"Kashel, Kashel. KASHEEEL!" tiba-tiba Kashel terkejut karena Rigel memanggilnya di sampingnya. Namun ada sebuah suara yang bukan suara Rigel, suara yang bagi Kashel tidak asing namun menyesakkan hatinya. Tapi Kashel tidak begitu ingat suara siapa itu, suara orang yang memanggilnya dengan kejam.
"Kau tertidur?" tanya Lyam dan Kashel mengangguk.
"Kubilang jangan tidur, aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Tapi kabut ini mengandung racun." Jelas Lyam.
"Apa sebaiknya kita kembali saja dulu," namun saat melihat ke arah belakang jalan pulang mereka menghilang menjadi hutan belukar. "Haha, roh ini mencari gara-gara rupanya." Lyam tertawa seram membuat Rigel dan Kashel merinding karenanya.
"Kalian berdua sebaiknya jaga diri kalian baik-baik. Aku belum tahu kabut ini mengandung racun apa, yang jelas sebaiknya kalian harus tetap hati-hati." Jelas Lyam dan mereka berdua pun mengangguk.
Akhirnya mereka sampai di desa itu setelah 2 jam perjalanan, ke desa terpencil. Mereka sampai di sana saat malam mulai larut.
Kedatangan mereka disambut oleh pria yang tadi siang melaporkan kejadian janggal itu pada mereka, yang ternyata pria itu adalah kepala desa di sana.
Tepat saat mereka sampai. Tiba-tiba ada seorang wanita yang berteriak ketakutan entah apa yang ia takuti. Ia mengambil pisau dapur dan mencoba untuk bunuh diri. Namun dengan sigap Lyam menggagalkan aksinya dan membuat wanita itu pingsan.
"Dugaan sementara, racun kabut ini sepertinya membuat orang jadi melihat rasa ketakutannya." Lyam berucap, menebak-nebak. Karena setelah memeriksa wanita itu kabut itulah yang membuatnya berhalusinasi. Kashel dan Rigel nampak terkejut.
"Kuharap kalian berdua yang sudah sempat terkontaminasi kabut ini, bisa menangani racunnya dengan baik. Karena hanya tubuh kalian yang bisa menyembuhkannya sendiri." Lyam seperti orang tua yang menasehati anak-anaknya, Rigel dan Kashel hanya mendengarkan ucapannya tidak bisa menganggukkan juga karena mereka belum tau yang akan terjadi pada mereka.
"Kashel aku berharap banyak padamu yang memiliki banyak ketakutan melebihi siapapun. Karena jika kau sampai mengamuk, aku tidak akan tahu apa yang akan terjadi pada diriku juga." Kashel menelan ludahnya takut.
"Waa! Lyam jangan menakuti aku. Seharusnya kau melakukan sesuatu untukku." Kashel merengek, ia sangat takut jika kedatangannya malah menyakiti orang lain.
"Tenangkan pikiranmu itu jangan panik seperti anak kecil, selama ini kau itu bisa mengatasinya. Tapi aku tidak tahu dengan temanmu," kata Lyam memandangi Rigel yang terlihat tidak baik-baik saja setelah mengetahui semuanya.
"Rigel kau tidak apa-apa kan?" tanya Kashel khawatir.
Kashel menyadari suara teriakan yang ia dengar saat tertidur tadi adalah suara dari masa lalunya. Ia benar-benar sudah terkena racun kabut itu.
"Aku baik-baik saja Kashel," kata Rigel setengah yakin.
"Jika ada yang membuat hatimu tidak nyaman, kuharap kau selalu ingat Rigel bahwa kau yang sekarang adalah yang sekarang, tidak sama dengan kau yang dulu." Kashel menyemangatinya, setelah ia terbayang masa lalunya yang terlupakan.
Selama ia bersama Kashel tidak pernah ada ekspresi khawatir dari pria itu, kecuali saat ia merasa takut dengan Lyam. Kashel menebak mungkin saja itu berasal dari masa lalunya sebelum bertemu Kashel.
Malam itu mereka berkeliling desa untuk mencari tanda-tanda keberadaan roh kegelapan yang entah bersembunyi di mana. Tentu saja mereka berempat tidak berpisah, Kashel sangat khawatir dengan keadaan Rigel yang wajahnya tiba-tiba berubah pucat.
Kashel menjaga Rigel dan roh pelindungnya yang sekarang bersembunyi di dalam tubuh Rigel dan Lyam tentu saja kehadirannya untuk menjaga Kashel ia tidak perduli pada orang lain. Asalkan Kashel aman.
.
.
.
Kiik! Kiik! Kiik!
"Perlihatkan aku kesedihanmu, dan aku akan memakanmu untuk membuatmu melupakannya," sebuah suara kasar bergema di udara.
Kashel, Lyam dan Rigel langsung mengambil posisi siaganya.
"Gawat kabut ini bertambah tebal," kata Kashel ketika jarak pandangnya menipis sehingga mereka bertiga berdiri sambil memunggungi satu sama lain.
"Kita tidak boleh sampai terpisah," kata Rigel sambil terus waspada dengan sekitarnya di atas mereka Brandon terbang dan melindungi mereka.
"Roh ini ternyata cukup merepotkan juga," ucap Rigel lagi. Lyam hanya diam saja, ia yakin bisa mengatasi hal ini tapi tidak yakin dengan kedua manusia yang tengah bersamanya.
SYUT!
Suara serangan benda tajam yang runcing seperti jarum raksasa datang dari udara.
TRING!
Lyam sigap menghalau serangan yang datang itu dengan pedang yang tiba-tiba muncul dari tangannya. Saat ini pakaian yang ia gunakan telah berubah menjadi jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya. Ia berubah ke dalam wujud bertarungnya menjadi Guardian.
Rigel juga sempat menghalau serangan itu. Sedangkan Kashel ia dilindungi oleh Lyam, Rigel dan juga Brandon. Kashel tidak bisa langsung menggunakan mantra penghalangnya karena tidak tahu serangan itu adalah serangan gaib atau nyata.
Jika itu serangan nyata ia akan terluka karena mantra penghalangnya tidak akan mempan untuk menghalau serangan itu dan tentu saja juga akan membuang tenaganya sia-sia. Pada dasarnya Kashel tidak begitu ahli dalam bela diri atau menangkis serangan lawan yang cepat.
"Bagaimana ini, kita tidak bisa bertarung dengan berdekatan seperti ini terus." Ucap Rigel yang sepertinya mulai membara. Tapi Kashel tetap khawatir padanya karena wajahnya masih terlihat tampak pucat, setelah terpapar kabut asap beracun ini.
Kashel yang lengah tidak melihat ada salah satu jarum raksasa yang datang ke arahnya karena rasa khawatirnya pada Rigel. Untungnya Lyam selalu sigap menjaganya. Ia dengan cepat menangkap jarum itu saat berada tepat di depan wajah Kashel.
"Kashel kau harus tetap fokus dan berhati-hati," Lyam memperingatkan Kashel sambil memperhatikan jarum yang ditangkapnya.
"Jarum ini beracun dan tidak bisa dihalau menggunakan mantra penghalang, kita tidak boleh sampai terkena benda ini." Jelas Lyam setelah memperhatikan jarum itu.
"Maafkan aku," kata Kashel merasa tidak enak karena merepotkan, ia di sini merasa jadi tidak berguna karena tidak bisa melakukan apa-apa.
Tiba-tiba sebuah serangan bertubi-tubi datang menghampiri mereka. Rigel dan Brandon sibuk menghalau benda itu untuk melindungi diri mereka sendiri. Sedangkan Lyam ia langsung melindungi Kashel di balik jubahnya yang besar dan bertarung sangat cepat untuk menghalau jarum-jarum itu. Lalu Lyam mengangkat Kashel ke udara mencari tempat aman.
"Hei apa yang telah kau lakukan? Kita terpisah dengan Rigel, Lyam." Protes Kashel.
"Tenang saja orang itu pasti bisa menjaga dirinya sendiri, dia sudah berpengalaman yang terpenting membawamu ketempat aman dahulu, orang yang tidak bisa bertarung sepertimu." Ucapan Lyam membuat Kashel hanya diam setelahnya, ia benar-benar beban di situ itulah pikirnya. Dan ia tidak bisa protes dengan banyak hal.
Lyam terus berjalan di tengah kabut sembari melindungi Kashel.
"Tempat ini, kurasa kita hanya berputar-putar saja." Jelas Lyam.
"Benarkah? Kalau begitu aku akan memanggil Rigel." Saat akan ancang-ancang berteriak Lyam membekap mulut Kashel.
"Hmmmpht! Hei apa yang kau lakukan?" Kashel menyingkirkan tangan Lyam.
"Kita tidak boleh berisik atau musuh akan mengetahui keberadaan kita, sepertinya makhluk yang membuat kabut ini pun tidak bisa memprediksi keberadaan kita setelah kita terpencar." Jelas Lyam karena tidak ada serangan setelah mereka pergi dari tempat awal.
"Oh. Oke, baiklah." sekali lagi Kashel langsung merendahkan suaranya mendengar apa pun yang Lyam katakan.
"Ketemu!" Suara kasar itu terdengar dekat dengan mereka. Sepertinya karena mereka sedikit berisik tadi keberadaan mereka diketahui.
DAR!
Serangan ledakan yang tiba-tiba terpaksa membuat Lyam melemparkan Kashel menjauh darinya.
Kashel tergulung-gulung akibat lemparan Lyam tapi tidak terluka karena ia dilemparkan Lyam di hamparan rumput yang tanahnya cukup lembab.
"Aduh!" Rintih Kashel mencoba bangun. Tetap saja, meskipun tidak terluka ia tetap merasakan sakit. Dan sekarang Kashel benar-benar sendirian di tengah kabut yang sangat tebal itu.
Ia tetap bersikap tenang. Sampai pada akhirnya pandangan yang ia lihat berubah menjadi kediamannya di masa lalu, rumah yang mengurungnya semenjak ia masih kecil hingga beranjak remaja. Rumah yang memaksa dirinya untuk menjadi seseorang yang tidak ia inginkan.
Kashel terduduk kaget, hal yang tidak ia inginkan adalah kembali ke rumah ini. Kashel belum menyadari hal itu adalah efek dari racun kabut yang sedang mengurungnya.
.
.
.
Di lain sisi Rigel saat ini ia tengah merasakan berada di sebuah lorong gelap dan sempit. Namun, ia tidak asing dengan tempat itu tapi ia tidak mengingatnya itu tempat apa.
"Kashel!"
"Lyam!"
"Brandon!"
Ia berteriak pun tidak ada yang menyahuti dirinya. Tidak ada seorang pun di situ. Bahkan roh pelindungnya sekalipun, ia terpisah dengannya dan membuat Rigel sedikit panik karenanya. Jika ia terpisah lama dengan roh pelindungnya nyawanya akan terancam.
"Mengapa aku bisa di sini, tempat apa ini?" tiba-tiba kepalanya berdenyut sakit.
.
.
.
"Sial, aku kehilangan mereka berdua. Roh ini benar-benar membuatku muak!" Kesal Lyam, yang sibuk dengan urusannya sendiri semenjak terpisah dengan teman-temannya.
Sepertinya aku harus benar-benar serius menghadapinya. Lyam kemudian mulai mengeluarkan salah satu kemampuan elemennya untuk bisa menghalau kabut paling tidak membuat jarak pandangnya melebar, ia menggunakan elemen angin bermaksud menyingkirkan kabut itu untuk bisa melihat sekitarnya.
Meskipun disapu dengan kemampuan elemen angin kabut itu dengan cepat kembali menjadi tebal dan kembali menyelimuti dirinya dan memperpendek jarak pandangnya lagi.
Hal ini terjadi karena sebagian besar kekuatan besar Lyam di segel, Lyam pada akhirnya hanya bisa menggunakan sebagian kecil kekuatannya. Benar-benar merepotkan untuknya, karena itu membuatnya menjadi lemah.
Tapi memaksakan menggunakan kekuatan besar, malah akan membebani tubuh Kashel yang masih belum terbiasa dengan kekuatan besarnya dan itu juga akan mempengaruhi Lyam karena ikatan yang terhubung pada mereka berdua. Sejatinya kekuatan apapun yang digunakan Lyam sudah pasti bisa digunakan Kashel juga.
Di sini Lyam cukup kewalahan untuk menghilangkan kabut tebal itu, dengan kekuatannya yang sekarang. Meskipun jika ia dihadapkan langsung dengan musuhnya ia akan cukup mudah menghadapinya dan mengalahkannya.
Hanya saja saat ini ia sedang terjebak di dalam jebakan musuh yang tentu saja itu sangat menguntungkan musuhnya dalam bertindak, ketimbang perlawanan Lyam. Lyam akhirnya berusaha memikirkan rencana, kekuatan apa yang cocok untuk menghalau kabut asap itu.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
DMus
Ada penjelasannya, Lyam itu siapa hehehe.
2022-10-11
0
Optimuscrime 🦊
lyam adalah the borders, manusia yg berbeda?
2022-10-11
1