Saat ini aku dan mama sedang duduk di teras belakang sambil menikmati cokelat panas, sepiring biskuit dan di temani musik instrumen yang selalu menjadi andalan aku dan mama. Karena hari ini libur kantor, mama menghabiskan waktu bersamaku di rumah.
"Justru itu, Ma. Sebelum menjadi atasan di perusahan sendiri, aku ingin mencari pengalaman menjadi bawahan di perusahan orang lain. Dengan begitu aku bisa tahu apa sebenarnya keinginan setiap bawahan yang mungkin menjadi beban karena tidak mau mengungkapkan."
Kulihat mamaku diam sesaat. Mata mama yang cokelat menatap kosong sebelum akhirnya kembali menatapku. "Kamu benar, Sayang. Selama ini mama juga terbebani dengan para pekerja yang sering keluar perusahan tanpa alasan yang jelas. Bulan ini sudah dua orang yang mengambil resign. Setiap kali mama tanya alasan resign kenapa, mereka hanya bilang ingin istirahat agar bisa berkumpul bersama keluarga. Tidak masuk akal, bukan?"
Aku bisa melihat ekspresi sedih di wajah mamaku. Menjadi pimpinan perusahan memang tidak gampang. Sebagai pemimpin mama harus bisa mengatur segala sesuatunya dengan baik. Apalagi soal kenyamanan dan kebutuhan para pekerja. Jika salah satu saja dari aspek itu tidak bisa terpenuhi dengan baik, sudah pasti akan menyebabkan pengurangan. Menerima penggatinya mungkin gampang. Tapi mencari yang sudah berpengalaman itulah yang susah.
"Apa Mama sering berinteraksi dengan para bawahan?"
Perusahan keluarga Oliver adalah perusahan kelapa yang diolah menjadi beberapa hasil. Dari kelapa itu bisa menghasilkan santan, tepung dan minyak. Nah, dalam pengolahan tersebut ada beberapa pekerja yang memang sudah dikhususkan untuk bagiannya masing-masing. Jika salah satu dari bagian itu ada kekurangan personil, itu artinya harus mencari pekerja baru lagi dan prosesnya cukup lama untuk melatih hingga bisa.
"Tidak, Sayang. Di setiap divisi kan ada supervisor. Jadi apabila ada pengeluhan masalah operasional, mereka bisa bicara dengan supervisor masing-masing, lalu supervisor ke manager kemudian managernya menyampaikan ke mama. Ada apa, kenapa kamu bertanya begitu?"
Aku menyesap sedikit minumanmu lalu menatap mama. "Aku sengaja ingin mencari pengalaman dari perusahan lain dan menjadi bawahan di sana. Aku ingin mempelajari karakter setiap orang itu seperti apa. Dalam lingkungan kerja pasti ada kan yang namanya penyakit hati. Cari muka lah. Memprovokasi lah. Yang aku takutkan adalah sang pimpinan sudah memberikan yang terbaik__ seperti Mama memperlakukan karyawan Mama__ tapi orang lain yang sengaja membuat mereka tidak nyaman dan akhirnya keluar. Dan itu banyak lho Ma yang sering terjadi."
"Kamu tahu dari mana soal itu, Sayang? Perasaan kamu kan belum pernah bekerja."
Aku tersenyum. "Beberapa teman kampusku memiliki suadara yang juga mengalami hal itu. Karena tahu memiliki perusahan yang bergerak di bidang yang sama, mereka suka berbagi cerita padaku soal itu."
"Itu masuk akal. Berarti mulai sekarang mama harus turun lapangan dan berinteraksi langsung dengan mereka."
"Selain itu Mama juga harus melakukan briefing setiap hari dengan mereka, agar Mama bisa tahu apa sebenarnya pengeluhan mereka. Bisa jadi kan ada yang ingin mereka keluhkan, tapi keluhan itu tidak sampai kepada Mama."
Mamaku tersenyum. "Anak mama sangat bijaksana. Kalau begitu mulai besok mama akan menerapkan hal itu. Briefing, berdoa bersama lalu mulai beraktivitas."
"Itu artinya Mama harus bangun pagi-pagi sekali."
"Tidak masalah," jawab mamaku.
Aku tersenyum lagi. "Lalu bagaimana dengan permohonanku, apa bisa di terima?"
Mamaku tertawa. "Kalau memang itu yang kamu inginkan mama tidak akan keberatan. Tapi mama ingin tahu, kota mana yang ingin kau kunjungi untuk menjadi tujuanmu?"
Aku menyebutkan nama kota kelahiran mama. "Di sana kan ada kakek Robbie. Aku rasa kakek akan senang. Apalagi jika kakek tahu akan bekerja dan tinggal di sana."
Ekspresi mamaku tampak terkejut. Sesaat mama menunduk lalu menatap wajahku lagi. "Kamu yakin akan pergi ke sana?"
"Aku yakin, Ma. Di sana kakek, aku bisa tinggal di rumah kakek jika Mama mengkhawatirkanku."
"Bukan soal itu, Sayang. Ini pertama kalinya kamu keluar kota, mama khawatir sekali jika kamu pergi sendirian."
Aku tersenyum menatap mama. Kulihat ekspresi di wajah cantik mama sangat nyata. Mama benar, ini pertama kalinya aku keluar kota. Ini pertama kalinya aku terpisah dari mama. Aku meraih tangan mama lalu berkata, "Aku sudah dua puluh dua tahun, Ma. Aku sudah besar dan bisa menjaga diri."
"Baiklah, mama percaya padamu. Untuk sementara kamu tinggal bersama kakek. Begitu sudah mendapatkan pekerjaan kabari mama, biar mama carikan kamu apartemen yang bagus dan dekat dengan tempat kerjamu."
Aku terkesan dengan perhatian mama kepadaku. Walaupun sudah dewasa seperti sekarang, mama selalu memperlakukanku seperti anak kecil. "Mama tidak perlu khawatir, aku pasti akan mengabari Mama soal itu."
"Baiklah, kalau begitu mama hubungi kakek dulu. Kapan rencana kamu akan berangkat?"
"Bagaimana kalau lusa?"
"Itu terlalu cepat, Sayang. Mama masih ingin bersamamu di sini."
"Baiklah, minggu depan saja kalau begitu."
"Terima kasih, Sayang. Ya sudah, ayo temani mama belanja."
***
Hari ini adalah hari aku meninggalkan mama. Berat rasanya, tapi harus. Aku harus mencari pengalaman kerja sebelum memimpin perusahan. Di samping itu aku ingin menikmati masa mudaku sebelum aku disibukkan dengan pekerjaan mengurus perusahan.
Hanya memakan waktu satu jam aku akhirnya tiba di kota tersebut. Kota itu adalah tempat kelahiran mamaku. Di kota inilah mamaku di besarkan. Di kota ini juga kakek Robbie tinggal, menghabiskan waktu sepanjang hari. Menurut cerita mamaku, kakek Robbie sejak dulu tidak ingin mengurus perusahan. Kakek Robbie memilih karirnya sebagai pembuat obat dan membangun sebuah apotik besar dan rumah sakit yang cukup terkenal. Jadi begitu kakekku meninggal, ada orang kepercayaan yang mengurus perusahan tersebut sampai akhirnya mama lah yang melanjutkan.
Begitu pintu pesawat terbuka aku langsung berdiri, mengambil semua barang bawaanku. Karena tidak ingin repot, aku hanya membawa satu koper pakaian dan dokumen-dokumen penting untuk kualifikasi yang nantinya akan kumasukan ke beberapa perusahan. Aku di jemput oleh supir pribadi kakek Robbie. Tahu hari ini aku akan tiba, kakek Robbie menyuruh supirnya untuk menjemputku di bandara.
Karena masih pukul dua belas siang, aku memutuskan untuk jalan-jalan sembari mengisi perutku yang sudah kosong. Aku di bawa ke sebuah mall besar yang katanya cukup terkenal di kota ini. Aku pun keluar dari mobil, meninggalkan supir yang masih sangat muda dan tampan itu untuk menungguku. Walaupun tampan, tapi sayangnya aku tidak tertarik. Kebencianku terhadap papaku membuatku mati rasa kepada semua laki-laki.
Selain melihat tempat makan di mana yang ingin kudekati, aku melihat-lihat toko pakaian yang cukup bagus dan membuat hatiku jatuh cinta. Aku menghampiri toko tersebut, melihat-lihat dan akhirnya membeli beberapa pasang pakaian untuk kukenakan setiap hari.
Ketika aku keluar dari toko tersebut mataku menangkap restoran siap saji yang tak jauh dari sana. Reatoran itu menyajikan makanan favoritku sehingga melihat itu membuat senyumku melebar. Saking senangnya aku buru-buru sampai tak melihat seseorang yang lewat. Aku menabraknya dan sesuatu yang dibawanya tumpah hingga mengotori bajunya.
Aku terkejut dan merasa bersalah. "Maaf, Pak. Maaf. Aku tidak sengaja."
Bersambung____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
💞 RAP💞
Lanjut thor
2023-03-20
2
Atin
aku mampir 🤗
2022-10-13
1