Noey dan Mariana sudah tiba dibandara Negara D. Mereka tiba bersama dengan menggunakan penerbangan yang sama. Mariana menggunakan masker dan kacamata berjalan dengan anggun ditemani Noey disampingnya. Mereka bersikap biasa saja dan tidak terlalu menunjukkan hubungan mereka. Ada beberapa orang yang menyadari kedatangan Mariana dan mendekatinya untuk meminta tanda tangan dan foto bersama, namun Noey sedikit memberi jarak darinya karena tidak ingin privasinya juga terganggu oleh paparazzi.
“Mariana! Bolehkan kami minta tanda tanganmu dan foto bersama?” ujar salah satu dari beberpa orang yang telah berkumpul
“Tentu”
Mariana pun menyetujuinya dengan sikap yang sopan dan senyum yang ramah. Dia memberikan tanda tangan satu persatu dan berfoto dengan mereka sementara matanya sesekali melirik pada sang suami yang berdiri mengawasi tidak jauh darinya.
Setelah selesai melayani penggemarnya, Mariana kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan bandara diikuti Noey yang berjalan disampingnya.
“Ternyata susah juga kalau punya istri seorang artis cantik” ujar Noey sedikit menggoda sang istri
“Bukannya kamu sudah tahu resikonya punya istri seorang artis? Aku bertanya apakah harus meninggalkan dunia keartisan atau tidak. Kamu bilang tidak perlu karena aku lebih dulu terjun ke bidang ini sebelum kenal denganmu, jadi ya … mau bagaimana lagi” Mariana pun menanggapi dengan senyum lembut dibibirnya.
"Aku hanya ingin kamu bebas melakukan apapun tanpa menjadikan aku sebagai halangannya. Jika memang kamu sudah tidak ingin berakting lagi, maka kamu bebas berhenti kapan saja. Sebaliknya, kalau kamu ingin terus berakting maka lakukan saja. Aku akan selalu berdiri dibelakangmu dan menunggumu". Noey bicara dengan sangat lembut. Senyum manis juga selalu terlihat dari bibirnya.
"Terimakasih".
Mereka pun pergi meninggalkan bandara dan bergegas kerumah yang telah disiapkan Noey.
...****************...
Sementara itu diperusahaan.
Kenzie sedang sibuk diruangannya dengan tumpukan dokumen yang harus dia periksa. Dia memanggil Dara keruangannya melalui sambungan telepon.
Tuut tuut tuut
"Ya, Pak?" tanya Dara menerima telepon Kenzie
"Tolong datang keruangan saya sebentar" ujar Kenzie pada Dara
"Baik, Pak" Kenzie langsung menutup teleponnya dan menunggu Dara datang keruangannya
Tok tok tok
"Permisi, Pak" Dara mengetuk pintu dan menunggu sampai Kenzie memberikan dia izin untuk masuk.
"Ya, masuk"
Dara pun langsung masuk setelah mendapatkan izin dari Kenzie.
"Bapak memanggil saya?" tanya Dara dengan sopan
"Ada sesuatu yang ingin saya tanyakan padamu".
Dara mengernyitkan dahi dan menunggu pertanyaan yang akan Kenzie ajukan padanya.
"Ada apa, Pak? Sepertinya ini masalah yang sangat serius" ujar Dara menanggapi Kenzie.
"Apa kamu kenal keluarga Darmawan?". Ekspresi wajah Dara langsung berubah suram. Dia terlihat kesal, benci dan juga bingung mendengar pertanyaan Kenzie.
"Darmawan mana? Nama keluarga saya memang Darmawan, tapi ada banyak keluarga dengan nama keluarga Darmawan selain keluarga saya". Dara berusaha bersikap biasa saja, namun dia tidak menyadari kalau dari nada bicara dan sikapnya kini berubah sinis dan dingin.
"Melati Darmawan, apa kamu mengenalnya?" tanya Kenzie lagi memperjelas.
Tanpa sadar Dara mengeratkan giginya mendengar nama itu. Dia seakan berusaha untuk menyembunyikan sesuatu dari Kenzie.
"Tidak, Pak. Saya tidak mengenalnya", jawab Dara dengan sikap yang dingin.
"Oh, baiklah kalau begitu. Karena kamu memiliki nama belakang Darmawan, kukira kamu mengenal keluarga itu", ujar Kenzie lagi menjelaskan maksud pertanyaannya.
"Tidak, Pak" Dara kembali menjawab disertai gelengan kepala bersamaan.
"Baiklah, kamu bisa kembali ke tempat kerjamu"
"Baik, Pak. Permisi". Dara berbalik dan meninggalkan ruangan Kenzie setelah mendapat anggukan kepala dari Kenzie.
Kenzie yang merasa curiga dengan sekretarisnya terus menatap punggung Dara hingga gadis itu meninggalkan ruangannya.
"Ada yang kamu sembunyikan. Aku tahu itu. Cepat atau lambat, kamu pasti akan datang padaku" gumam Kenzie sambil menatap kearah pintu.
Sementara itu dari balik pintu kantor Kenzie, Dara berdiri dengan kedua tangan mengepal disamping.
"Melati Darmawan. Kamu bukan siapa-siapa lagi bagiku. Aku tidak ingin berhubungan lagi dengan kalian" gumam Dara yang terlihat marah dan kesal.
...****************...
Dikediaman Darmawan
Rumah besar keluarga itu telah dihias dengan sedemikian rupa untuk merayakan pesta pertunangan Nasya dan Lucky. Bunga yang cantik, lampu yang berwarna-warni, kain yang dijadikan sebagai dekorasi, semuanya ditata sedemikian rupa untuk menampilkan kesan mewah dan indah.
Disana terlihat seorang wanita tua dengan memegang tongkat ditemani seorang wanita yang lebih muda dan juga 2 orang pria sedang memperhatikan setiap sudut ruangan.
"Apa semuanya sudah diperiksa?" tanya siwanita tua dengan sikap yang tenang dan penuh wibawa. Dia adalah Melati Darmawan, neneknya Nasya.
"Sudah nyonya, saya sudah memastikan kalau semuanya sudah disusun dengan sedemikian rupa" jawab salah satu pria dengan penuh hormat
"Delia, kamu harus pastikan lagi semuanya. Jangan sampai ada kekurangan sedikitpun. Aku tidak ingin ada kekurangan saat pesta cucuku nanti" ujar wanita tua itu lagi dengan sikap yang dingin.
"Baik, Bu. Aku akan pastikan kalau pesta pertunangan Nasya berjalan dengan sempurna" jawab Delia, Ibu Nasya dan merupakan menantu dikeluarga Darmawan.
"Bagus. Akan ada banyak tamu undangan dari kalangan pebisnis, jadi jangan sampai membuat nama baik kita tercoreng karena pesta ini. Kita harus bisa membangun banyak kerjasama dengan para kolega dan juga pebisnis yang ada" ujar nenek Melati lagi menegaskan.
"Baik, Bu. Saya mengerti"
...****************...
Dara sudah kembali dari kantor. Dia terlihat murung dan lemas sambil berbaring dikursi. Sita yang sudah duduk lebih dulu memperhatikan gelagat sahabatnya yang terlihat bingung itu sejak dia datang.
"Apa kamu baik-baik saja? Ada apa lagi? Apa terjadi masalah lagi dikantormu?" tanya Sita yang duduk tidak jauh dari Dara.
"Besok pesta pertunangan kak Nasya akan digelar. Dia mengundangku, tapi aku. bingung. Apa aku harus hadir atau tidak". Dara menjelaskan pada Sita tanpa menatapnya sama sekali. Matanya tertuju pada arah lain dengan tatapan yang terlihat kosong.
"Kamu akan masuk kerumah itu lagi? Bukannya kamu sudah tidak ingin kesana? Apa kamu sudah lupa dengan apa saja yang sudah kamu terima selama berada dirumah itu?". Sita terlihat kesal saat mendengar Dara sepertinya mempertimbangkan untuk menghadiri pesta.
"Bukannya sebelumnya kamu yang memintaku pergi?". Dara menatap Sita dengan tatapan heran.
"Aku memang bertanya apa kamu akan datang atau tidak, tapi aku tidak benar-benar memintamu pergi kesana" ujar Sita kembali menjelaskan. Dara tidak menanggapinya lagi dan kembali diam dengan segala pikirannya.
"Kamu tidak benar-benar berniat pergi kerumah sialan itu lagi kan?" tanya Sita lagi yang mulai cemas dengan keputusan Dara
"Apa yang harus aku lakukan? Keluarga Darmawan … Baiklah aku akan datang kesana" Dara mengabaikan pertanyaan Sita dan memutuskan untuk pulang kerumahnya dan menghadiri pesta pertunangan Nasya dan Licky.
"Tapi Dar, bagaimana kalau ternyata mereka memiliki niat buruk padamu saat pesta nanti?" Sita kembali khawatir dengan keputusan yang diambil Dara.
"Tidak perlu khawatir. Tidak akan terjadi apapun padaku. Lagipula disana ada banyak tamu undangan yang hadir, jadi mereka tidak akan mungkin melakukan hal yang mencoreng nama baik keluarga Darmawan"
"Ya, semoga saja begitu"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Pepi Elian
👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼
2022-09-18
0
MeyBee28
nahhhh .. pas dara ada sesuatu di rumah itu .. pas kenzi tau terus bilang kalo dara adalah kekasihnya ..
2022-09-18
0
Nani Naya
Dara nanti ketemu Kenzie dirumah keluarga Darmawan
2022-09-18
0