Episode 4

...Penampilan Baru...

Perselisihan pasti ada perbedaan pasti ada semua terjadi karena kita sahabat saling membantu dan membutuhkan, ingatkah tentang kertas bekas? Kertas bekas di bawah mejaku berisikan kenangan indah bersamamu sahabatku, sahabat terbaikku hujatan berceceran kepadaku masalah berdatangan kepadaku tetapi engkau sahabatku tak pernah mengeluh untuk menyemangatiku.

"Ecca, ngapain di luar malah ngelamun ajah!" Seru sahabat ku Deva dan Devi.

"Kalian ini ngagetin aku ajah!" Jawabku.

"Lagian kamu dari tadi kita liatin ngelamun ajah, entar kesambet!" Seru Deva.

"Ia, pagi-pagi gini enaknya kita makan nih!!" Ujar Devi.

"Ini lagi malah makanan dipikirin!" Jawab Deva.

"Ya, maaf soalnya perutku udah bernyanyi nih!" Ujar Devi sembari mengelus perutnya.

"Gak masuk kelas Ca?" Tanya Deva.

"Ia, ini juga aku mau masuk kelas!" Jawabku.

Sebenarnya aku tak enak hati menceritakan kejadian tadi pagi saat aku naik angkot dan berjumpa dengan seorang cowok yang mirip banget sama David, dari pada aku cerita lebih baik aku diam sajah.

ooOoo

Beberapa perasaan tak ingin diabadikan. Mereka hanya ingin dititipkan dan dilepaskan di waktu yang baik. Bukan, bukan karena kata sementara itu menyenangkan, hakikatnya, yang singkat tak akan pernah sepadan.

Bukan juga karena kata selamanya terdengar mustahil, sejatinya taka ada yang bisa terjadi di bumi, kalau kau bertanya kenapa, sebenarnya aku juga tidak tahu.

Aku bukan perasaan. Aku hanya berada di tubuh seorang perempuan yang tiap langkahnya berhadapan dengan perasaan. Dan sejujurnya tak enak, membosankan, mudah senang, mudah kecewa, mudah sedih, tapi juga mudah memaafkan.

Kadang ingin sekali aku hidup di dalam pikirannya, iya dia seorang laki-laki yang dari tadi cuma mendengar, cuma membaca, tapi tak pernah merasa.

Gemericik suara hujan menggertap di dedaunan. Suara runcing berdenting di kalbu, serasa menyebut namaku. Suaramukah itu, kekasih?

Bagaimana mesti menerjemahkan perasaan rindu seperti ini? Jarak, seperti hamparan kuburan tua yang angker dan menakutkan. Menoreh luka yang dalam bagai getar yang datang dan pergi. Kilat dan guruh tak letih sabung menyabung di langit.

Gelap bayangan hutan merasuk mataku seperti hantu. Dan siut angin merintih seperti mendesakkan sejuta tanya yang tak kutahu apa jawabnya, "Apakah kau juga tengah memikirkan diriku saat ini?"

Makin larut aku dalam perjalanan sendiri. Menghitung langkah, di tengah malam berkabut dan jalan lengang sunyi. Mengejar muram sosok rembulan yang larut dalam tarian hujan. Samar pucat parasnya menggigil sendirian Dan suara itu masih terdengar, menyeru di kejauhan.

Kau pancarkan kebahagiaanmu dari mata air yang tersembunyi. Seperti ketika laut pasang di bawah tatapan lembut sang matahari mendatangkan kegembiraan yang tak terlukiskan. Sepasang lima jari yang terkembang ke empat penjuru samudra saat menghantarkan puja kepada yang maha kuasa. Ia yang memberi kita segala kenikmatan. Ia yang kepadanya kita berpulang.

Menjamah pusat rindu yang gaib, mencumbui perasaan  garib yang sebelumnya tiada dikenal. Waktu yang memetakan segala ingatan purba atas raga kita yang fana, telah tumbuh menjadi kenangan baka atas lebatnya hutan rimba belantara dan sebuah sendang kecil di tengah tengah pulau terpencil yang dikelilingi oleh lembah yang permai dan perbukitan perak yang dulu sekali sering engkau jelajahi.

Gunung gunung yang menjulang tinggi di kejauhan seakan menantang untuk ditaklukkan. Langit biru terhampar di atas padang gundul terbentang jauh hingga ke semenanjung yang sebelumnya tak pernah dijamah. Semua yang dulu cuma bagian dari lintasan sejarah, namun kini selamanya telah jadi pengingat akan dirimu. Semua yang dulu pernah mengungkapkan seluruh jejak petilasan dan penaklukanmu.

"Kayaknya ada yang berubah nih?" Tanya Deva.

"Ia kayak ada yang punya penampilan baru gitu!" Ujar Devi.

"Maksud kalian?" Tanyaku.

"Tuh!!" Seru Deva dan Devi.

"Owh ini?! Iya Alhamdulillah sekarang aku berhijab, do'ain aku ya supaya bisa Istiqomah" ujarku.

"Ia kita selalu mendukung apapun yang kamu suka kok Ca!" Seru Deva.

"Ia apalagi sekarang kamu jadi tambah cantik!!" Ujar Devi.

"Alhamdulillah, makasih!!" Jawabku.

"Hijab bukan hanya untuk wanita yang pandai agamanya saja. Hijab juga bukan hanya untuk wanita yang pandai mengaji saja. Tapi hijab adalah kewajiban bagi semua wanita yang mengaku dirinya muslimah."

Sebenarnya, untuk berhijab butuh proses panjang yang harus aku lalui. Mulai dari rasa takutku, marah, kecewa dan juga rasa cintaku menjadi satu kesatuan. Aku sebenarnya tak tahu bagaimana ini semua bisa terjadi yang aku tahu Allah selalu ada bersama diriku dan selalu menyertai dalam kehidupan dan dalam hembusan nafasku.

"Ketika mengambil keputusan dengan melibatkan-Nya, lalu melepaskan sesuatu yang kita senangi karena alasan-alasan syar'i. Jangan takut! Karena Allah akan menggantinya untukmu bahkan lebih, percayalah."

"Saat melihat Ecca berhijab, aku juga jadi pengen pake hijab juga nih!!" Seru Devi.

"Kamu ini entar pake jilbab kamu pakai dan kamu lepas lagi!" Ujar Deva.

"Ya enggak lah aku juga pengen kayak Ecca yang selalu Istiqomah!!" Seru Devi.

"Sebagai sahabat, kita selalu mendukung keputusan kamu kok Ecca yang penting kamu bahagia!!" Ujar Deva.

"Makasih ya kalian itu memang best friend aku banget!!!!" Ujarku sembari memeluk Deva dan Devi sahabat ku.

Sepertinya persahabatan aku dengan duo Dev, bukan hanya sekedar hubungan erat persahabatan tetapi aku sudah menganggap Deva dan juga Devi seperti saudari ku sendiri, maklum karena aku anak satu-satunya jadi aku merasa kalau Deva dan Devi juga merupakan saudari ku.

Wahai saudari, matahari tidak kehilangan keindahannya saat tertutup awan. Begitu juga dengan kecantikanmu yang tidak akan pudar saat engkau mengenakan hijab.

Dengan menutupi aurat, kita menghargai diri kita sendiri dan keluarga serta pasangan hidup. Walaupun bukan berarti wanita hijab menjadi wanita yang paling muslimah, namun dengan memperbaiki diri dengan hijab, maka Allah SWT secara perlahan akan menuntun kita ke jalan yang lebih baik.

Manusia di zaman purba hampir telanjang. Setelah kecerdasannya berkembang, mereka mulai berpakaian. Yang kupakai sekarang ini melambangkan peradaban dan pemikiran tertinggi yang pernah dicapai manusia. Hal ini bukan suatu kemunduran. Membuka pakaian itulah kemunduran yang akan membawa kita kembali ke zaman purba.

Aku berhijab bukan karena aku sudah menjadi baik ataupun shalihah. Tapi ini adalah cara bagiku untuk menjadi muslimah taat yang baik dan shalihah.

Dengan penampilan baru ku ini aku berharap aku bisa menjadi orang yang lebih baik lagi ke depannya, dan aku berharap aku bisa melupakan David. Maksud ku bukan melupakan segala kenangan baiknya tetapi aku hanya ingin menjalani kehidupan ku kembali, aku yakin di setiap peristiwa pasti ada hikmahnya.

ooOoo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!