Pertemuan.

Mata cokelat yang sama persis denganku itu menatap ke arahku. Bukannya marah, lelaki yang usianya hampir sama dengan mamaku itu langsung tersenyum. "Tidak apa-apa, saya yang salah tidak melihatmu."

Aku terkejut. Yang seharusnya disalahkan aku bukan dirinya. Aku yang berlari tidak melihat lelaki itu muncul dan langsung menabraknya. Alhasil ice cream yang dibawanya tadi tumpah dan mengenai jas gelapnya yang tampaknya mahal.

Aku segera mengeluarkan tisu dari dalam tas kemudian membantunya membersihkan bekas ice cream itu. "Sini Pak, biar kubantu."

Lelaki itu menolak. Namun aku segera mendekatinya dan melakukan tanggung jawabku. "Oke, selesai. Oh, iya. Sebagai gantinya aku akan membeli yang baru saja untuk Anda."

"Tidak usah, Nona. Itu___"

"Tidak apa-apa, Pak," kataku seakan tak mengijinkan lelaki itu bicara, "Anda tunggu di sini, aku tidak akan lama dan akan segera kembali."

Tanpa berkata apa-apa lagi aku segera ke kedai ice cream yang bersebelahan dengan toko pakaian yang tadi kuhampiri. Kubeli satu ice cream rasa vanila kemudian memberikannya kepada lelaki itu. Ketika langkahku keluar dari kedai tersebut, mataku menangkap interaksi antara lelaki itu dengan gadis kecil yang usianya mungkin enam tahun. Di dekat mereka ada sosok lelaki berpakaian serba hitam dengan tubuh tegap dan wajah datar. Aku pun menghampiri mereka berdua kemudian memberikan ice cream itu kepada lelaki yang tidak tahu siapa namanya.

"Nah, tante sudah datang," kata lelaki itu seakan memberitahukan kepada gadis kecil yang cantik itu.

Aku pun tahu ice cream yang tumpah tadi itu berarti dibelikan untuk anak itu. Aku langsung tersenyum dan segera memberikan ice cream itu kepadanya.

"Terima kasih, Tante."

Entah kenapa hatiku merasa bahagia melihat anak itu. Aku pun segera berlutut, menjajarkan tubuh dengan anak itu kemudian mengusap pipinya yang menggemaskan. "Sama-sama. Maaf, ya. Tadi tante tidak sengaja menjatuhkan ice cream milikmu. Kenalkan, nama tante adalah Zuri. Kamu?" Aku mengulurkan tangan dan anak itu membalasnya.

"Namaku Emelly, Tante."

"Oh, nama yang cantik. Sama seperti orangnya."

Lelaki itu berdeham sambil tersenyum. Aku pun segera berdiri dan mata kembar kami saling bertatap. Ada rasa senang ketika aku melihat senyum di wajah tampan lelaki itu. Dan ini pertama kalinya aku merasakannya. Ada sedikit berpasaan nyaman saat aku menatap wajah lelaki itu. Biasanya aku paling tidak suka jika ada lelaki atau pria asing yang tersenyum kepadaku. Namun kali ini berbeda.

"Kamu tidak seharunya mengganti ice cream itu."

"Tidak apa-apa, Pak."

Lelaki itu melirik Emelly sebelum wajahnya kembali menatapku. "Kami akan makan siang di sana. Emelly tidak mau makan kalau tidak membuka menu dengan ice cream. Jadi saya membelikan ice cream tadi itu untuknya, agar anak ini mau makan."

"Dan aku merusak ice cream miliknya," kataku sambil terkekeh, "Maafkan tante, ya?."

"Iya, Tante."

Lagi-lagi lelaki itu tersenyum menatapku. Hal itu membuat hatiku sangat bahagia. What? Tunggu, tunggu. Apa aku tidak salah? Bahagia? Seorang Zuri Oliver yang sangat membenci kaum adam karena sikap papanya, sekarang bahagia karena tatapan dan senyum lelaki yang bisa dikatakan usianya sama seperti papanya ... Kenapa?

"Paman, kapan kita makan? Perut aku sudah lapar."

Suara Emelly membuat pandanganku tertuju padanya. Anak itu sangat manis. Aku jadi ingin memiliki adik seperti Emelly.

Lelaki itu menatapku. "Oh ya, apa kamu mau ikut makan siang bersama kami? Aku dan Emelly akan makan di sana."

Aku menatap ke arah restoran makanan favoritku. "Iya, aku juga tadi mau ke sana."

"Kalau begitu ayo, kita bertiga makan bersama."

Tak menghintung satu, dua dan tiga aku segera menyetujui ajakan lelaki yang belum memperkenalkan dirinya. Ada juga rasa bahagia yang kurasakan untuk pertama kalinya ketika bersama orang yang sama sekali tidak kukenali. Entah kenapa aku merasa akrab dengan mereka.

Lelaki itu mengajak aku dan Emelly duduk di paling pojok restoran. Karena keadaan sangat ramai, kami hampir saja tidak mendapatkan tempat duduk. Aku duduk menghadap kasir. Emelly duduk menghadapku bersama lelaki itu. Kulihat pria berpakaian hitam yang sejak tadi mengikuti mereka berdiri di depan restoran. Aku pun baru sadar, kalau ternyata pria yang bersama mereka itu adalah bodyguard mereka.

"Pesan saja yang kalian suka," kata lelaki itu kepadaku dan Emelly.

Karena sudah menjadi favoritku semua makanan di restoran itu. Tanpa memilih menu lagi aku segera menyebutkan menu apa yang ingin kupesan kepada pelayan. Emelly yang masih asik menjilat ice cream ternyata mendengar apa yang kukatakan. Dia pun berseru kemudian memesan makanan yang sama persis dengan menu pesananku.

"Kalau begitu samakan saja ketiganya."

"Baik, Pak. Mohon tunggu sebentar, ya."

Lelaki itu mengangguk kepada pelayan kemudian menatapnya. "Aku Jacky. Emelly ini adalah keponakanku. Setiap hari menjelang makan siang dia pasti akan menemaniku. Mungkin karena ini," kulihat lelaki itu menatap Emelly, "Oh ya, paman ingin tahu ... Apa alasan kamu ingin makan siang bersama paman?"

"Karena Paman akan membelikanku ice cream."

Aku tertawa. "Memangnya di rumah tidak ada ice cream, ya?"

Emelly menggeleng. "Mama melarangku makan ice cream."

"Emelly anak satu-satunya kakakku. Karena sering diberi ice cream dia tidak mau lagi makan. Mulai saat itu kakakku sama sekali tidak menyediakan ice cream untuknya."

"Dan paman membujukku dengan ice cream asalkan aku mau makan."

Perkataan Emelly membuat aku dan Jacky tertawa. Ada rasa iri dalam hatiku melihat senyum bahagia Emelly saat ini. Memiliki orang tua yang sangat peduli kepadanya juga memiliki paman yang super duper mencintainya seperti anak sendiri. Aku bisa bayangkan betapa bahagianya anak-anak Jacky karena memiliki papa sebaik dirinya.

"Oh, ya. Anaknya Om berapa?" tanyaku ingin tahu.

"Anakku satu. Laki-laki. Dia sudah besar. Mungkin usia kalian sama. Usia kamu berapa? Oh iya, nama kamu tadi siapa?"

"Namaku Zuri, Om. Usiaku dua puluh dua tahun."

"Oh, ternyata kamu lebih tua setahun dari anakku."

"Namanya om Billy."

Jawaban Emelly membuatku menatapnya.

"Om Billy sangat tampan, Tante. Kalau melihatnya Tante pasti akan suka."

Entah kenapa aku sama sekali tidak keberatan dengan guyonan anak itu. Aku justru merasa senang mendengarnya. Padahal semasa kuliah jika ada teman yang meledekku seperti itu aku akan marah dan tidak akan bicara padanya selama berhari-hari. Ini sesuatu yang aneh dan sesuatu yang baru dalam diriku.

Drtt... Drtt...

Getaran ponsel mengejutkanku. Kulihat nama mama sebagai pemanggil. Tanpa berlama-lama aku segera menyambungkan panggilan agar mamaku itu tidak khawatir. "Halo, Ma?"

"Sayang, apa kamu sudah tiba?"

Saking asiknya aku lupa memberi kabar. "Ya ampun, Ma. Aku minta maaf, ya. Aku lupa memberitahu Mama. Aku sudah tiba setengah jam yang lalu. Tapi sekarang aku sedang mampir ke salah satu mall untuk cari makan dan sekedar lihat-lihat."

"Syukurlah. Mama sempat khawatir dari tadi."

"Maaf," kataku membuat Emelly menatapku.

"Iya, Sayang. Ya sudah, kalau sudah tiba di rumah kakek kabari mama, ya?"

"Siap, Ma. Aku pasti akan segera menghubungi Mama."

"Baiklah. Hati-hati ya, Sayang."

"Terima kasih, Ma."

Panggilan pun terputus. Aku menatap wajah Emelly yang kini sedang menatapku. "Ada apa, Anak cantik? Kenapa kamu menatapku seperti itu?"

Bersambung____

Terpopuler

Comments

💞 RAP💞

💞 RAP💞

Semangat thor

2023-03-20

2

lihat semua
Episodes
1 Kebencian.
2 Rencana ke luar Kota.
3 Pertemuan.
4 Tiba di rumah Kakek.
5 Penasaran yang Tinggi.
6 Mendengar Curahan Hati.
7 Menuju Kantor.
8 Alasan Sebenarnya.
9 Masalah yang Sama.
10 Mencurigai.
11 Mobil Impian.
12 Kegelisahan Kakek Robbie.
13 Dilarang.
14 Persetujuan Dari Mama.
15 Pengganggu.
16 Tugas Baru.
17 Wanita yang Dicintai.
18 Puding Favorite.
19 Menyiapkan Makan Siang.
20 Panggilan dari Mama.
21 Calon Menantu.
22 Kekhawatiran.
23 Panggil Aku Papa.
24 Sosok yang Menyukai Billy.
25 Sudut Pandang Billy.
26 Pergi Bersama.
27 Ancaman.
28 Diganggu Anggie.
29 Ketakutanku.
30 Keinginanku.
31 Menyarankan Mama untuk Menikah.
32 Sudut Pandang Abigail.
33 Rasa Nyaman.
34 Makan Malam Keluarga.
35 Kekecewaan Keluarga Daniel.
36 Sudut Pandang Debora.
37 Menghasut.
38 Rencana Jahat Anggie dan Tante Debora.
39 Mencintai.
40 Status Baru.
41 Tangis Kakek Robbie.
42 Sosok Yang Tidak Asing.
43 Di Kediaman Keluarga Daniel.
44 Tak Mau Berpisah.
45 Perasaan Takut.
46 Mengenal Mama.
47 Penyesalan Kakek Buyut.
48 Keterkejutan Om Jacky.
49 Perbincangan Antara Jacky dan Abigail.
50 Dibuat Melayang.
51 Bertemu Anggie Lagi.
52 Menjebakku.
53 Perbincangan Rahasia.
54 Hubungan Antara Tante Debora dan Aaron.
55 Masa Lalu Tante Debora.
56 Alasan Tante Debora Meninggalkan Keluarga.
57 Ternyata Billy.
58 Alasan Masih Bertahan.
59 Permintaan Debora kepada Jacky.
60 Mama akan Datang.
61 Si Joni Bangun Lagi.
62 Kegiatan di Dapur.
63 Mengejar Waktu.
64 Menjemput Mama.
65 Rencana Om Jacky.
66 Di Restoran Bebbi.
67 Mengerjai Abigail.
68 Suasana Makan Malam.
69 Asumsi.
70 Ketakutan Abigail.
71 Pengakuan Robbie kepada Abigail.
72 Penyebab Kematian Tante Elis.
73 Restu Keluarga.
74 Di Jemput Jacky Daniel.
75 Lamaran Untuk Billy.
76 Keterikatan Billy dan Aaron.
77 Ingin Membantu Debora.
78 Bertemu Debora.
79 Menolak Abigail.
80 Akar Masalah.
81 Cara Terbaik.
82 Keputusan Jacky.
83 Menyerang Kakek Daniel.
84 Mengelak.
85 Sikap Mencurigakan.
86 Pertemuan yang Menegangkan.
87 Putusan Keluarga.
88 Pertemuan Besar.
89 Suara Wanita Lain.
90 Kebencian Billy.
91 Penjelasan.
92 Ke rumah Ibu Kandung.
93 Rasa Bahagia.
94 Rahasia yang Diketahui.
95 Kabar Duka.
96 Bertemu Anggie.
97 Rumah Sakit.
98 Mengakuinya kepada Billy.
99 Stella dan Gilbert.
100 Penyelesaian.
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Kebencian.
2
Rencana ke luar Kota.
3
Pertemuan.
4
Tiba di rumah Kakek.
5
Penasaran yang Tinggi.
6
Mendengar Curahan Hati.
7
Menuju Kantor.
8
Alasan Sebenarnya.
9
Masalah yang Sama.
10
Mencurigai.
11
Mobil Impian.
12
Kegelisahan Kakek Robbie.
13
Dilarang.
14
Persetujuan Dari Mama.
15
Pengganggu.
16
Tugas Baru.
17
Wanita yang Dicintai.
18
Puding Favorite.
19
Menyiapkan Makan Siang.
20
Panggilan dari Mama.
21
Calon Menantu.
22
Kekhawatiran.
23
Panggil Aku Papa.
24
Sosok yang Menyukai Billy.
25
Sudut Pandang Billy.
26
Pergi Bersama.
27
Ancaman.
28
Diganggu Anggie.
29
Ketakutanku.
30
Keinginanku.
31
Menyarankan Mama untuk Menikah.
32
Sudut Pandang Abigail.
33
Rasa Nyaman.
34
Makan Malam Keluarga.
35
Kekecewaan Keluarga Daniel.
36
Sudut Pandang Debora.
37
Menghasut.
38
Rencana Jahat Anggie dan Tante Debora.
39
Mencintai.
40
Status Baru.
41
Tangis Kakek Robbie.
42
Sosok Yang Tidak Asing.
43
Di Kediaman Keluarga Daniel.
44
Tak Mau Berpisah.
45
Perasaan Takut.
46
Mengenal Mama.
47
Penyesalan Kakek Buyut.
48
Keterkejutan Om Jacky.
49
Perbincangan Antara Jacky dan Abigail.
50
Dibuat Melayang.
51
Bertemu Anggie Lagi.
52
Menjebakku.
53
Perbincangan Rahasia.
54
Hubungan Antara Tante Debora dan Aaron.
55
Masa Lalu Tante Debora.
56
Alasan Tante Debora Meninggalkan Keluarga.
57
Ternyata Billy.
58
Alasan Masih Bertahan.
59
Permintaan Debora kepada Jacky.
60
Mama akan Datang.
61
Si Joni Bangun Lagi.
62
Kegiatan di Dapur.
63
Mengejar Waktu.
64
Menjemput Mama.
65
Rencana Om Jacky.
66
Di Restoran Bebbi.
67
Mengerjai Abigail.
68
Suasana Makan Malam.
69
Asumsi.
70
Ketakutan Abigail.
71
Pengakuan Robbie kepada Abigail.
72
Penyebab Kematian Tante Elis.
73
Restu Keluarga.
74
Di Jemput Jacky Daniel.
75
Lamaran Untuk Billy.
76
Keterikatan Billy dan Aaron.
77
Ingin Membantu Debora.
78
Bertemu Debora.
79
Menolak Abigail.
80
Akar Masalah.
81
Cara Terbaik.
82
Keputusan Jacky.
83
Menyerang Kakek Daniel.
84
Mengelak.
85
Sikap Mencurigakan.
86
Pertemuan yang Menegangkan.
87
Putusan Keluarga.
88
Pertemuan Besar.
89
Suara Wanita Lain.
90
Kebencian Billy.
91
Penjelasan.
92
Ke rumah Ibu Kandung.
93
Rasa Bahagia.
94
Rahasia yang Diketahui.
95
Kabar Duka.
96
Bertemu Anggie.
97
Rumah Sakit.
98
Mengakuinya kepada Billy.
99
Stella dan Gilbert.
100
Penyelesaian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!