Kashel sudah memasrahkan diri dengan serangan yang akan menghampirinya.
DUAR!
Sebuah ledakan terjadinya di dalam ruangan beruntungnya tidak begitu membuat kerusakan yang besar. Hanya suara yang keras, dan membuat barang-barang di kantor itu menjadi berantakan.
Setelah menyadari tidak terjadi apa-apa pada dirinya Kashel menjauhkan tangannya dari wajahnya.
"Brengsek, apa yang ingin kau lakukan pada ketua!" seorang pria sudah berdiri di hadapan Kashel menghalau serangan barusan dengan bantuan roh pelindung miliknya.
"Buat apa kau melindungi orang lemah itu?" tanyanya menunjuk Kashel yang memasang wajah terkejutnya karena melihat kantornya yang menjadi berantakan, mungkin melebihi rasa yang akan ia rasakan ketika terkena serangan tadi secara langsung.
"Kau tidak tahu apa-apa, jangan coba-coba menyerangnya seenak jidatmu seperti itu. Jika kau tetap ingin melakukannya hadapi dulu aku." Pria itu terlihat marah.
"Hoo, baiklah kalau begitu." Kyler merasa tertantang.
"Aku tidak akan membiarkan kau membuat kekacauan dengan menyerang Kashel!" pria itu juga siap dalam posisi menyerang.
Dan kekuatan mereka akan beradu, api dan es.
"Hentikan, Rigel, Kyler. Jangan berkelahi di sini. Apa kalian benar-benar ingin menghancurkan kantor ini!" Kashel berdiri di tengah-tengah mereka menghalau keributan itu.
"Astaga orang-orang bar-bar ini," Kashel memijat jidatnya. Bisa-bisa karena ulah kedua orang itu divisi ini benar-benar dibubarkan karena kantornya hancur. "Paling tidak kalo mau berkelahi itu di luar sana!" Kashel akhirnya berteriak merasa kesal karena akibat ledakan tadi kantornya jadi berantakan.
Kalo sudah begini mana ada yang mau merapikannya, pikir Kashel memasang wajah sedih.
Ia sudah lelah, tambah lelah lagi. Karena mau tidak mau dia yang akan merapikan kantor tersebut setelah keributan itu berakhir.
"Rigel mengalah saja, dia orang baru disini. Kamu seniornya jadi harus menunjukan hal yang baik juga untuk juniormu." Perintah Kashel, Rigel langsung mendengarkan ucapan Kashel.
"Kau dengar apa yang dikatakan Kashel, aku tidak akan bertarung denganmu. Anak baru." Sinis Rigel.
"Cih, kau pikir aku perduli!" Kyler membuang mukanya.
"Berandalan ini!" Rigel masih tertantang rupanya.
"Cukup Rigel biarkan saja dia." Kashel menghentikan Rigel.
"Kau akan tahu akibatnya jika sudah tahu siapa sebenarnya Kashel dan aku yakin kau akan menyesali perbuatanmu." Rigel memandang tajam Kyler.
"Memang aku perduli, apa yang menakutkan dari orang lemah seperti dia."
"Kau tidak tahu jika Kashel ad –"
"Rigel!" Kashel sudah kesal dan menghentikan pertengkaran mereka.
"Baiklah Kashel, aku dengar."
"Kyler jika kau mau bekerja di sini silahkan dan harap patuhi peraturan di kantor ini, dan jika tidak harap lapor ke Kantor Pusat." Tegas Kashel, ia tidak akan membiarkan ada orang yang menghancurkan tempat ini hanya karena keegoisannya.
"Lebih baik aku bekerja di sini, karena di sini tidak ada orang yang lebih kuat dibandingkan aku." Sombong Kyler.
Rigel memasang wajah kesal mendengar itu, dan Kashel menatapinya. Setelah itu Rigel merubah ekspresinya menjadi biasa seperti sebelumnya.
"Rigel, bagaimana bisa kamu ada di sini. Bukankah kau seharusnya pergi ke lokasi kekacauan?"
"Kami tidak bisa membiarkan dirimu sendirian di saat ada orang asing yang datang. Meskipun pekerjaan itu menjadi lebih berat karena kekurangan orang." Rigel berucap menjelaskan.
"Aku bisa menjaga diriku sendiri, kau tidak perlu khawatir dan seharusnya melakukan tugasmu dengan baik." Ujar Kashel menyakinkan Rigel bahwa dia tidak perlu khawatir, lagi pula Kashel sudah dewasa.
"Kami tidak bisa melakukan hal itu Kashel, akhir-akhir ini Portal Perbatasan muncul secara menggila, dan kami tidak bisa membiarkanmu sendirian yang bisa saja terancam bahaya. Kami tidak ingin kau terluka." Jelas Rigel tetap tidak yakin Kashel bisa ditinggalkan sendirian ketika ada orang asing yang datang ke kantornya, meskipun ke depannya ia akan menjadi pegawai di sana.
"Terserah kau saja." Kata Kashel tidak mau tahu lagi. Pada akhirnya Kashel menganggap teman-temannya takut Kashel terluka karena orang itu.
"Kashel kami semua sejujurnya benar-benar tidak ingin kau terluka karena tidak akan ada ketua sebaik dirimu, bukan karena takut orang itu." Lirih Rigel seolah bisa membaca isi hati Kashel.
"Meskipun tetap saja kami tidak memungkiri bahwa kami semua takut dengan dia, tapi untuk ketulusan kami menjagamu itu benar-benar nyata. Kami semua benar-benar tidak ingin kau terluka." Jelas Rigel.
Kashel tertawa setelah itu apapun itu alasannya, Kashel tetap senang bahwa ada orang-orang tulus yang mau menjadi teman-temannya tanpa keinginan apapun. Setelah semua yang pernah terjadi padanya dulu.
Meskipun gelar ketua, Kashel di kantor ini kerjaannya seperti seorang pembantu. Bersih-bersih, memasak makanan dan membuat laporan. Terlebih akhir-akhir ini ia jarang turun ke lapangan atau bahkan tidak sama sekali karena situasi yang tidak begitu aman untuknya untuk melakukan pekerjaan lapangan. Karena bisa saja turunnya Kashel ke lapangan pekerjaan mereka hanya akan menambah masalah.
.
.
.
"Mau pilih ruangan kerjamu?" tanya Kashel menyelesaikan pertengkaran mereka, dan melanjutkan urusannya yang belum selesai dengan Kyler.
Ia menyudahi percakapannya dengan Rigel, sedangkan Kyler tadi ia sibuk sendiri sembari melihat-lihat kantor dua lantai yang cukup luas itu tidak mendengarkan percakapan Rigel dan Kashel.
.
.
.
Setelah melihat seluruh ruangan dan menjelaskan fungsi-fungsinya tibalah Kashel memperkenalkan ruang kerjanya.
"Aku ingin ruangan ini, tempat ini bagus dan nyaman." Menunjuk ruangan Kashel, sebagai ruang kerjanya nanti. Ia tertarik dengan ruang kerja Kashel yang luas dan cukup rapi. Berbeda dari ruangan lain yang meja kerjanya saling berdekatan namun tidak sempit lalu ada beberapa meja yang terlihat tidak rapi.
Kantor mereka sama halnya seperti kantor-kantor biasa pada umumnya, dan tentu saja ruangan milik pemimpin sudah pasti berbeda dari ruangan pegawainya. Hanya saja pekerjaan yang mereka kerjakan berbeda dari pekerjaan manusia biasa.
"Aku ingin tempat ini sendiri." Kyler melanjutkan ucapannya lagi.
"Astaga orang ini benar-benar ngelunjak rupanya." Gumam Rigel kesal mengepalkan tinjunya.
"Rigel apa kau mau berada di ruangan ini juga satu ruangan denganku. Tidak apa-apa silahkan." Kashel menawarkan ruangannya, meskipun diisi banyak orang ruangan itu tetaplah luas.
"Tidak Kashel lebih baik aku bergabung dengan yang lainnya saja." Tolak Rigel langsung tidak ingin, entah apa yang membuatnya enggan. Meskipun ruangan itu luas dan bagus.
"Oke baiklah kalau begitu, makanya kau tidak perlu protes tentang kemauan Kyler, dia bebas memilih." Rigel yang mendengar ucapan Kashel hanya menarik nafasnya.
"Untuk Kyler maafkan aku, tapi ruangan ini, aku tidak bisa meninggalkannya dan lalu pindah di ruang lainnya. Mau tidak mau kau harus satu ruangan denganku di sini, meskipun itu mungkin tidak akan membuatmu nyaman." Kashel menjelaskan.
"Oh oke, tidak apa-apa lagi pula tempat ini cukup luas untuk dua orang atau lebih pun." Karena senang tampaknya Rigel tidak banyak protes dengan peraturan Kashel.
Kapan lagi coba, aku bisa mengerjai salah satu keluarga Kendrick dan mendapatkan ruang kerja sebagus ruangan ini, batin Kyler.
Kyler sepertinya masih menyimpan dendam dengan keluarga Kendrick. Sedangkan Kashel, wajahnya terlihat begitu berbinar sekarang, ia senang. Sedangkan Rigel, ia merasa kasihan pada Kyler tapi ia tidak bisa memungkiri kekesalan dan membiarkan agar pemuda itu kapok dengan tingkahnya sendiri.
"Baiklah, selamat mulai besok malam kau adalah pegawai baru di tempat ini." Mereka akhirnya saling berjabat tangan menyetujui semuanya tampaknya Kyler sudah lupa dengan tantangannya yang ingin menyerang Kashel barusan.
"Besok kau juga akan berkenalan dengan pegawai-pegawai lainnya. Untuk malam ini mereka sedang sibuk dengan pekerjaan mereka, karena portal perbatasan akhir-akhir ini sangat tidak terkendali." Jelas Kashel.
"Dan perkenalkan orang ini bernama Rigel, semoga kalian bisa akrab. Rigel anak ini namanya Kyler, jadilah senior yang baik." Pinta Kashel sembari saling mengenalkan mereka satu sama lain, meskipun tidak ada tanda-tanda keakraban di wajah mereka.
"Oh ya dan satu lagi, di ruangan ini sebenarnya ada satu orang lagi. Jadi bukan hanya kita berdua. Umm, maksudku bertiga. Tapi saat ini orang satunya sedang tidak berada di kantor ini dan entah sampai kapan dia akan kembali." Kashel lupa tentang keberadaan Quirin sebelumnya jadi kemudian menambahkan kata tiga.
"Kuharap dia tidak kembali sekalian." Gumam Kashel bersemangat tapi tidak didengar oleh Kyler pria itu hanya menatap heran tingkah aneh Kashel, Rigel yang mendengarnya hanya memasang wajah datarnya dan pasrah melihat tingkah Kashel, tidak ingin ikut campur hal itu.
"Ternyata masih ada satu orang." Kyler penasaran dengan orang yang satu ruangan dengan Kashel. Lebih tepatnya penasaran dengan kemampuan orang itu. Kyler berencana menantang duel teman-teman kerjanya.
.
.
.
Keesokan harinya ...
Terlihat Kashel tengah tertidur di meja kerjanya sepertinya kelelahan karena bergadang menyelesaikan pekerjaannya.
Terlihat di meja lain di sudut ruangan, ada Kyler juga yang tengah tertidur di sana sejak tadi malam. Sepertinya mereka berdua tidak pindah ke dalam kamarnya sendiri. Semua orang yang bekerja di kantor itu mendapatkan fasilitas tempat tinggal. Sebagai kesatria penjaga batas ada kamar tersendiri untuk mereka di antara bangunan kantor itu.
Mereka juga dapat jatah makan, hanya saja di kantor batas senja ini. Mereka hanya diberikan bahan-bahannya saja, jika ingin makan mereka harus memasaknya sendiri.
Sebagai kantor yang dicap buangan, mereka tidak diberikan fasilitas koki. Tidak boleh sembarangan orang bekerja di situ tanpa izin dari Kantor Pusat.
Pintu ruangan itu terbuka, memperlihatkan seorang wanita seumuran Kashel masuk ke dalam. Gadis ini sepertinya pengecualian dari aturan yang tertulis untuk kantor itu.
Ia tidak permisi, masuk dengan sesuka hatinya. Di tangan kanannya ia membawa sebuah kotak bekal makanan. Ia menghampiri Kashel yang tengah tertidur dan menyentuh pipinya pelan.
"Kashel bangun, sudah pagi. Waktunya sarapan." Bisiknya di telinga Kashel.
"Bentar lagi sayang, masih mau peluk kamu. Hehehe." Kashel mengigau tidak jelas.
"Ekhm!" suara perempuan itu terdengar nyaring. Sampai-sampai membangunkan Kyler yang berada di sudut ruangan.
Kashel pun juga terbangun. "Mimpi mu indah sekali sepertinya." Ucap gadis itu dengan nada sedikit tinggu.
"Hehehe, apa aku masih bermimpi. Sayang!" perempuan itu mendorong wajah Kashel menjauh.
"Ini bukan mimpi kau tahu, ini aku Grizelle yang nyata. Sudah pagi, bangunlah dan sarapan!" Wanita itu akhirnya berkata dengan suara nyaring.
"Uwaa!" Kashel kaget sendiri tiba-tiba berdiri.
"Kapan kau sampai di sini?" tanya masih terkejut.
"Baru saja, oh iya aku membuatkan bekal untukmu." Grizelle memberikan bekal buatannya tidak terlalu ingin basa-basi, membahas keributan tadi.
Kashel terlihat bersemangat sekali, ia juga langsung melupakan kejadian barusan dan mengambil kotak bekal yang dibuatkan kekasihnya. Grizelle bukanlah wanita yang biasa memasak asal-asalan untuk kekasihnya. Ia cukup ahli dalam memasak dan masakannya sesuai dengan lidah Kashel, lebih tepatnya Kashel suka semua masakan Grizelle.
Di sudut ruangan terlihat seorang jomblo yang iri melihat kemesraan Kashel dan Grizelle. Kemudian ia ingin mengerjai kedua sejoli itu dengan meminta bantuan Quirin tapi tidak berhasil karena Grizelle ternyata benar-benar seorang wanita normal yang tidak bisa merasakan keberadaan para roh. Kashel yang menyadarinya menatap Kyler dengan pandangan mengejek. Akhirnya, pandangan Grizelle berhasil teralihkan saat Quirin menjatuhkan buku-buku yang ada di rak.
"Oh astaga, aku baru sadar jika ada seseorang di situ." Grizelle malu sendiri.
"Aku tidak menyangka akhirnya ada seorang yang mau satu ruangan dengan Kashel," Grizelle tampak semangat senang. Dan Kashel hanya menanggapinya tertawa.
Apa anehnya coba satu ruangan dengannya, meskipun dia memiliki sesuatu yang menakutkan aku tidak perduli, batin Kyler.
"Oh ya aku lupa memperkenalkan dirimu padanya Grizelle. Dia Kyler Lamont, pegawai baru di sini."
"Pegawai baru ternyata." Ucap Grizelle.
"Dan ini Faunia Grizelle. Dia kekasihku." Ucap Kashel sambil merangkul bahu Grizelle.
"Lagipula aku tidak akan mau dengan wanita itu meskipun dia menyatakan cintanya padaku dan berpaling darimu." Ucap Kyler percaya diri.
"Maaf sebelumnya, tapi semenjak pertama melihatmu aku pun tidak tertarik denganmu. Aku tidak akan pernah berpaling dari Kashel." Grizelle mendekatkan dirinya pada Kashel.
"Kashel pria itu mengesalkan aku ingin meninju wajahnya." Bisik Grizelle ke Kashel.
"Kau itu perempuan Zelle, jangan pernah bertingkah seperti itu. Meskipun kau kuat sekalipun."
"Hmm, aku hanya kesal saja tidak akan melakukannya kok," katanya sambil tersenyum pada Kashel.
"Oh iya aku harus segera kembali. Ada pekerjaan yang harus kulakukan." Grizelle pamit pergi, wanita itu terkadang memang suka mengunjungi Kashel ketika Kashel tidak bisa mengunjunginya, meskipun ia datang hanya sebentar saja.
"Selamat tinggal!" Grizelle melambai pergi setelah Kashel mencium keningnya.
Grizelle membuang wajah saat bertatapan dengan Kyler. Sepertinya pertemuan pertama mereka sungguh tidak menyenangkan.
"Cih!" Ketus Kyler.
.
.
.
Akhirnya satu persatu pegawai kantor itu pulang dari tugas mereka.
"Ahh! Aku lelah sekali. Aku akan tidur setelah ini." Ia bernama Chain, berbeda dari yang lainnya. Chain bersama roh pelindungnya Bow memiliki tipe elemen ganda ia bisa menggunakan elemen petir dan angin secara bersamaan. Dan tentu saja itu gampang menguras energi spiritualnya, membuatnya mudah kelelahan.
"Duh, menyebalkan mataku akan berkantung setelah tidak tidur semalaman." Keluh Anna Kirania yang memiliki roh pelindung bernama Penrad dengan kekuatan elemen angin.
"Bagaimana bisa roh kegelapan itu selincah itu, buang-buang waktu saja." Sesal Erphan yang memiliki roh pelindung bernama Quart berkekuatan tanah.
"Aku lapar ingin makan." Rintih Luan dengan didampingi roh pelindungnya Healer, tugasnya adalah menyembuhkan orang-orang yang terluka sehingga hal itu membuat energinya terkuras karena harus memberikannya pada orang-orang dan akhirnya mudah membuatnya kelaparan.
"Kuharap besok malam tidak ada kekacauan yang terjadi, aku ingin santai." Lirih Freda seorang gadis yang tidak memiliki kemampuan elemen dasar. Namun ia adalah pengguna kekuatan ilusi dan mampu menciptakan bayangan lalu ia jadikan senjatanya merubah wujud bayangan menjadi binatang buas untuk mengalahkan musuhnya. Roh pelindungnya bernama Shadow.
Kashel hanya bisa menanggapi mereka semua dengan tatapan iba. Seraya mengasihani dirinya sendiri yang juga diberikan tumpukan dokumen laporan.
"Kashel kami mempercayakan sisanya padamu, kami ingin istirahat dulu." Ucap Rigel Gibson pemiliki kekuatan tipe elemen api dan memiliki roh pelindungnya bernama Brandon.
"Hei Rigel bahkan semalam kau tidak turun ke lapangan, untuk apa kau beristirahat juga." Kashel memprotes kelakuan Rigel barusan, dan pria itu hanya tersenyum menanggapi Kashel sambil kabur melambaikan tangan.
"Dasar!" Kashel menyandarkan dirinya ke kursinya ia senang telah bisa memiliki banyak teman seperti sekarang.
Sebenarnya kisah kehidupan Kashel yang sekarang memiliki awal yang cukup panjang untuk dijelaskan. Sampai akhirnya Kashel sedikit mendapatkan kehidupan yang ia inginkan. Dan tentu saja akan ada perjalanan panjang ke depannya tentang takdir yang sedang menantinya. Di antara mereka semua orang yang telah kembali, hanya tinggal satu orang lagi yang belum kembali ke kantor itu, seseorang yang Kashel sebenarnya tidak juga harapkan datang kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
DMus
Ada penjelesanny kok
2022-10-11
1
Optimuscrime 🦊
pacarnya?
2022-10-11
1
Optimuscrime 🦊
bikin rusuh aja, org yg kena imbas
2022-10-11
1