"Kakek buyut?" ulangku terkejut.
"Mama adalah wanita pilihan kakek buyut. Jadi pernikahan orangtuaku terjadi karena perjodohan. Kakek buyutku merasa berhutang budi. Waktu itu beliau kecelakaan saat mengendara ke luar kota, lalu mama menemukannya kemudian membawa kakek buyut ke rumah sakit. Seandainya gak ada mama, mungkin saat itu kakek buyut sudah meninggal."
"Kecelakaannya di tempat sepi, ya? Terus kenapa tidak mengajak supir?"
"Iya, lokasinya di perkampungan. Waktu itu kakek buyut ingin melihat lokasi yang baru saja dibeli. Soal tidak mengajak supir, mungkin beliau ingin pergi sendiri. Dan pas di jalan sepi, seekor hewan menyeberang jalan dan membuat kakek buyut hilang kendali. Intinya mama adalah malaikat penolong buat kakek buyut. Jadi apapun yang diminta mama, kakek buyut pasti langsung menurutinya. Begitu kesalahan mama. Apapun yang dilaporkan papa kepada beliau dan dibantah oleh mama, beliau pasti akan lebih percaya mama dibanding papa."
"Terus masalah peselingkuhan itu, apa beliau tahu?"
"Seperti yang aku bilang tadi. Sekalipun papa udah melaporkan pada kakek buyut, bahwa mama menghambur-hamburkan uangnya kepada laki-laki lain, kakek tidak akan percaya jika mama menyangkalnya. Mama mengakui kepada kakek buyut, bahwa lelaki itu adalah rekan bisnisnya dan kakek percaya."
"Berarti mamamu sudah mencuci otak kakek buyutmu."
"Ya, memang. Dan apapun yang dikatakan keluarganya, beliau akan lebih percaya mama dibanding kami semua."
Mobil sport Billy akhirnya tiba di sebuah gedung tinggi yang mewah. "Apa kita sudah sampai?"
"Iya, ini salah satu gedung milik keluarga Daniel. Selain Daniel Corporation dan GA Daniel yaitu apartemen ini. Lalu Daniel Enterprise yang bergerak di kuliner dan Daniel Mall milik mama. Semua itu masuk dalam Daniel Group. Tapi sejak Daniel Mall menjadi milik mama, omset dan segala sesuatu yang berkaitan dengan itu adalah urusan mama."
"Padahal hidup mamamu sudah enak, kenapa masih ingin mencari yang lebih. Suatu saat pasti semua itu akan terbongkar. Apa yang dilakukan mamamu terhadap papamu pasti akan ada balasannya."
"Aku sebagai anak hanya bisa menjadi penengah. Tapi bukan berarti aku diam saja dan tidak menilai."
Billy kemudian mengajakku masuk ke dalam. Penjaga keamanan dan beberapa pelayan di sana menyambut kami dengan sopan. Manager gedung bahkan segera menghampiri Billy, memberi hormat kemudian mengantarkan kami ke lantai paling atas. Gedung yang disebut GA Daniel itu memiliki lantai 20. Itu artinya penghuni di lantai 20 itu adalalah om Jacky dan Billy.
"Saya ingin Anda siapkan satu hunian lengkap dengan semua fasilitas. Terlebih fasilitas dapur, karena nona Zuri akan menempatinya. Beliau ini adalah asisten pribadi aku dan papa."
Aku terkejut mendengar pengakuan Billy kepada sang manager. Aku jadi penasaran. Tapi sekaligus senang, karena Billy sangat santun memperkenalkan diriku kepada si manager yang sepertinya terlihat genit. Sejak melihatku matanya tak pernah luput dari tubuhku. Dasar laki-laki mata ular.
"Baik, Tuan."
"Bagus. Kalau begitu cepat kerjakan, karena besok tempat ini akan segera di huni."
"Siap, Tuan."
Setelah urusan apartemen selesai Billy kemudian mengajakku ke dealer yang sangat terkenal di kota itu. "Oh iya, boleh aku bertanya?"
"Tentu saja," balas Billy seraya menjalankan mesin mobilnya.
"Kenapa kamu bilang padanya, bahwa aku adalah asistenmu dan om Jacky?"
Kulihat Billy tersenyum. "Itu sengaja, biar dia beritahu mama. Dia mata-matanya mama di sini. Segala sesuatu yang dilakukan papa pasti akan dilaporkan ke mama."
"Itu bagus, dong. Berarti mamamu masih mencintai dan peduli pada papamu."
"Kalau benar begitu, lantas kenapa mama masih terus bersama lelaki lain?"
Aku terdiam dan tak menjawab. Benar juga yang dikatakan Billy. Jika benar mamanya peduli terhadap papanya, kenapa beliau tidak meninggalkan selingkuhannya dan kembali kepada om Jacky?
Begitu Billy menghentikan mobil di depan tempat tujuan, wajahnya yang tampan itu terpana melihar sosok wanita yang baru saja keluar dari pintu masuk dealer. Saking terkejut aku pun mengikuti arah pandang Billy.
"Sedang apa mama di sini?"
Aku pun tahu sekarang kalau wanita cantik yang dandanannya sangat mewah itu ternyata adalah mamanya Billy.
"Apa mama beli mobil di sini juga? Tapi kan mama baru beli mobil kemarin."
Aku tak membalas perkataan Billy. Karena pria itu duduk diam di balik kemudi, aku pun duduk diam sambil menatap wanita yang kini masuk ke dalam mobil sedan hitam.
"Aku harus memberitahu papa. Pasti papa membeli mobil baru untuk lelaki itu."
Aku hanya diam sambil menyimak. Wajah tampan Billy kini semakin merah akibat emosi dalam dirinya. Merasa perlu, kucoba memberikan masukan agar Billy tak melakukan hal yang belum tentu benar terjadi.
"Bagaimana kalau kita masuk ke dalam dan tanya, apa benar mamamu membeli mobil di sini atau tidak? Kalau benar, kita selidiki semuanya baru beritahu papamu."
Billy menatapku.
"Papamu banyak pikiran. Banyak tanggung jawab yang harus beliau lakukan. Kamu tidak mau kan hanya karena intuisimu akhirnya papamu menjadi stres? Ada baiknya segala sesuatu yang kamu lihat tentang mamamu jangan sepenuhnya diberitahukan kepada beliau. Kasihan beliau."
"Papa memang tidak salah menjadikanmu sebagai asisten pribadinya. Kamu benar. Ayo, kita masuk dan caritahu."
Aku senang Billy mau menerima saranku. Begitu masuk ke dalam dealer beberapa pegawai langsung menyapa kami dengan ramah. Bahkan si manager langsung menyapa kami begitu melihat Billy.
"Selamat datang, Tuan muda Billy. Apa kabar?"
"Kabarku baik. Terima kasih."
"Senang melihat Anda lagi. Oh iya, tadi nyonya baru saja dari sini. Mungkin lima menit Anda tiba, beliau sudah pergi."
Billy melirikku lalu menjawab pertanyaan lelaki yang usianya kurang lebih dua kali lipat dari kami. "Oh iya? Mama pasti membeli mobil lagi?"
"Benar, tapi bukan atas nama nyonya. Kalau tidak salah tadi atas nama Gilbert."
"Oh, om Gilbert. Itu temannya mama."
Aku tahu Billy berdalih agar lelaki itu tak berasumsi tentang mamanya.
"Benar, kata nyonya itu hadiah ulang tahun untuk tuan Gilbert."
"Apa mobilnya sudah di ambil?" tanya Billy pelan. Kulihat wajahnya mulai merah dan datar.
"Kebetulan mobil pesanan nyonya itu stoknya sedang kosong. Tapi sudah di bayar dan bulan depan, tepan di tanggal lima mobil itu sudah harus ada di sini. Kata nyonya tuan Gilbert akan merayakan ulang tahun di tanggal enam."
Aku senang Billy menatapku. Aku pun langsung mengodekan mata agar Billy tak melanjutkan introgasi. Penjelasan soal tujuan mamanya itu sudah cukup.
Billy pun mengerti dan langsung mengalihkan pembicaraan. "Mobil yang di pesan papa apa sudah ada?"
"Sudah, Tuan. Oh iya, tadi kata SPG saya nyonya sempat melihat mobil itu. Nyonya menginginkannya. Tapi begitu tahu mobil itu sudah bertuan, beliau tidak jadi membelinya dan menggantinya dengan warna yang lain."
"Apa mama tahu itu mobil pesanan papa?"
"Tidak, Tuan. Waktu nyonya bertanya SPG tidak tahu kalau mobil itu dipesan oleh tuan Jacky."
Bersambung___
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
💞 RAP💞
novel yang unik
2023-03-20
2