Hari ini pesta pertunangan Nasya dan Lucky akan digelar. Dara sedang berdiri didepan cermin untuk merapikan penampilannya. Dia terlihat sangat cantik dengan mengenakan gaun berwarna peach berlengan pendek yang sedikit menunjukkan tulang selangkanya.
“Waah wah… Dara, kamu terlihat sangat cantik sekali hari ini. Apa kamu yakin akan datang kesana dengan penampilanmu saat ini?” Sita yang melihat pintu kamar Dara sedikit terbuka langsung masuk ke kamarnya dan bertanya dengan senyum lembut sambil menggelengkan kepala berkali-kali lalu duduk diranjang milik Dara.
“Ada apa? Apa ada yang salah dengan penampilanku?”. Dara sangat terkejut dan langsung berbalik menatap Sita untuk memastikan penampilannya. Dia bahkan berkali-kali menundukkan kepala melihat tubuhnya sendiri.
“Tidak ada. Hanya saja aku khawatir kalau Nasya akan marah padamu karena merasa tersaingi dengan kecantikanmu saat ini. Dia bisa saja cemburu karena kamu mencuri perhatian semua orang yang hadir dipesta pertunangannya”. Sita bicara dengan sikap yang tenang dan nada yang sedikit mencibir.
“Apa yang kamu katakan? Aku sama sekali tidak berniat seperti itu. Aku tidak ingin mendapatkan perhatian dari siapapun” ujar Dara yang sedikit salah tingkah karena mendapatkan pujian dari Sita.
“Dara, apa kamu tidak sadar kalau penampilanmu saat ini tidak seperti orang biasa? Kamu terlihat seperti putri dari keluarga bangsawan dinegara ini. Eh, kamu memang putri konglomerat ya. Jadi tidak mungkin kalau tidak ada yang menyadari akan penampilanmu itu”. Sita yang ceplas ceplos terus saja bicara tanpa memperhatikan ekspresi wajah Dara yang berubah muram.
“Itu dulu. Saat orang tuaku masih hidup. Sekarang aku bukan lagi bagian dari keluarga bangsawan. Aku hanya gadis biasa yang bekerja sebagai sekretaris diperusahaan ternama”. Dara berusaha bersikap tenang dengan senyum ketir yang terlihat dari wajahnya.
“Kamu tidak ingin merebut kembali semuanya?”, tanya Sita dengan sedikit ragu-ragu
“Apa yang mau kurebut? Tidak mungkin aku mengambil harta milik nenekku sendiri kan? Ya … meskipun dia tidak mau mengakui aku sebagai cucunya, tapi tetap saja dia nenekku”. Dara kembali menunjukkan senyum ketir dengan kedua bahu diangkat bersamaan.
“Ya sudahlah. Terserah kamu saja. Aku hanya bisa mendukungmu jika memang itu sudah jadi kepeutusanmu, tapi jika kamu memutuskan untuk merebut kembali semua hakmu, maka aku akan lebih mendukungmu”. Sesaat Sita terlihat acuh tak acuh, tapi setelah itu dia terlihat sangat bersemangat dengan sebelah tangan mengepal keudara.
“Hahaha … Terimakasih. Aku banyak berhutang budi padamu”
“Eyy, berhentilah bersikap kaku seperti itu. Aku tidak terbiasa melihatnya” ujar Sita dengan sedikit mencibir sambil beranjak pergi meninggalkan kamar Dara. Dara hanya tersenyum melihat sikap sahabatnya yang seperti itu.
Dara pun selesai dengan persiapannya dan bersiap meninggalkan apartemen Sita.
“Aku pergi dulu ya. Kamu yakin tidak ingin menemaniku pergi? Disana pasti ada banyak lelaki tampan yang hadir” tanya Dara memastikan pada Sita sebelum dia meninggalkan apartemen.
“Tidak, terimakasih. Aku tidak ingin mempermalukan diriku sendiri dengan muntah dihadapan banyak orang karena melihat akting mereka yang kemampuannya bisa melebihi artis peraih piala oscar”. Sita menanggapi Dara dengan sikap acuh tak acuh dan sedikit mencibir
“Ya sudah. Kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa”
“Ya hati-hati. Ingat untuk selalu waspada meskipun mereka itu keluargamu!”. Teriak Sita untuk mengingatkan Dara yang sudah melangkah keluar dari apartemen
“Semoga tidak terjadi apa-apa padanya” gumamnya lagi mendoakan Dara.
...****************...
Para tamu undangan mulai mendatangi kediaman Darmawan. Seperti pesta keluarga kaya lainnya, ini merupakan kesempatan untuk bersosialisasi dan mencari mitra untuk berbisnis. Para tamu saling berbincang dengan rekan bisnis lainnya untuk mencari keuntungan masing-masing.
Melati Darmawan yang merupakan tetua keluarga saat ini menyapa tamu undangan yang sudah hadir satu persatu. Delia pun melakukan hal yang sama sebagai menantu keluarga ini. Sedangkan Nasya masih berada diruang rias untuk menyempurnakan penampilannya.
“Bagaimana dengan penampilanku? Apa ini sudah sempurna?” tanya Nasya pada kedua teman baiknya yang menamani dia diruang rias. Dia mengenakan gaun berwarna coklat muda dengan model kemben yang terdapat sedikit aksen bunga-bunga kecil dibagian depannya. Rambutnya disanggul modern dengan sedikit bagian depan menjuntai.
“Tentu saya, Sya. Kamu akan jadi calon pengantin tercantik dinegara ini. Aku yakin semua orang akan merasa iri dengan kecantikanmu” , puji Dina, salah satu teman baik Nasya.
“Benarkah sampai seperti itu? Aku tidak ingin kalian terlalu melebih-lebihkan”. Nasya kembali menanggapi dengan tersipu malu namun sebenarnya dia merasa senang dan bangga atas pujian yang dia terima.
“Kami tidak melebih-lebihkan. Kamu memang terlihat sangat cantik hari ini”. Lisa yang juga teman Nasya ikut menanggapi temannya itu.
“Terimakasih”. Nasya pun tersenyum bahagia dan bangga mendengar pujian dari kedua sahabat baiknya. Sedangkan kedua sahabatnya saling menatap dengan tatapan mendelik dibelakang Nasya.
Tok tok tok
“Waah … Putri Mama sangat cantik sekali. Mama yakin semua orang akan terpesona dengan kecantikanmu hari ini” ujar Delia yang datang untuk menjemput Nasya.
“Benarkah Mah? Apa aku benar-benar terlihat cantik? Aku tidak ingin mengecewakan Lucky. Aku ingin membuat hari ini sangat berkesan untuk kami” ujar Nasya dengan tatapan penuh harap menunggu jawaban sang ibu
“Tentu saja sayang. Kamu adalan calon pengantin paling cantik yang pernah Mama lihat, dan Mama yakin kalau Lucky juga akan berpikiran hal yang sama dengan Mama” Delia bicara sambil berjalan mendekati Nasya dan berdiri dibelakangnya sambil memegangi kedua bahunya.
“Terimakasih, Mah. Aku merasa sangat gugup tadi, tapi sekarang aku merasa lebih baik”
“Kalau begitu kamu sudah siap untuk turun ke ruang perjamuan? Semua orang sudah menunggumu dan Lucky juga sudah datang” ujar sang ibu lagi yang berusaha menenangkan sang putri.
“Iya, Mah. Aku siap”
“Baiklah. Jangan sampai kamu melakukan kesalahan, karena kalau sampai itu terjadi maka kamu sendiri yang akan menanggung malu”
"Iya, Mah. Aku mengerti". Nasya menanggapi dengan senyum sambil menganggukkan kepalanya. Mereka pun berjalan bersama menuju ruang perjamuan..
Semua orang terpana saat melihat Nasya dan ibunya menuruni tangga menuju ruang jamuan. Diujung tangga sudah berdiri Lucky yang akan menyambut sang calon tunangannya.
"Kamu terlihat sangat cantik hari ini" ujar Lucky sambil mengulurkan sebelah tangan untuk menyambut Nasya.
"Kamu juga terlihat sangat tampan" jawab Nasya sambil menyambut uluran tangan Lucky disertai senyum lembut diwajahnya.
"Waah kalian sangat serasi"
"Selamat ya"
Semua orang memberikan selamat saat lucky dan Nasya berjalan melewati mereka untuk sampai ke tengah perjamuan dan saling bertukar cincin.
Diluar kediaman Darmawan, Dara baru saja tiba dengan menggunakan taksi. Cukup lama dia berdiri didepan pintu gerbang sambil menatap kedalam rumah itu.
"Akhirnya aku kembali kemari setelah sekian lama. 2 tahun rasanya waktu yang lama namun aku sama sekali tidak bisa lupa akan semuanya" gumam Dara menatap sedih rumah besar itu lalu masuk kedalam.
Dari kejauhan, seorang pemuda juga menatap kedalam rumah besar itu dengan tatapan yang dingin.
"Kamu yakin tidak ingin masuk kedalam dan melihat situasinya?" tanya Noey memastikan
"Tidak. Kamu saja yang masuk kedalam lalu berikan hadiahnya. Jangan terlalu lama karena aku tidak suka menunggu. Aku juga tidak ingin ada pebisnis yang tahu kalau aku ada disini"
"Baik. Aku akan segera kembali kemari" Noey pun beranjak masuk dan membiarkan Kenzie menunggunya didalam mobil sambil membaca dokumen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments