Tiba di rumah Kakek.

"Apa tadi itu mamanya Tante? Kenapa Tante minta maa, apa Tante berbuat salah?"

Perkataan Emelly membuatku tersenyum.

"Maafkan dia," kata om Jack padaku, "Dia memang seperti ini jika ada sesuatu yang membuatnya penasaran. Emelly, lain kali tidak boleh begitu. Itu urusan orang dewasa dan kamu tidak boleh sepenuhnya mengetahui urusan orang lain."

Kulihat Emelly menunduk sedih. Perasaanku menjadi kasihan. Kubelai rambutnya lalu berkata, "Iya, tante melakukan kesalahan karena tidak memberitahu mama, bahwa tante sudah sampai di kota ini. Karena khawatir, mama akhirnya menelepon tante deh."

Eksperesi Emelly kembali ceria. "Memangnya Tante dari mana dan untuk apa Tante ke kota ini?"

Kali ini pandanganku tertuju pada om Jacky. Kulihat ekspresinya juga penasaran ingin segera mendengar jawabanku. Kusebutkan kota di mana aku berasal. Aku juga menyebutkan alasan kenapa aku bisa datang ke kota itu hingga akhirnya bisa bertemu mereka.

"Jadi kamu ingin mencari pekerjaan di sini? Bisa aku tahu sebagian biodatamu, kebetulan aku sedang mencari asisten pribadi di kantorku."

Mendengar penjelasan om Jacky membuatku bersemangat. Kusebutkan biodataku untuk pertimbangan bagi om Jacky agar bisa menerimaku sebagai asisten pribadinya. Dan benar saja, om Jacky langsung setuju dan menyuruhku untuk melakukan wawancara besok pagi.

"Om serius?"

"Aku serius. Kualifikasimu sangat cocok dengan orang yang kucari. Jika bersedia, besok kamu bisa ke kantorku pagi-pagi. Ini kartu namaku. Alamat kantor dan kontakku tercantum di sini. Kamu bisa menghubungiku besok jika sudah siap."

"Baik, Om. Tapi, aku belum tahu dokumen persyaratannya apa saja."

"Itu tidak perlu. Besok kamu tinggal sebutkan saja namamu dan bilang, bahwa kamu ingin bertemu denganku."

"Kalau sudah besar aki juga ingin bekerja di kantornya Paman."

Aku dan om Jacky menatap Emelly.

"Boleh, asalkan kamu harus belajar yang pintar. Oke?"

"Oke."

***

Seperti janjiku kepada mama, aku segera menghubungi beliau begitu tiba di rumah kakek. Meskipun belum sempat turun dari mobil, aku sudah menghubungi mama untuk memberitahu bahwa diriku sudah tiba.

"Mama sudah bicara dengan kakek. Kalau sudah mendapatkan pekerjaan kau akan tinggal di apartemen dekar kantor."

Aku ingin memberitahu soal tawaran om Jacky padaku. Namun, rasanya terlalu cepat untuk dikatakan sekarang. Aku ingin memberi kejutan pada mama. Setelah selesai semuanya dan resmi menjadi asisten pribadi om Jacky barulah aku akan menyampaikan hal itu pada mama.

Setelah panggilan terputus aku segera masuk ke dalam mencari kakek. Oh iya, aku lupa memberitahu kepada kalian. Kakekku ini bukan kakek kandungku, ya. Beliau bernama Robbie Oliver. Beliau adalah paman mamaku. Sejak orang tua mama meninggal, pamannya lah yang merawat mama hingga menjadi wanita sukses seperti sekarang ini. Perusahan yang mama tangani juga adalah milik orangtuanya mama. Itu sebabnya kakekku Robbie ini sama sekali tidak ingin turun tangan untuk mengambil alih perusahan. Selain karena tidak berminat dalam dunia Bisnis, kakek Robbie tidak suka mengambil sesuatu yang bukan hak atau miliknya. Tapi berkat bantuan kakek Robbie, mamaku bisa menjadi wanita hebat seperti sekarang. Mama adalah motivasi buatku. Aku ingin menjadi wanita mandiri, kuat dan bertanggung jawab tanpa harus bergantung hidup pada lelaki.

Dengan langkah panjang aku masuk ke dalam rumah. Seperti biasa, semua pelayan langsung menyambutku dengan ekspresi masing-masing. Ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki di rumah kakek. Saat masih kecil saja aku tidak di ajak mama ke sini meskipun kakek yang memintanya untuk membawaku. Tidak tahu alasannya apa, yang jelas mama akan menitipkanku kepada temannya jika mama akan mengunjungi kakek. Dan sekarang, mungkin karena mama dan kakek sudah memberitahu siapa aku, para pelayan-pelayan tua ini menyambutku dengan ramah.

"Kakek mana?" tanyaku kepada salah satu dari mereka.

"Tuan sedang mandi, Nona. Sebentar lagi tuan akan turun. Anda mau minum apa, Nona?"

"Tidak, terima kasih. Aku tunggu di sini saja."

Kulihat supir tampan itu memberikan barangku pada salah satu pelayan. Pelayan itu kemudian membawa barangku menaiki tangga. Aku pun jadi tahu kalau letak kamarku berarti di lantai atas. Rumah kakek berlantai dua, besar dan sangat bersih. Tapi satu yang tidak kusuka di rumah itu adalah cat dindingnya berwarna putih. Mungkin karena kakek ahli di bidang medis kali ya sampai perabot saja semuanya serba putih, membuat mataku sakit saja. Rumah ini juga terdapat banyak pelayan dan semua pelayan itu terlihat tua. Apa kakek suka yang tua-tua, ya? Aku terkikik sendiri membayangkan itu. Namun ada rasa penasaran dalam diri sejak dulu soal pribadi kakek. Kakekku ini tidak pernah menikah. Bahkan kata mama kakek tidak pernah berpacaran. Menurutku hal itu tidak aneh bagi orang-orang super sibuk seperti kakek. Sama seperti mama yang selalu sibuk, bahkan suka lupa waktu untuk dirinya sendiri. Di pikiran mereka hanyalah kerja-uang, kerja-uang. Tidak bisa dipungkiri, aku juga pasti akan melakukan hal demikian. Mama selalu berkata, jika ingin sukses libatkan Tuhan bukan pacar. Memiliki pacar dalam kehidupan hanya akan membuat kita merasa diperbudak oleh cinta. Aku membenarkan itu.

"Nona, kamar Anda di lantai dua. Jika Anda ingin beristirahat saya akan mengantarkan Anda sekarang."

Suara salah satu pelayan membuatku tersenyum. "Terima kasih. Aku di sini saja, aku ingin bertemu kakek dulu."

Satu dari tiga pelayan itu segera pergi untuk melanjutkan tugas mereka. Saat aku hendak mengambil ponsel dari dalam tas, suara parau laki-laki membuatku terkejut.

"Selamat datang, Cucuku."

Aku segera bangkit, berlari dan memeluk kakek. Walaupun aku tidak pernah ke rumah ini sebelumnya, tapi aku sering bertemu kakek jika beliau berkunjung ke rumah di luar kota. "Aku merindukanmu, Kakek." Aku menangis dalam pelukan lelaki tua yang badannya sangat bagus. Sejak dulu kakek selalu menjaga pola makan dan rajin olahraga, sehingga tubuhnya masih terlihat bagus dan sejat meski sudah berusia tujuh puluhan tahun.

"Kakek juga merindukanmu, Sayang. Sudah, jangan menangis. Kalau kamu menangis kakek juga akan menangis."

Aku tertawa lalu melepaskan pelukan. Dan benar saja, kakek sudah meneteskan air mata saking sedih dan bahagia akibat pertemuan ini. "Kakek apa kabar? Sudah lama aku tidak melihat Kakek. Terkahir Kakek menemuiku waktu ulangtahunku yang ke tujuh belas tahun. Sekarang aku sudah dua puluh dua tahun. Lima tahun aku tidak bertemu denganmu, Kakek. Oh, aku sangat merindukanmu."

Kakek tertawa saat aku kembali memeluknya. Beliau membalas pelukanku dan memberikan kecupan hangat di pucuk kepala. "Ayo, kita duduk di sana. Pelayan, buatkan minuman untukku dan cucu kesayanganku ini. Buatkan dia cokelat hangat dan beberapa biskuit kelapa."

"Baik, Tuan."

Aku pun di ajak kakek ke ruang tengah yang cukup besar di mana terdapat buku-buku dan beberapa foto aku dan mama yang bergelantungan di dinding. Ada juga fotoku masih kecil terpajang di atas meja yang sudah diberi bingkai. Foto mama masih muda juga ada di sana. Hal itu membuatku serasa tinggal di rumah sendiri.

"Kata Abigail kamu akan bekerja di sini. Apa itu benar?"

Bersambung____

Terpopuler

Comments

💞 RAP💞

💞 RAP💞

💞💞💞

2023-03-20

3

Atin

Atin

ceritanya ky FTV "gt tp semoga seru

2022-10-13

1

lihat semua
Episodes
1 Kebencian.
2 Rencana ke luar Kota.
3 Pertemuan.
4 Tiba di rumah Kakek.
5 Penasaran yang Tinggi.
6 Mendengar Curahan Hati.
7 Menuju Kantor.
8 Alasan Sebenarnya.
9 Masalah yang Sama.
10 Mencurigai.
11 Mobil Impian.
12 Kegelisahan Kakek Robbie.
13 Dilarang.
14 Persetujuan Dari Mama.
15 Pengganggu.
16 Tugas Baru.
17 Wanita yang Dicintai.
18 Puding Favorite.
19 Menyiapkan Makan Siang.
20 Panggilan dari Mama.
21 Calon Menantu.
22 Kekhawatiran.
23 Panggil Aku Papa.
24 Sosok yang Menyukai Billy.
25 Sudut Pandang Billy.
26 Pergi Bersama.
27 Ancaman.
28 Diganggu Anggie.
29 Ketakutanku.
30 Keinginanku.
31 Menyarankan Mama untuk Menikah.
32 Sudut Pandang Abigail.
33 Rasa Nyaman.
34 Makan Malam Keluarga.
35 Kekecewaan Keluarga Daniel.
36 Sudut Pandang Debora.
37 Menghasut.
38 Rencana Jahat Anggie dan Tante Debora.
39 Mencintai.
40 Status Baru.
41 Tangis Kakek Robbie.
42 Sosok Yang Tidak Asing.
43 Di Kediaman Keluarga Daniel.
44 Tak Mau Berpisah.
45 Perasaan Takut.
46 Mengenal Mama.
47 Penyesalan Kakek Buyut.
48 Keterkejutan Om Jacky.
49 Perbincangan Antara Jacky dan Abigail.
50 Dibuat Melayang.
51 Bertemu Anggie Lagi.
52 Menjebakku.
53 Perbincangan Rahasia.
54 Hubungan Antara Tante Debora dan Aaron.
55 Masa Lalu Tante Debora.
56 Alasan Tante Debora Meninggalkan Keluarga.
57 Ternyata Billy.
58 Alasan Masih Bertahan.
59 Permintaan Debora kepada Jacky.
60 Mama akan Datang.
61 Si Joni Bangun Lagi.
62 Kegiatan di Dapur.
63 Mengejar Waktu.
64 Menjemput Mama.
65 Rencana Om Jacky.
66 Di Restoran Bebbi.
67 Mengerjai Abigail.
68 Suasana Makan Malam.
69 Asumsi.
70 Ketakutan Abigail.
71 Pengakuan Robbie kepada Abigail.
72 Penyebab Kematian Tante Elis.
73 Restu Keluarga.
74 Di Jemput Jacky Daniel.
75 Lamaran Untuk Billy.
76 Keterikatan Billy dan Aaron.
77 Ingin Membantu Debora.
78 Bertemu Debora.
79 Menolak Abigail.
80 Akar Masalah.
81 Cara Terbaik.
82 Keputusan Jacky.
83 Menyerang Kakek Daniel.
84 Mengelak.
85 Sikap Mencurigakan.
86 Pertemuan yang Menegangkan.
87 Putusan Keluarga.
88 Pertemuan Besar.
89 Suara Wanita Lain.
90 Kebencian Billy.
91 Penjelasan.
92 Ke rumah Ibu Kandung.
93 Rasa Bahagia.
94 Rahasia yang Diketahui.
95 Kabar Duka.
96 Bertemu Anggie.
97 Rumah Sakit.
98 Mengakuinya kepada Billy.
99 Stella dan Gilbert.
100 Penyelesaian.
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Kebencian.
2
Rencana ke luar Kota.
3
Pertemuan.
4
Tiba di rumah Kakek.
5
Penasaran yang Tinggi.
6
Mendengar Curahan Hati.
7
Menuju Kantor.
8
Alasan Sebenarnya.
9
Masalah yang Sama.
10
Mencurigai.
11
Mobil Impian.
12
Kegelisahan Kakek Robbie.
13
Dilarang.
14
Persetujuan Dari Mama.
15
Pengganggu.
16
Tugas Baru.
17
Wanita yang Dicintai.
18
Puding Favorite.
19
Menyiapkan Makan Siang.
20
Panggilan dari Mama.
21
Calon Menantu.
22
Kekhawatiran.
23
Panggil Aku Papa.
24
Sosok yang Menyukai Billy.
25
Sudut Pandang Billy.
26
Pergi Bersama.
27
Ancaman.
28
Diganggu Anggie.
29
Ketakutanku.
30
Keinginanku.
31
Menyarankan Mama untuk Menikah.
32
Sudut Pandang Abigail.
33
Rasa Nyaman.
34
Makan Malam Keluarga.
35
Kekecewaan Keluarga Daniel.
36
Sudut Pandang Debora.
37
Menghasut.
38
Rencana Jahat Anggie dan Tante Debora.
39
Mencintai.
40
Status Baru.
41
Tangis Kakek Robbie.
42
Sosok Yang Tidak Asing.
43
Di Kediaman Keluarga Daniel.
44
Tak Mau Berpisah.
45
Perasaan Takut.
46
Mengenal Mama.
47
Penyesalan Kakek Buyut.
48
Keterkejutan Om Jacky.
49
Perbincangan Antara Jacky dan Abigail.
50
Dibuat Melayang.
51
Bertemu Anggie Lagi.
52
Menjebakku.
53
Perbincangan Rahasia.
54
Hubungan Antara Tante Debora dan Aaron.
55
Masa Lalu Tante Debora.
56
Alasan Tante Debora Meninggalkan Keluarga.
57
Ternyata Billy.
58
Alasan Masih Bertahan.
59
Permintaan Debora kepada Jacky.
60
Mama akan Datang.
61
Si Joni Bangun Lagi.
62
Kegiatan di Dapur.
63
Mengejar Waktu.
64
Menjemput Mama.
65
Rencana Om Jacky.
66
Di Restoran Bebbi.
67
Mengerjai Abigail.
68
Suasana Makan Malam.
69
Asumsi.
70
Ketakutan Abigail.
71
Pengakuan Robbie kepada Abigail.
72
Penyebab Kematian Tante Elis.
73
Restu Keluarga.
74
Di Jemput Jacky Daniel.
75
Lamaran Untuk Billy.
76
Keterikatan Billy dan Aaron.
77
Ingin Membantu Debora.
78
Bertemu Debora.
79
Menolak Abigail.
80
Akar Masalah.
81
Cara Terbaik.
82
Keputusan Jacky.
83
Menyerang Kakek Daniel.
84
Mengelak.
85
Sikap Mencurigakan.
86
Pertemuan yang Menegangkan.
87
Putusan Keluarga.
88
Pertemuan Besar.
89
Suara Wanita Lain.
90
Kebencian Billy.
91
Penjelasan.
92
Ke rumah Ibu Kandung.
93
Rasa Bahagia.
94
Rahasia yang Diketahui.
95
Kabar Duka.
96
Bertemu Anggie.
97
Rumah Sakit.
98
Mengakuinya kepada Billy.
99
Stella dan Gilbert.
100
Penyelesaian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!