat yang memperlihatkan paha putihku, membuat beberapa pria menatapku penuh nafsu. Aku tidak heran dengan itu, karena semasa kuliah aku sudah sering mendapatkan tatapan gila seperti itu. Aku memang membenci laki-laki, tapi aku senang membuat mereka terpaku dengan tubuh seksi dan wajah yang cantik ini.

"Selamat pagi. Ada yang bisa di bantu, Nona?"

Sikap ramah penjaga keamanan itu membuatku tersenyum. "Pagi, Pak. Saya ingin bertemu dengan pak Jacky Daniel."

"Maaf, apa Anda sudah buat janji dengan beliau?"

"Sudah, Pak."

"Baik, kalau begitu ikut saya."

Aku pun mengekor di belakang lelaki buncit itu. Beberapa karyawan lelaki yang berpapasan menatapku penasaran. Beberapa pegawai wanita juga cukup terkejut melihatku. Namun aku tak peduli dan terus berjalan sampai di depan wanita cantik yang tersenyum melihatku.

"Permisi, Nona Betty. Ada yang ingin bertemu pimpinan."

Wanita itu berdiri kemudian mengulurkan tangan. "Apa anda Nona Zuri?"

"Iya, benar. Apa beliau sudah memberitahu?"

"Iya, Nona. Mari ikut saya, beliau sudah menunggu Anda di ruangan."

Sebelum itu mengekor di belakang wanita yang usianya kira-kira lebih tua dariku itu, aku menoleh kepada penjaga keamanan itu untuk berterima kasih. Kemudian aku dan wanita bernama Betty itu masuk ke dalam lift. Aku melihat Betty menekan angka sepuluh sebelum menutup pintunya.

"Kenalkan ... nama saya Betty, resepsionis di peruahan ini."

"Saya Zuri."

"Kamu bisa memanggil saya dengan sebutan nona atau Betty saja jika sedang berdua."

Aku pun berterima kasih kemudian menjawab semua pertanyaan Betty yang menyangkut kehidupanku. Wanita di sampingku ini sepertinya sangat penasaran dengan kedatanganku di perusahan mereka. Tidak hanya tempat tinggal, nama mama dan keluargaku ingin diketahui Betty saking penasarannya.

"Maaf jika aku banyak bertanya. Aku hanya takut saja jika kamu adalah keluarga pemilik perusahan ini yang mungkin akan memata-matai kami."

Aku tertawa mendengar itu. "Anda tenang saja, Nona Betty. Saya dan pemilik perusahan ini tidak ada ikatan apa-apa, kok. Kalaupun nanti aku menjadi asisten pribadi pimpinan, aku jamin rahasia kalian pasti aman."

Betty tertawa. "Kami tidak memiliki rahasia, Zuri. Hanya saja aku tidak nyaman jika bekerja dimata-matai oleh kerabat pimpinan. Jujur, itu hanya akan membuat pekerjaan kami terhalang. Biar bagaimanapun bekerja di bawa tekanan akan membuat kita susah berkonsentrasi. Tekanan dalam arti di awasi, ya."

Satu poin yang kudapatkan dari segi karyawan. "Anda benar. Ibaratnya seperti sekolah, kalau di awasi guru pasti suasana menjadi tegang." Aku dan Betty tertawa bersama. Entah kenapa aku merasa Betty seperti sudah akrab denganku.

Bunyi lift terdengar. Itu artinya aku dan Betty telah tiba di lantai di mana terdapat ruangan khusus untuk pimpinan perusahan. Kulihat sosok cantik sedang duduk di depan ruangan bertuliskan CEO Room. Wanita itu menatap aku dan Betty. Wajahnya yang dipenuhi makeup tebal terlihat tidak suka ketika pandangannya tertuju padaku.

"Nona Anggie ... ini nona Zuri, tamunya pimpinan."

Anggie diam tanpa kata. Matanya yang cokelat menyusuri tubuhku dari atas hingga bawah. "Tunggu sebentar, aku harus mengkonfirmasinya dengan beliau."

Ketika tubuh Anggie masuk ke dalam ruangan, Betty memegang tanganku lalu berkata, "Jangan pedulikan dia. Dia itu karyawan senior dan belum menikah. Tampangnya saja terlihat dewasa, padahal dia di bawah tiga tahun dariku. Dia memang seperti itu jika ada karyawan baru masuk ke kantor ini. Apalagi wanita itu cantik sepertimu, dia takut tersaingi."

"Umur Anda berapa, Kak?"

"Jangan panggil aku kakak, panggil saja aku Betty. Usiaku dua puluh lima."

"Aku dua puluh dua. Berarti aku sama Anggie seumuran, ya?"

"Iya. Nanti aku ceritakan kenapa bisa dia kerja di sini, ya. Begitu pertemuanmu dengan pimpinan selesai, kamu temui saja aku di bawah. Dan ingat, jangan terlalu dekat pada Anggie."

Rasa penasaranku semakin tinggi. Namun sosok yang dibicarakan langsung keluar dan menatapku sinis.

"Silahkan masuk."

"Baik," jawabku lalu menatap Betty, "Terima kasih banyak, ya."

"Sama-sama."

Anggie melihat dokumen yang kupegang. "Itu apa?"

"Oh, ini permohonanku."

"Berikan padaku. Masuklah, pimpinan sudah menunggumu."

Karena sebelumnya om Jacky tidak menyuruhku untuk membawa permohonan, aku langsung memberikan dokumen itu kepada Anggie dan menemui om Jacky.

Tok! Tok!

"Masuk!"

Suara sahutan dari dalam langsung mengarahkanku masuk ke dalam. Kulihat sosok tampan, matang itu sedang duduk sambil tersenyum padaku.

"Selamat pagi, Pak."

"Pagi, Zuri. Ayo, silahkan duduk."

Kutarik kursi di depan lalu duduk. Kutatap wajah, rambut dan mata lelaki yang sama persis denganku. Sejenak perasaanku tiba-tiba berubah. Ada rasa kagum dan simpati dalam diri begitu melihat sosok lelaki di depanku. Ya Tuhan, apakah aku bisa memiliki ayah seperti om Jacky?

Bersambung____

Terpopuler

Comments

💞 RAP💞

💞 RAP💞

Uuyyy makin penasaran aku

2023-03-20

2

Rini Musrini

Rini Musrini

jangan² jacky ayahnya zuri

2022-10-01

1

lihat semua
Episodes
1 Kebencian.
2 Rencana ke luar Kota.
3 Pertemuan.
4 Tiba di rumah Kakek.
5 Penasaran yang Tinggi.
6 Mendengar Curahan Hati.
7 Menuju Kantor.
8 Alasan Sebenarnya.
9 Masalah yang Sama.
10 Mencurigai.
11 Mobil Impian.
12 Kegelisahan Kakek Robbie.
13 Dilarang.
14 Persetujuan Dari Mama.
15 Pengganggu.
16 Tugas Baru.
17 Wanita yang Dicintai.
18 Puding Favorite.
19 Menyiapkan Makan Siang.
20 Panggilan dari Mama.
21 Calon Menantu.
22 Kekhawatiran.
23 Panggil Aku Papa.
24 Sosok yang Menyukai Billy.
25 Sudut Pandang Billy.
26 Pergi Bersama.
27 Ancaman.
28 Diganggu Anggie.
29 Ketakutanku.
30 Keinginanku.
31 Menyarankan Mama untuk Menikah.
32 Sudut Pandang Abigail.
33 Rasa Nyaman.
34 Makan Malam Keluarga.
35 Kekecewaan Keluarga Daniel.
36 Sudut Pandang Debora.
37 Menghasut.
38 Rencana Jahat Anggie dan Tante Debora.
39 Mencintai.
40 Status Baru.
41 Tangis Kakek Robbie.
42 Sosok Yang Tidak Asing.
43 Di Kediaman Keluarga Daniel.
44 Tak Mau Berpisah.
45 Perasaan Takut.
46 Mengenal Mama.
47 Penyesalan Kakek Buyut.
48 Keterkejutan Om Jacky.
49 Perbincangan Antara Jacky dan Abigail.
50 Dibuat Melayang.
51 Bertemu Anggie Lagi.
52 Menjebakku.
53 Perbincangan Rahasia.
54 Hubungan Antara Tante Debora dan Aaron.
55 Masa Lalu Tante Debora.
56 Alasan Tante Debora Meninggalkan Keluarga.
57 Ternyata Billy.
58 Alasan Masih Bertahan.
59 Permintaan Debora kepada Jacky.
60 Mama akan Datang.
61 Si Joni Bangun Lagi.
62 Kegiatan di Dapur.
63 Mengejar Waktu.
64 Menjemput Mama.
65 Rencana Om Jacky.
66 Di Restoran Bebbi.
67 Mengerjai Abigail.
68 Suasana Makan Malam.
69 Asumsi.
70 Ketakutan Abigail.
71 Pengakuan Robbie kepada Abigail.
72 Penyebab Kematian Tante Elis.
73 Restu Keluarga.
74 Di Jemput Jacky Daniel.
75 Lamaran Untuk Billy.
76 Keterikatan Billy dan Aaron.
77 Ingin Membantu Debora.
78 Bertemu Debora.
79 Menolak Abigail.
80 Akar Masalah.
81 Cara Terbaik.
82 Keputusan Jacky.
83 Menyerang Kakek Daniel.
84 Mengelak.
85 Sikap Mencurigakan.
86 Pertemuan yang Menegangkan.
87 Putusan Keluarga.
88 Pertemuan Besar.
89 Suara Wanita Lain.
90 Kebencian Billy.
91 Penjelasan.
92 Ke rumah Ibu Kandung.
93 Rasa Bahagia.
94 Rahasia yang Diketahui.
95 Kabar Duka.
96 Bertemu Anggie.
97 Rumah Sakit.
98 Mengakuinya kepada Billy.
99 Stella dan Gilbert.
100 Penyelesaian.
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Kebencian.
2
Rencana ke luar Kota.
3
Pertemuan.
4
Tiba di rumah Kakek.
5
Penasaran yang Tinggi.
6
Mendengar Curahan Hati.
7
Menuju Kantor.
8
Alasan Sebenarnya.
9
Masalah yang Sama.
10
Mencurigai.
11
Mobil Impian.
12
Kegelisahan Kakek Robbie.
13
Dilarang.
14
Persetujuan Dari Mama.
15
Pengganggu.
16
Tugas Baru.
17
Wanita yang Dicintai.
18
Puding Favorite.
19
Menyiapkan Makan Siang.
20
Panggilan dari Mama.
21
Calon Menantu.
22
Kekhawatiran.
23
Panggil Aku Papa.
24
Sosok yang Menyukai Billy.
25
Sudut Pandang Billy.
26
Pergi Bersama.
27
Ancaman.
28
Diganggu Anggie.
29
Ketakutanku.
30
Keinginanku.
31
Menyarankan Mama untuk Menikah.
32
Sudut Pandang Abigail.
33
Rasa Nyaman.
34
Makan Malam Keluarga.
35
Kekecewaan Keluarga Daniel.
36
Sudut Pandang Debora.
37
Menghasut.
38
Rencana Jahat Anggie dan Tante Debora.
39
Mencintai.
40
Status Baru.
41
Tangis Kakek Robbie.
42
Sosok Yang Tidak Asing.
43
Di Kediaman Keluarga Daniel.
44
Tak Mau Berpisah.
45
Perasaan Takut.
46
Mengenal Mama.
47
Penyesalan Kakek Buyut.
48
Keterkejutan Om Jacky.
49
Perbincangan Antara Jacky dan Abigail.
50
Dibuat Melayang.
51
Bertemu Anggie Lagi.
52
Menjebakku.
53
Perbincangan Rahasia.
54
Hubungan Antara Tante Debora dan Aaron.
55
Masa Lalu Tante Debora.
56
Alasan Tante Debora Meninggalkan Keluarga.
57
Ternyata Billy.
58
Alasan Masih Bertahan.
59
Permintaan Debora kepada Jacky.
60
Mama akan Datang.
61
Si Joni Bangun Lagi.
62
Kegiatan di Dapur.
63
Mengejar Waktu.
64
Menjemput Mama.
65
Rencana Om Jacky.
66
Di Restoran Bebbi.
67
Mengerjai Abigail.
68
Suasana Makan Malam.
69
Asumsi.
70
Ketakutan Abigail.
71
Pengakuan Robbie kepada Abigail.
72
Penyebab Kematian Tante Elis.
73
Restu Keluarga.
74
Di Jemput Jacky Daniel.
75
Lamaran Untuk Billy.
76
Keterikatan Billy dan Aaron.
77
Ingin Membantu Debora.
78
Bertemu Debora.
79
Menolak Abigail.
80
Akar Masalah.
81
Cara Terbaik.
82
Keputusan Jacky.
83
Menyerang Kakek Daniel.
84
Mengelak.
85
Sikap Mencurigakan.
86
Pertemuan yang Menegangkan.
87
Putusan Keluarga.
88
Pertemuan Besar.
89
Suara Wanita Lain.
90
Kebencian Billy.
91
Penjelasan.
92
Ke rumah Ibu Kandung.
93
Rasa Bahagia.
94
Rahasia yang Diketahui.
95
Kabar Duka.
96
Bertemu Anggie.
97
Rumah Sakit.
98
Mengakuinya kepada Billy.
99
Stella dan Gilbert.
100
Penyelesaian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!