...Perkenalan...
Tanyaku sembari mencoba memecahkan keheningan, karena kita hanya berdua duduk dan mencoba menepi di tengah hujan yang sangat lebat.
"Ah, aku sebenarnya sangat suka hujan... Sedari dulu hujan sudah seperti bagian dalam hidupku, kamu tidak akan pernah bisa merasakan sensasi dimana kamu layaknya anak kecil yang sambil tersenyum menari-nari di tengah hujan" ujarnya panjang lebar sembari menceritakan.
"Lah kenapa dia kayak aku, dulu!!" Jawabku dalam benakku.
"Kamu kenapa? Aku aneh ya?" Tanyanya.
"Ah, nggak kenapa-kenapa!" Jawabku.
"Hm, banyak yang bilang kalau aku aneh karena aku suka bermain hujan. Padahal sebenarnya aku ini lemah dan gampang sakit, ibuku selalu memarahi aku jika aku bermain hujan tetapi aku sangat suka sekali main hujan-hujanan!" Ujarnya.
"Hm, Childs!" Jawabku.
"Apa?" Tanyanya.
"Ah, enggak kenapa-kenapa kok!" Jawabku.
"Hadeuh untung dia gak denger (wkwkwk)" ujarku dalam benakku.
ooOoo
Jarak terkadang membuatnya menjadi asing, membuat seseorang tak percaya akan kekuatan cinta. Silangit yang sama kamu berada, namun belum kamu temukan satu sosok pilihan-Nya.
Bagiku hidup hanya selalu hitam dan putih, kebahagiaan akan selalu berbanding lurus dengan kesedihan. Kita hanya menunggu waktunya bergiliran bukan?. Begitupun dengan kesunyian. Hari ini terasa ramai, mungkin esok kita akan berdialog lagi dengan kesendirian.
Meski dalam keramaian aku masih merasa kesepian, entah kenapa sunyi sepi ku rasa tanpa seseorang yang bisa menemani ku di kesendirian ini, tak terasa sudah semakin jauh aku berjalan sendiri.
Egois ku rasa bila aku mengeluh saja tanpa mau berusaha, entah kenapa goresan pena ku sampai pada titik kosong dimana tinta hitam yang ku tulis diatas kertas putih ternyata telah habis, setiap yang ku tulis sesuai dengan perjalanan hidup dimana hati menangis menjerit menceritakan setiap perjalanan hati yang lirih, meski sang waktu berbicara dengan nada yang lirih sambil di temani sang piano yang terus berbunyi dengan merdunya seperti melodi sendu yang menohok hati.
Jarum jam terus berdetak kencang ke arah sumbu yang tak terbatas dengan penuh ke haluan aku terus bertanya kepada diriku sendiri, hari ini apakah akan lebih baik dibandingkan hari-hari sebelumnya atau malah akan memberikan aku kesibukan uang sebenarnya membawaku pada rasa takut untuk memulai perubahan.
Beberapa perasaan tak ingin diabadikan. Mereka hanya ingin dititipkan dan dilepaskan di waktu yang baik. Bukan, bukan karena kata sementara itu menyenangkan, hakikatnya, yang singkat tak akan pernah sepadan.
Bukan juga karena kata selamanya terdengar mustahil, sejatinya taka ada yang bisa terjadi di bumi, kalau kau bertanya kenapa, sebenarnya aku juga tidak tahu.
Aku bukan perasaan. Aku hanya berada di tubuh seorang perempuan yang tiap langkahnya berhadapan dengan perasaan. Dan sejujurnya tak enak, membosankan, mudah senang, mudah kecewa, mudah sedih, tapi juga mudah memaafkan. Meskipun sebenarnya aku sulit untuk melupakan dirinya.
Cuma bisa saling memandang satu sama lain, terdiam dan termenung saja. Tanpa ada suara, seperti ada dinding besar dan tinggi yang membuat kita saling berjauhan satu sama lain. Diam tanpa kata, tersemu sepi suaranya dan tak pernah terlintas dipikiran ku akan berjumpa dengan sosok lelaki yang pernah aku cintai namun hanya wajahnya saja yang sama, tapi tidak dengan perasaannya entahlah dia bukan dia.
Aku hanya bernaung terhadap sang rindu berharap dan mencoba mengenang dirinya, aku tak pernah mengenal lelaki yang kini ada di samping diriku. Dia datang menghampiri diriku, ya hujan turun di waktu yang tak sama. Aku sadar aku suka hujan, tapi kini rasanya aku melupakan masa-masa indah itu. Lalu kenapa dia datang dan menunjukkan kecintaannya terhadap sesuatu yang sama dengan diriku.
"Ehmm.." ujarnya memecahkan keheningan.
"Kayaknya aku baru lihat kamu!" Ujarnya.
"Ah, masa!" Jawabku.
"Iya, aku belum kenal siapa kamu. Btw boleh kenalan!" Serunya.
"Hmm, boleh" jawabku tanpa ekspresi.
"Nama ku Dewa!" Ujarnya sembari mengulurkan tangannya seraya memperkenalkan dirinya.
Aku sebenarnya malas jika berkenalan dengan orang asing, tapi kenapa seperti ada sesuatu yang membuat dia nampak terlihat hangat dan perhatian meski kita baru pertama kali berjumpa. Senyuman yang manis dan juga sapaan yang humoris membuatnya mudah dikenali meskipun bayang-bayang David selalu terlintas dipikiran ku.
"Ah, aku Ecca" jawabku sembari mengulurkan tangan ku.
Lalu entah kenapa terasa hening, dan tiba-tiba dada ku terguncang hatiku terasa sakit gemetar di seluruh tubuhku, aku berdesir seraya merasakan sesuatu yang aneh.
"Ah, dia bukan David!" Ujarku dalam benakku seraya mencoba untuk menahan air mataku yang sedari tadi ingin mengalir.
Aku sadar betul aku tak ingin kehilangannya, tapi kenapa sosok David kembali hadir dalam hidupku. Dewa kenapa kamu mirip sekali dengan David, sebenarnya aku tak ingin berjumpa dengannya lagi tapi kenapa harus seperti ini. Aku tak tahu Tuhan apa aku sanggup menahan semua cobaan ini, aku hanya ingin dia kembali pada ku tapi aku sadar David telah tiada dan dia Dewa bukan David.
"Ah, namanya yang bagus!" Serunya.
"Hm..." Kemudian aku menjauh darinya perlahan dari bangku yang kita duduki bersama.
"Kenapa hujan belum reda juga padahal aku tak enak hati jika bersama dengan orang ini!" Seruku dalam benakku.
"Kayaknya kamu dari universitas yang sama dengan ku!" Ujarnya.
"Hmm, kalau ia emang kenapa?" Tanyaku.
"Enggak kayaknya kamu itu cewek yang waktu di angkot itu ya?" Tanyaku.
"Hmm" jawabku singkat.
"Kenapa jawabnya singkat banget, kamu lagi sariawan ya?" Tanyanya.
Kemudian aku menoleh ke arah samping seraya memalingkan wajahku.
"Hm" jawabnya.
Kenapa sih Dewa, wajahnya sama kayak David. Dadaku terasa sesak aku tak sanggup lagi jika harus berdekatan dengan dia. Kenapa aku harus berada di situasi seperti ini, aku hanya ingin David ada di sisi ku tapi kenapa ini malah Dewa.
"Dia Dewa bukan David!" Ujarku dalam benakku.
Beberapa perasaan tak ingin diabadikan. Mereka hanya ingin dititipkan dan dilepaskan di waktu yang baik. Bukan, bukan karena kata sementara itu menyenangkan, hakikatnya, yang singkat tak akan pernah sepadan.
Bukan juga karena kata selamanya terdengar mustahil, sejatinya taka ada yang bisa terjadi di bumi, kalau kau bertanya kenapa, sebenarnya aku juga tidak tahu.
Aku bukan perasaan. Aku hanya berada di tubuh seorang perempuan yang tiap langkahnya berhadapan dengan perasaan. Dan sejujurnya tak enak, membosankan, mudah senang, mudah kecewa, mudah sedih, tapi juga mudah memaafkan.
Kadang ingin sekali aku hidup di dalam pikirannya, iya dia seorang laki-laki yang dari tadi cuma mendengar, cuma membaca, tapi tak pernah merasa.
ooOoo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments