Setelah gagal melindungi nyawa seseorang Kashel merasakan amarah yang membara di dadanya. Dadanya terasa sesak, kesal bercampur aduk di sana. Kekuatan The Borders mulai tidak terkendali karena hal itu.
Lyam juga mulai kehilangan kesadarannya karena emosi yang dimiliki Kashel juga mempengaruhinya. Ia mulai berubah menjadi sosok Naga Perbatasan tapi dalam wujud yang kecil, meskipun begitu kekuatannya cukup dahsyat jika hanya sekedar untuk mengalahkan Roh Kegelapan itu tanpa perlawanan.
Roh Kegelapan berbentuk gurita raksasa yang telah berevolusi itu menghancurkan penghalang buatan milik Kashel. Kemudian tentakelnya ingin menyerang Kashel, tapi serangan itu seperti ditangkis oleh sesuatu bahkan akibat serangan itu bukan Kashel yang terluka tetapi tentakel milik Roh Kegelapan itu yang hancur sampai setengah.
"Groooooaaaaaarrr!" teriakan merintih Roh Kegelapan itu karena kesakitan dan tidak bisa meregenerasi bagian tubuhnya yang lenyap. Menyebabkan efek angin kencang di area sekitar. Tapi angin itu tidak berpengaruh pada Lyam yang telah berubah dan Kashel yang diliputi amarahnya.
Lyam mulai terbang dan menyerang Roh Kegelapan itu dengan cakar anginnya memotong-motong tentakel milik gurita yang ingin menyerang dirinya. Gurita itu terus berteriak kesakitan. Tapi sepertinya Lyam dan Kashel tidak membiarkan gurita raksasa itu mati dengan langsung lenyap.
Namun mereka ingin menyiksa Roh Kegelapan itu terlebih dahulu. Akibat termakan rasa amarah mereka merasa puas menyiksa makhluk itu. Menghabisinya sedikit demi sedikit. Sampai akhirnya makhluk itu lenyap tanpa sisa sedikitpun.
Tapi kemarahan Kashel belum lenyap sampai situ saja, akibat dari kekuatan besarnya yang dicampur dengan emosi akhirnya kekuatan itu lepas kendali, penghalang yang dibuat oleh Lyam sebelumnya mulai retak. Di dalam Kashel mengamuk dengan kekuatan The Borders yang keluar dari tubuhnya. Sedangkan Lyam saat ini ia hanya diam saja, karena dia tidak melihat musuh di sekitarnya.
.
.
.
"Percuma!"
"Percuma!"
"Percuma!" Kashel berucap di dalam dirinya ia kesal sampai menangis di sana. Di hadapan Naga Perbatasa yang juga ada di dalam dirinya.
"Kekuatan besar, apanya yang hebat!" Kashel kesal terus memaki-maki di dalam kesadarannya.
"Akh!" tiba-tiba kekuatan itu mulai menelan keberadaan Kashel. Ia tidak bisa bergerak, jiwa The Borders membuka matanya yang saat ini menyala sangat terang.
"Lepaskan aku!" Kashel meronta-ronta tapi tetap tidak bisa bergerak.
"Kekuatan besar tidak berguna, enyah kau dari tubuhku. Aku tidak membutuhkanmu!" Kashel berteriak sangat keras. Ia sangat-sangat kesal.
"Aku benci kekuatan ini, tidak berguna!" karena emosinya yang tidak terkontrol, energi dari The Borders melahap dirinya sampai akhirnya Kashel tenggelam dalam kemarahannya sendiri. Kesadarannya perlahan-lahan menghilang.
Aku memang payah, pikir Kashel sebelum menutup matanya kehilangan kesadaran.
Cahaya muncul dari kalung yang Kashel pakai, segel milik Kashel aktif karena Kashel kehilangan kendali atas dirinya. Lingkaran sihir muncul mengelilingi Kashel dan dari titik-titik lingkaran sihir itu rantai-rantai muncul kemudian membelenggu kuat Kashel. Kedua tangan, kaki leher sampai ia tidak bisa bergerak karena rantai putih itu, muncul menghambat pergerakan Kashel.
.
.
.
"Apa yang membuatmu begitu sedih?" sosok berjubah putih menegur Kashel yang saat ini memandang kosong ruangan kosong yang berada di alam bawah sadarnya. Ia berjongkok di atas kepala Kashel yang sedang berbaring.
"Paman!" Kashel langsung tersadar dan mendudukkan diri.
"Aku tidak kuat lagi paman, aku benar-benar tidak berguna untuk siapapun. Bahkan melindungi satu nyawa aku tidak bisa. Seperti saat aku harus melindungi Paman." Kashel yang saat ini telah duduk, menangis di hadapan pria itu.
"Aku tidak bisa menjadi bagian dari kekuatan besar ini, kekuatan ini tidak akan berguna jika yang menggunakannya itu adalah aku, kenapa harus aku juga." Kashel menutup wajahnya ia tidak tahan lagi dengan kesedihannya sendiri.
"Tidak ada yang perlu dipermasalahkan dengan itu Kashel." Ucap pria berjubah itu.
"Apanya yang tidak jadi masalah, gara-gara aku yang lemah. Satu nyawa melayang." Kashel kesal sendiri.
"Kau memang memiliki kekuatan yang besar Kashel. Meski begitu, kau tetaplah hanya manusia biasa yang tidak sempurna, yang suatu saat pasti memiliki sebuah kesalahan. Sematang apapun rencana yang telah kau buat untuk melindungi orang lain." Pria berbaju putih itu memegang bahu Kashel kemudian ia mulai menjauh pergi.
"Paman mau kemana? Aku akan sendirian lagi di tempat ini." Kashel mengulurkan tangannya.
"Sadarlah, di luar sana ada banyak orang yang menunggumu. Kau sudah tidak sendirian lagi. Jika kau tetap di sini kau hanya akan menyakiti orang lain Kashel. Kekuatan itu, tidak kekuatanmu kau harus mengontrolnya sesedih apapun dirimu. Demi melindungi semua orang." Pria itu perlahan memudar.
"Tetaplah jalani hidupmu, meskipun takdirmu telah di tentukan sejak awal." Pria berjubah putih itu menghilang.
Kashel yang tersadar mulai mengendalikan emosinya kembali, ia tidak ingin membahayakan orang lain karena dirinya. Ia kemudian tersadar matanya yang merah menyala saat itu mulai meredup kembali seperti biasanya. Ia kaget karena tidak bisa bergerak, saat ini segelnya masih aktif rantai-rantai masih membelenggu dirinya.
Bagaimana bisa aku bergerak jika seperti ini. Batin Kashel ia bingung sendiri, ia tidak tahu sampai kapan segel itu akan berakhir.
Ia melihat Lyam yang berdiri cukup jauh di hadapannya, pria itu sudah kembali ke wujudnya seperti semula.
"Lyam, apa kau baik-baik saja!" Kashel berteriak memanggil Lyam. Tapi pria itu hanya melihatnya sekilas kemudian ia membuka portal dan menghilang masuk ke dalamnya.
"Brengsek Lyam! Paling tidak jika ingin pergi beritahu aku cara lepas dari belenggu ini dulu!" Kashel berteriak tapi ia tidak bisa apa-apa kekuatannya tidak ada yang bisa keluar juga. Ia benar-benar tidak bisa bergerak, saat ini ia hanya bisa memasrahkan diri sampai belenggu itu lepas dengan sendirinya, sembari menenangkan emosinya.
Terlebih tempat itu dibuat menjadi tempat yang berbeda sehingga tidak ada siapa-siapa di sana yang bisa menolong Kashel atau melihat Kashel yang seperti itu.
Setengah jam telah berlalu dan saat setelah Kashel pasrah saja entah akan diikat sampai kapan, karena tahu itu kesalahannya juga. Perlahan ruangan itu memudar begitu juga rantai-rantai yang membelenggu Kashel, segel sihir itu kembali berubah menjadi kalung Kashel kembali.
Aku bebas. Batin Kashel merasa senang, menyadari ia berada di atas danau yang dibekukan Kashel pergi meninggalkan tempat itu. Es yang ada di sana mulai mencair. Kyler mendatangi Kashel, dan menangkap Kashel yang terlihat kelelahan.
"Ketua mengalahkan monster itu." Senang Kyler.
"Syukurlah kau baik-baik saja Kashel." Rai berucap dengan santainya.
"Sudah kubilang jangan memanggil namaku, bagaimana kalau ada yang dengar." Kashel mengomel.
"Maaf-maaf, aku lupa." Rai menutup mulutnya.
"Setidaknya tidak banyak korban yang berjatuhan." Rai menatap korban yang tengah dievakuasi saat itu.
"Seandainya aku bertindak lebih cepat, mungkin tidak perlu ada korban jiwa." Gumam Kashel masih merasa bersalah.
"Kau sudah berjuang semampu dirimu. Jika tidak ada kau dan Guardian di sini. Mungkin nyawaku juga dalam bahaya dan akan banyak yang tidak selamat. Terima kasih, telah melindungi kami semua. Walaupun kita juga turut berduka atas jatuhnya korban jiwa." Rai membungkuk hormat pada Kashel.
"Benar ketua kau hebat dan keren!" Kyler memberikan jempolnya pada Kashel.
"Kau tidak perlu melakukan hal itu." Kashel mengangkat bahu Rai agar ia berdiri tegak kembali.
"Oh iya ngomong-ngomong mana Guardian?" Rai celingak-celinguk mencari Lyam.
"Dia tiba-tiba pergi setelah kami sempat lepas kendali." Jelas Kashel.
"Apa kalian lepas kendali, bagaimana bisa?" Rai meminta penjelasan.
"Kalo tidak lepas kendali kami tak mungkin menang, kekuatanku sendiri tidak akan cukup menangani Roh Kegelapan yang sudah berevolusi." Jelas Kashel.
"Ya sudahlah yang penting kau tidak apa-apa." Rai pergi meninggalkan Kashel setelah itu. Ia harus mengurus anak buahnya yang lain.
Perlahan matahari sudah mulai terbit, Kyler kali ini yang membawa Kashel yang kelelahan kembali ke kantornya dengan mengendarai roh pelindungnya.
Sesampainya di kantor tanpa memikirkan penampilannya atau apapun Kashel langsung masuk ke kamarnya dan pergi tidur tidak perduli dengan teman-temannya yang mungkin merengek minta sarapan di pagi hari.
Kashel benar-benar kelelahan, meskipun kali ini tidak pingsan karena kekuatannya dibantu oleh The Borders tetap saja ia hanyalah manusia yang tahu apa itu lelah.
Kashel benar-benar tertidur sampai sore hari kali ini. Tidak ada yang mengganggunya. Tentu saja jika sudah seperti ini Grizelle yang mengurus makanan mereka semua. Untungnya hari ini wanita itu tidak sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Sehingga dia bisa membantu untuk memasak di kantor itu.
Kashel bangun, saat hari menjelang sore. Laporan menumpuk di atas meja. Tidak ada Lyam berarti itu menjadi pekerjaannya, dan kali ini ia tidak bisa turun ke lapangan untuk menjalankan misi. Lyam pergi dengan tidak mengatakan apa-apa padanya.
Namun Kashel merasa tidak perduli. Sampai akhirnya, ada yang menegurnya bahwa pakaian yang Kashel pakai masih sama yang di pakainya saat misi tadi malam.
Kashel heboh sendiri karenanya. Ia tidak tahu cara berubah kembali ke wujud manusianya. Tapi ia tidak mau jika ia harus seperti itu terus sampai Lyam kembali yang tidak tahu kapan.
Mau tidak mau Kashel menggunakan kemampuannya untuk berinteraksi dengan pikiran. Meminta Lyam melepaskan sihirnya. Namun tidak ada tanggapan dari Lyam saat Kashel menghubungkan pikirannya dengan Lyam.
Tapi sepertinya Lyam tetap mendengarkan permintaan Kashel, meskipun tidak menanggapinya dan melepaskan sihirnya sehingga Kashel kembali menjadi normal. Setelah merasa kemampuan penghubung pikiran itu terlepas.
Kashel baru memikirkan tentang Lyam yang tidak biasanya, tidak menyahut saat dirinya mengajaknya berbicara. Kashel tidak tahu, kenapa Lyam langsung melarikan diri setelah mereka lepas kendali.
Dan tidak mengatakan apa-apa bahkan setelah pikiran mereka terhubung. Pria itu tidak memikirkan apapun saat Kashel menghubungkan pikiran mereka. Kashel penasaran apa yang terjadi padanya, karena jika itu suatu yang gawat Kashel juga pasti akan terkena dampaknya cepat atau lambat.
Tapi Kashel mau mempercayakan hal itu pada Lyam, karena Kashel tahunya selama ini yang bermasalah dengan perasaan itu hanyalah dirinya karena dia manusia biasa. Sedangkan Kashel tidak pernah tahu perasaan Lyam perasaan orang itu bagi Kashel sangat dalam dan kosong.
Lyam terkadang tidak merasakan perasaan apa-apa pada sosok Lyam. Tapi perasaannya yang kosong itu bisa mempengaruhi perasaan Kashel juga jika ia menggunakan kekuatan The Borders, Kashel merasakan perasaan manusianya ditelan oleh sesuatu, tapi Kashel terus melawannya dengan perasaan kuatnya yang tidak mudah tergoyahkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments