Dara masih terus saja termenung setelah dia pulang dari tempat kerjanya.
“Hei! Apa yang kamu pikirkan? Aku lihat sejak kamu pulang dari kantor, kamu terus saja melamun” ujar Sita sambil menjentikkan jarinya tepat dihadapan Dara. Dia adalah satu-satunya sahabat Dara. Dan selama 2 tahun ini mereka telah tinggal bersama di apartemen milik Sita.
“Aku memikirkan atasanku” Dara yang tersadar dari lamunannya karena Sita, menanggapi dengan wajah yang masih bingung.
Sita pun terlihat bingung dengan dahi berkerut.
“Ada apa dengan atasanmu?”
“Tidak ada apa-apa. Hanya saja tadi aku melihat dia saat sedang bicara dengan karyawan lain. Dia terlihat sangat dingin. Ekspresi wajahnya terlihat seakan itu bukan pak Kenzie yang aku kenal” Dara bercerita dengan ekspresi wajah yang terlihat tak percaya.
“Bukannya dia memang orang yang seperti itu? Dulu kamu pernah bilang padaku kalau atasanmu terlihat sangat dingin dan menyeramkan”
“Eh? Kapan aku mengatakan hal seperti itu?” Tanya Dara yang bingung dan tidak merasa pernah mengatakan pada Sita kalau Kenzie adalah orang yang dingin.
“Dulu. Saat kamu melakukan interview langsung dengannya” Sita pun menjawab dengan apa adanya
“Benarkah? Tapi selama 2 tahun aku bekerja disini … pak Kenzie itu orang yang hangat dan baik. Dia juga ramah dan sangat sopan. Bahkan setiap pak Noey, asisten pak Kenzie datang kemari dari Negara A, pak Kenzie selalu terlihat bercanda dengannya” Dara terlihat sangat antusias saat dia menceritakan Kenzie.
“Apa benar dia seperti itu? Kalau begitu, mungkin saja saat ini pak Kenzie mu itu sedang ada masalah makanya dia terlihat tidak senang saat bicara dengan rekan kerjamu yang lain” ujar Sita dengan sikap yang tenang. Dara seakan mempertimbangkan apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu.
“Ya, mungkin saja apa yang kamu katakan itu benar” Dara mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan Sita, meskipun dia juga masih bingung dan tidak percaya.
“Oh iya Dar, apa kamu sudah dengar kabar tentang mantan pacarmu itu? Ku dengar dia akan bertunangan dengan saudara sepupumu” Sita mengganti topik pembicaraan mereka dengan membahas masalah Dara.
“Aku tidak peduli” Dara menanggapi dengan acuh tak acuh dan beranjak pergi meninggalkan Sita ke dapur
“Apa benar kamu sudah tidak peduli?!” Sita berteriak pada Dara yang kini berada didapur agar dia mendengarnya.
“Tidak ada gunanya lagi membahas pria mata duitan seperti dia. Aku merasa beruntung karena kak Nasya mau mengambil sampah seperti dia dari hidupku. Jika tidak, sudah pasti pria kurang ajar itu terus menempel padaku” Dara yang baru saja kembali dari dapur dengan segelas minuman
ditangannya menanggapi dengan sikap yang sinis.
“Kamu benar. Aku tidak bisa bayangkan jika pria itu masih berada disampingmu”. Dara tidak lagi menanggapi Sita, pikirannya melayang pada saat dia dan Lucky masih bersama.
Flash back on
“Dara, apa kamu lelah? Aku telah lama menunggumu disini” Seorang pria menjemput Dara dikampusnya setelah dia selesai kuliah
“Kamu sengaja menjemputku?” tanya Dara yang merasa terharu karena dijemput oleh sang kekasih.
“Tentu saja aku menjemputmu. Saat ini aku sedang cuti kerja, tentu saja aku akan jadi pacar yang baik untuk gadisku” Dara semakin terharu dengan wajah yang tersipu malu mendengar ucapan Lucky .
“Baiklah. Ayo pergi” Dara pun mengajak Lucky untuk pergi dari kampusnya
“Ra, apa kamu mau pergi makan dulu? Ini sudah mulai sore, aku yakin kamu tidak sempat makan siang karena ada mata kuliah kan?” Lucky bicara dengan lembut saat dia berjalan menuju mobil bersama Dara.
“Boleh. Memangnya kita mau makan dimana?” tanya Dara dengan senyum manis dibibirnya.
“Ada restoran yang bagus disekitar sini”
“Baiklah”
Pikiran Dara beralih pada waktu lain dimana Lucky mengakhiri hubungan diantara mereka begitu saja.
“Dara, sebelumnya aku ingin minta maaf padamu. Tapi sepertinya kita sudah tidak bisa lagi bersama” Lucky bicara dengan ekspresi sedih di wajahnya. Dara yang sudah cukup lama menjalin hubungan dengan Lucky merasa kalau saat ini dunianya tiba-tiba hancur. Air matanya langsung mengalir deras setelah mendengar ucapan Lucky.
“Kenapa? Apa aku melakukan kesalahan?” tanya Dara dengan derai air mata dipipinya.
“Tidak. Kamu sangat baik dan aku merasa nyaman denganmu. Hanya saja … aku sudah merasa kalau hubungan ini tidak bisa diteruskan lagi. Ada sesuatu dalam hubungan kita yang membuatku merasa kurang. Jadi jalan terbaik adalah berpisah. Selamat tinggal” Lucky langsung berlalu meninggalkan Dara yang masih kebingungan dan sedih.
“Tunggu! Kamu harus jelaskan dulu apa salahku. Kamu tidak bisa pergi begitu saja … hiks … hiks …” Dara bertanya dengan sedikit berlari mengejar Lucky yang sudah masuk kedalam mobilnya, namun Lucky mengabaikannya dan tetap berlalu pergi meninggalkan Dara yang terduduk di pinggir jalan dengan derai air mata diwajahnya.
Hati Dara masih belum sembuh dari lukanya yang disebabkan oleh Lucky. Kini dia merasa luka itu kembali dipukul dengan benda yang berat ketika sepupunya mengenalkan pacar barunya pada Dara.
“Ra, kenalkan. Ini Lucky, pacar baruku” Nasya memperkenalkan Lucky dengan nada bicara yang terlihat bangga dan percaya diri.
“Oh, selamat ya. Kalian memang serasi” Dara yang sesaat terkejut, mulai paham dengan situasinya dan menanggapi dengan acuh tak acuh
Flash back off
“Ra! Ra! Dara!”
“Iya? Apa?” suara Sita kembali menyadarkan Dara dari lamunannya
“Apa lagi yang kamu lamunkan? Jangan bilang kalau kamu memikirkan mantan kurang ajarmu itu?” Sita bicara dengan sikap yang sinis
“Tidak. Tidak sama sekali” Dara kembali menanggapi dengan sikap yang acuh tak acuh.
“Baguslah. Tidak ada gunanya kamu mengingat pria seperti dia. Lebih baik sekarang kita tidur saja. Besok kita harus kembali bekerja” ujar Sita sambil berbaring ditempat tidurnya.
Sementara Sita tertidur lelap, Dara masih termenung memikirkan masa lalunya hingga dia bari bisa tidur saat menjelang pagi.
Keesokan harinya, Dara tiba dikantor setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya bersama Sita.
“Selamat pagi bu Dara?”
“Pagi” Dara menjawab dengan sopan dan senyum tipis setiap kali ada yang menyapanya.
“Bu Dara, kita memiliki masalah!” ujar salah seorang karyawan ketika melihat Dara yang baru saja tiba.
“Apa yang terjadi?” tanya Dara yang penasaran melihat pria
yang panik itu.
“Salah satu supplier tidak mengirimkan bahan baku untu produksi kita. Akibatnya produksi hari ini terhambat” pria itu menjelaskan dengan ekpresi panik diwajahnya.
“Tenanglah. Apa mereka memberitahu alasan kenapa tidak mengirimkan bahan yang kita butuhkan?” tanya Dara lagi dengan sikap yang tenang
“Mereka tidak memberitahu saya alasannya, tapi mereka bilang jika bu Dara datang kesana, maka mereka akan menjelaskan apa yang terjadi” terangnya lagi menjelaskan pada Dara.
Dahi Dara berkerut dengan senyum mencibir dibibirnya
“Mereka ingin aku datang kesana? Apa mereka sengaja membuat masalah dengan perusahaan kita? Berani sekali” ujar Dara sambil menggelengkan kepalanya berkali kali.
“Saya juga tidak tahu Bu. Tapi mereka bilang, mereka hanya akan mengirimkan pasokan bahan baku jika kita menuruti apa yang mereka inginkan”. Dara semakin heran dan tidak mengerti dengan apa yang diinginkan oleh supplier itu.
“Baiklah. Aku akan langsung pergi kesana. Jika pak Kenzie menanyakanku, katakan kalau aku pergi menemui supplier bahan baku. Mereka pikir mereka itu siapa berani membuat ulah dengan perusahaan kita? LIhat saja, jika mereka sudah tidak ingin beroperasi, maka aku akan mengabulkannya” gumam Dara dengan seringai tipis dibibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Anggun Alda
Dara itu seperti kisah Gina buyutnya kenzie
2022-11-23
0
🍓🍓🍓
seperti kisah cheva saat mengambil alih perusahaan bukan yg supliernya mau bermain curang..sedikit lupa krna udah lama😁
2022-09-08
0
🌊Nada cinta🌊
semoga bukan jebakan Batman 🤣🤣
2022-09-05
2