"Kamu sudah kembali? Apa yang terjadi disana? Kamu tidak papa kan? Kali ini, apa yang mereka inginkan?". Sita langsung membanjiri Dara dengan beberapa pertanyaan begitu melihat Dara masuk. Dia bahkan sampai memutari tubuh Dara untuk memeriksa keadaannya.
"Hentikan. Aku tidak papa. Setidaknya aku berhasil lari dengan cepat sebelum mereka melakukan sesuatu padaku". Dara menanggapi dengan sikap tenang sambil berusaha melepaskan diri dari pemeriksaan Sita dan duduk disofa. Bahkan dia sedikit menyunggingkan senyum dibibirnya untuk meyakinkan sahabatnya itu.
"Apa maksudmu berhasil melarikan diri? Itu artinya... Mereka hendak melakukan sesuatu padamu? Begitu?". Sita yang masih penasaran mengikuti Dara ke Sofa dan duduk disampingnya.
"Ya. Tadi pak Dodi berusaha menangkapku. Untung saja ada pak Kenzie dan pak Noey disana, jadi aku bisa kabur dengan cepat darisana"
"Pak Kenzie dan pak Noey? Bukannya mereka berdua itu atasanmu dikantor? Bagaimana mereka bisa ada disana? Apa keluargamu mengenal mereka?". Sita kembali mengajukan banyak pertanyaan pada Dara dengan raut wajah penasaran.
"Aku juga tidak tahu. Tapi yang pasti pak Kenzie tidak pernah datang ke sebuah tempat sembarangan. Dia bahkan tidak pernah menghadiri pesta meskipun mendapatkan undangan langsung dari penyelenggara, lalu kenapa dia menghadiri pesta kak Nasya dan Lucky ya? Apa salah satu dari keluarga mereka memiliki hubungan yang baik dengan pak Kenzie?". Dara menatap Sita dengan tatapan heran saat dia memikirkan alasan Kenzie dan Noey datang ke pesta pertunangan Nasya.
"Mana aku tahu. Apa jangan-jangan... Kenzie itu adalah salah satu orang yang memiliki hubungan baik dengan nenekmu?"
"Hust! Jangan sembarangan bicara!" Dara langsung memperingatkan Sita untuk tidak sembarangan saat membicarakan Kenzie.
"Maafkan aku. Aku hanya asal bicara saja" ujar Sita dengan bibir mengerucut.
"Ya sudah tidak perlu dibahas lagi. Aku mau ganti pakaian dulu". Dara langsung beranjak pergi menuju kamarnya dan meninggalkan Sita yang masih kebingungan
"Eh tunggu. Ra, kamu belum mengatakan padaku apa yang diinginkan nenekmu itu! Jawab aku dulu! Apa yang diinginkan nenekmu?!". Sita terus berteriak sambil berjalan mengikuti Dara dari belakang namun diabaikan oleh Dara. Dia bahkan sampai mengetuk pintu kamar Dara berkali-kali namun tetap tidak ada tanggapan dari balik kamar Dara.
Dari balik pintu kamar.
Dara berdiri dibalik pintu dengan derai air mata dipipinya.
"Mah ... Pah... Kali ini apa yang harus aku lakukan? Aku tidak tahu apa yang direncanakan oleh nenek untuk mendapatkan sisa harta yang kalian tinggalkan untukku. Apa aku harus memberikannya lagi seperti sebelumnya?". Dara bergumam sambil menatap langit-langit dikamarnya. Tubuhnya pun terasa lemas dan dia terduduk dilantai sambil memeluk kedua lututnya sendiri.
...****************...
Keesokan harinya dikediaman Dermawan.
"Nenek, sebenarnya kenapa Nenek memanggil Dara kepestaku? Semuanya hampir saja berantakan karena kedatangan Dara. Perhatian semua orang tertuju padanya saat dia datang meskipun itu hanya sesaat. Padahal akulah bintang utama dipesta kemarin". Nasya mengeluh dengan manja pada bu Melati mengenai alasan kedatangan Dara.
"Maafkan Nenek, sayang. Nenek hanya ingin mengambil apa yang harusnya jadi milik Nenek saja. Meskipun dia adalah anaknya, tapi dia tidak pantas mendapatkan uang asuransi dan juga deposito itu. Dia itu hanya anak pembawa sial yang menyebabkan nenek kehilangan salah satu putra nenek saja. Jadi nenek harus mendapatkan uang itu bagaimanapun caranya. Nenek tidak sudi jika dia harus mendapatkan uang sepeser pun dari kematian putra Nenek". Bu Melati menjelaskan pada Nasya dengan sorot mata penuh kebencian.
"Tapi Nek, bukankah uang 3 milyar itu sama sekali tidak ada apa-apanya untuk Nenek? Nenek memiliki harta lebih dari itu dan pendapatan Nenek dari perusahaan juga bisa melebihi jumlah itu hanya dalam hitungan bulan saja. Kenapa Nenek sangat ingin uang itu?". Nasya memicingkan mata heran karena sang nenek berusaha keras mendapatkan uang deposito dari Dara.
"Itu memang tidak ada artinya untuk nenek, tapi bagi Dara itu adalah harta terakhirnya. Dengan uang itu dia bisa saja merubah nasibnya dan mewujudkan apa yang jadi impiannya. Nenek tidak suka itu. Nenek tidak akan biarkan dia hidup dengan mudah setelah apa yang dia lakukan pada pamanmu". Bu Melati terus bicara dengan penuh amarah.
"Lalu apa yang akan Nenek lakukan untuk dapatkan uang itu? Jika aku bisa membuat Dara memberikan uang itu... Apa aku boleh menggunakannya? Aku ingin pergi liburan keluar negeri". Nasya bertanya dengan penuh harap pada Melati.
"Hoho, tentu saja. Kamu bisa mengambilnya dan menggunakan uang itu untuk apapun yang kamu mau". Bu Melati tertawa bahagia saat mendengar Nasya akan mengambil uang itu dari Dara.
"Benarkah? Nenek serius? Aku bisa menggunakan uang itu untuk apapun yang aku mau?". Nasya pun terlihat antusias saat mendengar bu Melati menyetujui permintaannya.
"Tentu saja Nenek serius. Kamu boleh lakukan cara apapun untuk bisa merebut uang itu dari Dara dan menggunakannya semaumu"
"Baiklah kalau begitu. Aku akan mencari cara untuk bisa merebut uang itu dari Dara".
...****************...
Dara baru tiba dikantor setelah melewati akhir pekan yang cukup berat karena harus bertemu dengan neneknya sendiri.
"Selamat pagi bu Dara"
"Selamat pagi". Dara membalas sapaan dari rekan kerjanya dengan senyum tipis dibibirnya.
"Bu Dara, permisi! Ada undangan untuk anda", ujar resepsionis yang langsung memanggil Dara begitu melihatnya.
"Undangan apa? Sepertinya banyak pesta yang digelar?". Dara pun mendekati meja resepsionis dan bertanya dengan raut wajah heran.
"Saya juga tidak tahu, Bu. Tari undangannya diantar oleh pengirim paket kilat".
Dara mengernyitkan dahi hingga kedua alisnya hampir menyatu mendengar penjelasan dari resepsionis itu.
"Baiklah. Terima kasih", ujar Dara sambil berlalu pergi dengan undangan ditangannya. Dara membuka undangan amplop berisi undangan itu sambil menunggu lift.
Reuni akbar SMA? Jika itu reuni akbar berarti... Kak Nasya juga akan ikut diundang? Bagaimana ini? Haruskah aku pergi?.
Saat Dara baru naik lift sambil memikirkan undangan reuni. Ponselnya berdering.
Drrt drrt drrt
Dara merogoh ponsel didalam tasnya dan melihat nama yang tertera dilayar ponsel.
"Bunga?", gumam Dara sambil mengerutkan dahi
"Halo". Dara menerima teleponnya setelah merasa heran dengan nama orang yang menghubunginya.
"Halo, Ra. Apa kabar? Kamu sudah terima paket undangan yang aku kirimkan?", tanya Bunga yang merupakan teman satu sekolah Dara.
"Ya. Aku sudah menerimanya, tapi sepertinya aku tidak... "
"Eh, kamu harus datang. Sudah lama kita tidak ketemu. Teman yang lainnya juga akan datang. Aku yakin teman kita pasti senang karena bertemu kamu. Terlebih lagi reuni kali ini dihadiri oleh banyak alumni dari tahun-tahun sebelumnya juga". Bunga menyela ucapan Dara sebelum dia selesai bicara.
"Baiklah. Aku akan datang". Dara akhirnya setuju untuk hadir setelah Bunga membujuknya untuk datang.
"Baguslah. Kalau begitu sampai jumpa besok lusa"
"Ya, sampai jumpa".
Semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk disana.
Pikir Dara setelah mengakhiri panggilan teleponnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Ratu Emilly
pasti ini akal2an Nesya
2023-04-17
1
dike airlngga
bagus critax
2023-03-01
0
Wiwin Ma Vinha
rajin" up ya thor,biar yg baca juga semangatt🥰🥰
2023-02-28
1