Dara langsung bergegas pergi ke kantor supplier perusahaan setelah diberitahu kalau mereka tidak ingin mengirimkan bahan baku.
“Selamat pagi. Saya ingin bertemu dengan direktur perusahaan ini” Dara bicara dengan sikap yang tenang pada resepsionis yang bertugas.
“Maaf, apa anda sudah membuat janji sebelumnya?” tanya resepsionis itu dengan sopan dan senyum yang manis.
“Belum. Katakan saja kalau sekertaris pak Kenzie dari perusahaan Kusuma ingin bertemu” Dara kembali menanggapi dengan sikap yang dingin.
“Mohon tunggu sebentar. Saya akan memberitahu sekertaris pak Bobi terlebih dahulu” Dara mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan resepsionis itu.
Dara menoleh kesana kemari memperhatikan perusahaan supplier itu selagi menunggu sang resepsionis.
“Permisi, Bu. Sekertarisnya bilang kalau pak Bobi akan terlambat hari ini karena beliau sedang ada meeting diluar kantor” Resepsionis itu memanggil Dara setelah dia menghubungi sekertaris atasannya dan mengatakan apa yang disampaikan sekertaris itu.
Dara menyeringai tipis mendengar ucapan resepsionis itu padanya.
“Dia ingin aku datang kemari dan sekarang dia tidak ada ditempat? Apa dia sedang mempermainkanku?” ujar Dara yang kesal karena merasa dipermainkan. Diapun mengeluarkan ponsel dari tasnya dan menghubungi Kenzie.
Tuut tuut tuut
Cukup lama Kenzie menerima teleponnya karena saat ini dia sedang berada dalam perjalanan.
“Halo” terdengar suara Kenzie yang tenang dari ujung telepon.
“Pak Kenzie, maaf mengganggu anda. Saat ini saya sedang berada diperusahaan supplier kita karena mereka tidak mengirimkan bahan baku yang kita butuhkan, tapi direktur perusahaan sedang tidak ada, jadi saya tidak bisa melakukan negosiasi dengan mereka” Dara menjelaskan pada Kenzie apa yang sedang terjadi sekarang.
Kenzie tersenyum tipis mendengar ucapan Dara
“Katakan pada mereka jika dalam waktu 1 jam mereka tidak memberikan alasan yang masuk akal, maka kita tidak akan menggunakan bahan baku dari perusahaan mereka lagi. Kamu bisa langsung kembali kekantor setelah 1 jam menunggu disana” Kenzie bicara dengan sikap yang tenang dan lembut.
“Baik, Pak. Saya mengerti” Dara pun langsung menutup teleponnya setelah dia mendapatkan istruksi dari Kenzie. Setelah itu Dara kembali mendekati resepsionis untuk mengatakan pesan Kenzie pada mereka.
“Saya hanya akan berada disini selama 1 jam. Jika dalam 1 jam atasan anda tidak menemui saya dan memberikan penjelasan mengenai alasan perusahaan anda tidak mengirimkan bahan baku pada kami, maka saya akan menghentikan kerjasama perusahaan kita dan mencari supplier lain” ujar Dara dengan sikap yang tenang dan penuh wibawa.
“Baik, Bu. Saya akan sampaikan pada sekertaris pak Bobi” Dara menganggukkan kepala tanda setuju dan berbalik untuk duduk disofa yang tersedia dilobby perusahaan itu.
Sementara itu resepsionis tadi terlihat panik mendengar ucapan dari Dara dan dengan cepat menghubungi sekertaris Bobi lagi
“Halo, ada apa lagi?” tanya sekertaris Bobi dengan nada yang malas
“Maaf Bu. Sekertaris pak Kenzie mengatakan kalau dia hanya akan menunggu selama 1 jam. Jika dalam waktu 1 jam pak Bobi tidak menemuinya dan memberikan penjelasan, maka mereka akan memutuskan kerjasama dengan kita dan mencari supplier lain yang akan memasok bahan baku pada perusahaan mereka”
“Eh? Kenapa bisa seperti itu?” sekertaris Bobi terlihat terkejut dan bingung setelah mendengarkan pesan dari Dara.
“Saya tidak tahu, Bu. Saya hanya menyampaikan saja. Saat ini sekertaris pak Kenzie masih menunggu dilobby” Resepsionis itu kembali menjelaskan dengan sikap yang tenang.
“Baiklah, saya mengerti. Terimakasih”
“Sama-sama Bu” Resepsionis itu langsung menutup teleponnya setelah dia menyampaikan pesan dari Dara.
Sekertaris Bobi pun terlihat panik setelah mendengar pesan dari resespionis itu
“Bagaimana ini? Kami sengaja menunda pengiriman agar mereka mau bernegosiasi dan menaikan harga pembelian mereka. Jika sampai perusahaan ini tidak lagi menjadi pemasok bahan baku untuk perusahaan Kusuma, maka sudah pasti citra perusahaan ini akan rusak. Apa yang harus aku lakukan sekarang?” gumam sekertaris Bobi dengan sikap yang terlihat panik.
“Sebaiknya aku hubungi pak Bobi dulu”. Sekertaris itu pun langsung meraih ponsel miliknya yang tergeletak diatas meja dan menghubungi atasanya
Tuut tuut tuut
“Ayo cepat pak Bobi, angkat teleponnya” gumam sang sekertaris sambil menggigit sendiri kuku tangannya karena panik
“Ya, ada apa Rita?” Tanya Bobi begitu dia menerima telepon dari sekertarisnya.
“Gawat Pak. Kita sedang dalam masalah besar” ujar sekertarisnya dengan panik.
“Tenanglah dulu. Masalah apa?” tanya Bobi yang mulai penasaran.
“Sekertaris pak Kenzie datang kemari untuk menanyakan alasan kita tidak mengirimkan bahan baku kepada mereka. Saya mengatakan padanya kalau anda sedang ada meeting diluar, lalu dia bilang dia hanya memberikan waktu 1 jam untuk kita. Jika anda tidak datang dan menemuinya dalam waktu 1 jam, maka mereka akan mencari supplier lain” jelas sang sekertaris menerangkan
“Apa? 1 jam? Aku sudah hampir sampai ditempat meetingku, bagaimana aku bisa sampai ke perusahaan kita dalam waktu 1 jam?” Bobi Nampak panik mendengar ucapan seketarisnya.
“Apa? Anda sudah hampir sampai? Itu berarti anda baru akan tiba disini setelah hampir 2 jam? Lalu bagaimana ini?” sekertaris Bobi semakin panik mendengar lokasi keberadaan atasannya sekarang.
“Begini saja. Kamu temui sekertaris pak Kenzie dan minta dia untuk sedikit mengulur waktu dan menungguku. Aku akan langsung putar arah dan kembali kekantor sekarang” ujar Bobi dengan sikap yang tenang
“Baik, Pak. Saya akan coba bicara dengannya” ujar sang sekertaris yang langsung menutup teleponnya dan bergegas turun untuk menemui Dara.
“Semoga dia mau memberikan kelonggaran pada kami. Haaah bagaimana bisa pak Bobi berpikir untuk mengambil keuntungan lebih dari perusahaan Kusuma?” Rita menghela napas panjang ketika dia mengeluh atas
tindakan atasannya yang ingin mendapatkan keuntungan lebih dari perusahaan Kenzie.
Setelah berjalan dengan langkah cepat, akhirnya Rita tiba di lobby. Dia mendekati resepsionis untuk menanyakan keberadaan Dara
“Dimana sekertaris pak Kenzie?” Tanya Rita dengan napas sedikit terengah-engah
“Disana, Bu” Resepsionis itu langsung menunjuk pada Dara yang duduk menunggu dengan sikap anggun. Dia duduk bersandar dengan kaki disilang dan memainkan ponsel ditangannya.
Rita berjalan mendekati Dara yang sedang fokus pada ponselnya. Dia menghela napas panjang terlebih dahulu untuk mengatur pernapasannya.
“Haah”
“Permisi, Bu Dara?”
Dara yang sedang fokus memainkan ponselnya langsung mengangkat kepala dan menatap Rita yang berdiri dihadapannya.
“Ya?” Dara menanggapi dengan sikap yang tenang.
“Saya Rita, sekertaris pak Bobi. Mari ikut saya keruangan pak Bobi. Kita akan bahas mengenai kesalah pahaman ini” ujar Rita yang berusaha tersenyum meskipun dia sedang terengah-engah
“Dimana atasan kalian? Aku diperintahkan pak Kenzie untuk bicara langsung dengan beliau” ujar Dara dengan sikap yang tenang dan senyum yang terlihat dingin.
“Beliau sedang dalam perjalanan, jadi sebaiknya kita menunggu diatas saja” Rita tidak memberitahu lokasi keberadaan bobi dan meminta Dara untuk naik keruangan milik bobi dan menunggunya disana.
“Baiklah” Dara pun setuju dan mulai beranjak dari tempat duduknya
“Apa anda ingin kopi? Biar saya ambilkan?” sekertaris Bobi berusaha menahan Dara sampai atasannya itu tiba dikantor
“Tidak perlu repot-repot. Terimakasih” Dara menolak dengan sikap yang tenang disertai gelengan kepala perlahan.
“Sama sekali tidak merepotkan. Biar saya ambilkan” Rita langsung bergegas ke pantry meskipun Dara telah menolak tawaran kopi darinya.
Sambil menunggu, Dara terus melihat jam tangannya untuk mengetahui berapa lama lagi waktu yang dia butuhkan untuk tetap berada diperusahaan Bobi.
1 jam telah berlalu namun Bobi masih belum tiba dikantor. Dara pun beranjak dari tempat duduknya untuk meninggalkan perusahaan Bobi.
“Bu Dara, anda mau kemana?” tanya Rita yang panik melihat Dara berdiri dan bersiap pergi.
“Sudah 1 jam aku disini. Sekarang sudah waktunya untuk kembali keperusahaanku” jawab Dara dengan sikap yang dingin
“Tunggu! Saya memiliki kue, maukah anda mencobanya? Sedikiiit saja” ujar Rita yang berusaha menahan Dara
“Tidak. Terimakasih” Dara menanggapinya dengan sikap dingin dan bersiap untuk tetap pergi.
“Tunggu bu Dara. Eum setelan baju anda terihat bagus, damana anda membelinya?” Rita kembali mencoba menahan Dara dengan senyum canggung diwajahnya.
Dara memicingkan mata dan menatap Rita dengan tatapan heran.
“Bu Rita, apapun yang anda lakukan, itu tidak akan berhasil. Karena pak Kenzie hanya meminta saya menunggu selama 1 jam, jadi sekarang ini kita sudah tidak menjadi
rekan bisnis. Pemutusan kontrak kerjasama akan segera saya kirimkan” Dara bicara dengan sikap yang dingin sambil berlalu melewati Rita.
“Bu Dara! Anda hanya seorang sekertaris. Anda tidak bisa seenaknya memutuskan kontrak kerjasama kita secara sepihak!” Dara mengernyitkan dahi dengan sedikit senyum mendengar ucapan Rita
“Apa saya tidak salah dengar? Perusahaan anda yang terlebih dahulu membuat ulah, sekarang anda mengatakan kalau saya yang berbuat seenaknya? Huh Lucu sekali! Anda ini seperti maling teriak maling” ujar Dara
dengan nada bicara yang mencibir
“Apa katamu?!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Ani
ini cerita klan Kusuma kah..
Anak anak Radit dan saudaranya kak?? maaf baru tadi malam nemu cerita ini bacanya juga sambil ngantuk 😁😁😁😁😁 .. sepertinya perlu baca ulang dari bab awal nih..
2023-06-24
0
Anonymous
Ok
2023-04-11
0
Anggun Alda
seruuuu ..
2022-11-23
0