Episode 5

...Menyimpan Rasa...

Wahai saudari, matahari tidak kehilangan keindahannya saat tertutup awan. Begitu juga dengan kecantikanmu yang tidak akan pudar saat engkau mengenakan hijab.

Dengan menutupi aurat, kita menghargai diri kita sendiri dan keluarga serta pasangan hidup. Walaupun bukan berarti wanita hijab menjadi wanita yang paling muslimah, namun dengan memperbaiki diri dengan hijab, maka Allah SWT secara perlahan akan menuntun kita ke jalan yang lebih baik.

Manusia di zaman purba hampir telanjang. Setelah kecerdasannya berkembang, mereka mulai berpakaian. Yang kupakai sekarang ini melambangkan peradaban dan pemikiran tertinggi yang pernah dicapai manusia. Hal ini bukan suatu kemunduran. Membuka pakaian itulah kemunduran yang akan membawa kita kembali ke zaman purba.

Aku berhijab bukan karena aku sudah menjadi baik ataupun shalihah. Tapi ini adalah cara bagiku untuk menjadi muslimah taat yang baik dan shalihah.

Dengan penampilan baru ku ini aku berharap aku bisa menjadi orang yang lebih baik lagi ke depannya, dan aku berharap aku bisa melupakan David. Maksud ku bukan melupakan segala kenangan baiknya tetapi aku hanya ingin menjalani kehidupan ku kembali, aku yakin di setiap peristiwa pasti ada hikmahnya.

ooOoo

Saat itu, aku hendak ke perpustakaan kampus dan tak sengaja bertemu kak Fikri.

"Ecca!!" Serunya.

"Eh, kak Fikri Assalamualaikum!!" Ujarku

"Wa..waalaikum salam!" Jawabnya

Tak pernah berusaha untuk menjauh darinya tapi aku juga tak pernah berusaha untuk membencinya atau menjadikannya pelarian saja, kak Fikri bukan hanya sebagai mentor ku saja dia bagaikan sosok kakak dan juga panutan bagi diriku.

Kini kak Fikri bekerja di kampus sebagai Asisten Dosen, dia sangat baik hati dan banyak wanita yang memuja dan juga mencoba mendekati dirinya.

Namun nampaknya, kak Fikri tak pernah mengalihkan perhatiannya dia tetap saja mendekati ku. Meskipun sebenarnya aku tak pernah menaruh hati padanya, aku hanya mencoba bersikap biasa saja di depannya meski aku sendiri sadar betul tentang perasaannya padaku. Berulang kali dia mencoba menembakku namun selalu aku tolak, dan setelah ia tahu tentang David dia juga masih bisa bersikap seperti biasa saja.

"Sebenarnya apa dia memang kak Fikri yang aku kenal?" Tanyaku dalam benakku.

Nampaknya dia terkejut dengan perubahan pada diriku.

"Ecca kamu kok, syukurlah sekarang kamu sudah berhijab!" Ujar kak Fikri.

"Ia kak Alhamdulillah" jawabku.

"Aku senang melihat kamu sekarang wajah kamu jadi lebih cerah dan berseri-seri" ujar kak Fikri.

"Te.. terimakasih kak!" Jawabku.

"Btw, kamu ngapain disini?" Tanyanya.

"Ah, aku lagi mau nyari buku kak!" Jawabku.

"Buku apa?" Tanyanya.

"Buku teori tentang seni!" Jawabku.

"Owh kayaknya ada disebelah sana!" Ujarnya.

"Makasih kak!" Jawabku.

"Ia sama-sama!" Ujarnya.

Kemudian datang seorang gadis...

"Kak Fikri!!" Serunya sembari memanggil kak Fikri.

"Kakak kok dari tadi malah disitu sih?" Tanyanya.

"Dia siapa kak?" Tanyanya.

"Ehhmm..." Lalu kemudian kak Fikri hanya terdiam dan gadis itu memegang erat lengan kak Fikri dan lalu mengajaknya pergi.

"Aku permisi dulu ya Ca!" Ujarnya.

"Ah, ia kak!" Jawabku.

"Nampaknya kak Fikri sekarang jadi tambah terkenal, hmmm syukurlah!" Ujarku.

Kenapa hati ku begini, harusnya aku senang dong melihat kak Fikri jadi banyak yang suka. Tapi kok aku jadi malah tambah sakit ya, hmmm aneh.

Kemudian aku mengambil buku di perpustakaan...

"Ah, tinggi banget sih!" Seru ku dalam benakku.

"Apa gak ada bangku atau semacamnya...?" Ujarku.

Saat aku mencoba mengambil buku, lalu tiba-tiba...

"Ah....!" Seruku.

"Da .. David?" Tanyaku.

"Ah, apa?" Tanya lelaki itu.

"Ah, terimakasih!" Ujarku.

"Ia sama-sama!" Jawabnya.

Aku tak menyangka bisa sedekat ini dengan sosok lelaki misterius yang aku kira David karena dia mirip sekali dengan David, tapi....

Lantas kemudian dia pergi meninggalkan diriku ...

"Hei ngapain ajah kamu dari tadi di sini?" Tanya Deva.

"Ya ngerjain tugaslah!" Jawabku.

"Btw, kenapa sekarang kak Fikri di kerubutin cewek-cewek gitu!" Ujar Devi.

"Ya wajarlah kak Fikri kan sekarang Asisten Dosen!" Jawab Deva.

"Tapi yang jadi masalah itu bukan Asisten Dosennya tapi kenapa dia jadi terlihat keren gitu!" Ujar Devi.

"Hadeuh mulai deh !!!" Jawab Deva.

Kalau saya adalah ini, yang membuat senyummu, maka dia adalah orang lain yang membuat air matamu jatuh. Jangan marah kepadamu yang sudah membuat lingkungan jadi indah, tentram dan damai siapkan sekarang, kamu ingin siapa yang datang menghiburmu?.

Kepala Sekolah membawa risoles dari kantin? Menteri Pendidikan membawa kunci jawaban? Malaikat membawa buah-buahan dari sorga? Pengusaha muda membawa yang harum pewangi? Ahli nujum? Tukang pijit? Tentara? Penari? Atau saya saja yang membawa kata-kata pilihan, saya akan senang mengatakannya dan kamu senang. Jangan nangis, nanti kamu sakit kepala, ada yang perlu saya bantu?.

Albert Einstein melakukan kesalahan kalau ingin benar-benar sama dengan diriku, dia tidak memilihmu menjadi kekasihnya sehingga dia tidak bisa sendirian di kamar dan ingin bertemu denganmu!.

Setiap hal ketika aku menunggumu, waktu berjalan menjadi lebih lambat untukku, malam berjalan lebih lambat, siang berjalan lebih melambat, jam dinding bergerak lebih lambat, usia bertambah lebih lambat, dan saat mana jantung ku berdetak lebih cepat melebihi kecepatan cahaya oleh keinginan bertemu denganmu.

"Owh iya tugas yang itu aku juga belum selesai nih!" Ujar Deva.

"Kamu udah Vi?" Tanya Deva.

"Belum !" Jawab Devi.

"Ngerjain bareng dong!!" Ujar Deva dan Devi.

"Aku gak mau ya, sistem kebut semalam!!" Ujarku.

"Siap bos!!" Jawab Deva dan Devi.

Kemudian kami pun mengerjakan tugas bersama di kampus, padahal jam sudah menunjukkan pukul 17:00. Dan nampaknya aku dan Duo Dev bakalan buru-buru mengerjakan tugas nih.

"Nih minum dulu!" Ujar kak Fikri.

"Eh kak Fikri!" Jawab Deva.

"Buat aku mana?" Tanya Devi.

"Ia nih pokoknya buat kalian bertiga!" Jawab kak Fikri.

"Kakak belum pulang?" Tanya Deva.

"Belum!" Jawabnya.

"Padahal sebenarnya dia kan udah seharusnya pulang, tapi ngapain masih disini?" Tanyaku dalam benakku.

"Kamu kenapa Ca ngeliatinnya sampai sebegitunya?" Tanya Devi.

"Ah, enggak!" Jawabku sembari melanjutkan mengerjakan tugas.

Kemudian kak Fikri duduk di samping ku, aku berkilah dan mencoba menjaga jarak dengannya. Nampaknya kak Fikri merasa sadar dan mencoba sedikit menjaga jarak dariku.

"Kalian berdua kayak lagi marahan?" Tanya Devi.

"HuUuuSTtt!!" Jawab Deva.

Lalu aku dan kak Fikri saling memandang satu sama lain...

"Ehhhmmm!!" Ujar Devi.

"Huammm!!" Seru Deva.

Nampaknya sedari tadi aku dan kak Fikri jadi gugup sendiri, tetapi meski begitu saat memandang kak Fikri hati ku kenapa jadi sakit.

"Apa dia merasakan hal yang sama?" Tanyaku dalam benakku.

ooOoo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!