...Di Kampus...
"Mba!!!" Seru lelaki itu.
Saat ku menoleh...
"Eh, David!!!" Ujarku.
"Mba, tasnya jatuh!!" Seru lelaki itu.
"Ah, ia makasih!!" Jawabku.
"Kok mukanya, kayakk....!!" Ujarku dalam benakku.
Kemudian lelaki itu turun tepat di gedung fakultas kesenian, sama seperti kampus ku.
"Lah kok dia bisa berhenti disini?" Tanyaku dalam benakku.
"Eh, mba bayar dulu!!" Seru sopir.
"Owh iya maaf pak sopir saya lupa!" Jawabku.
Kemudian aku masuk ke dalam gedung tempat ku berkuliah sembari mengikuti lelaki itu, karena aku merasa penasaran kenapa wajahnya mirip sekali dengan David. Tapi padahal di kampus ini, setau aku gak ada tuh yang mirip David apalagi tiruannya tapi ini kenapa bisa mirip sekali dengannya sampai matanya, dan juga suara David aku sangat mengenalinya tapi kenapa dia tiba-tiba ada.
"Apa aku hanya bermimpi?" Tanyaku dalam benakku sembari mencubit tanganku.
"Aduh, enggak ini nyata dan bukan mimpi!!" Seru ku.
"Tapi kalau dia David kenapa dia tak mengenali diriku?" Tanyaku.
ooOoo
"Manusia di zaman purba hampir telanjang. Setelah kecerdasannya berkembang, mereka mulai berpakaian. Yang kupakai sekarang ini melambangkan peradaban dan pemikiran tertinggi yang pernah dicapai manusia. Hal ini bukan suatu kemunduran. Membuka pakaian itulah kemunduran yang akan membawa kita kembali ke zaman purba." - Tawakkul Karman
"Eh mba Ecca, kenapa diam saja dan gak masuk kampus?" Tanya seorang satpam.
"Eh, bapak bikin kaget ajah!" Seru ku.
"Ini juga aku mau masuk pak!" Ujarku
Bukan kisah Romeo dan Juliet yang kisahnya apik tertulis dan juga di filmkan, bukan pula tentang Rama dan Shinta yang termasyhur. Bukan orang kaya, cuma orang biasa, bukan penulis tapi hanya seseorang yang ingin meluapkan setiap perasaan lewat bait kata-kata dan juga goresan tinta yang ku tuangkan bersama hati dan juga perasaan.
Bait semusim yang tertulis manis tentang kisah kasih aku bersamanya yang duduk di pelataran cinta bersama dengan hati ku yang selalu terngiang-ngiang akan bisikan cintanya yang begitu merdu, tanpa batas waktu yang terungkap tapi tak mampu ku ucap. Aku hanya seseorang yang memujanya di balik kejauhan, aku hanya hanya seseorang yang berusaha keras untuk tetap setia bersamanya meski aku hanya berada di balik kejauhan, jangan tanyakan perasaan ku jika kau tak bisa beralih dari masa lalu yang menghantuimu karena ini sungguh tidak adil.
Gemercik suara hujan yang deras dari tetesan air hingga terdengar kencang, gak cukup satu tapi ribuan genangan air itu menyapu bahuku dan membasahiku, aku hanya terdiam sembari membiarkan setiap genangan air hujan dan juga riuh suara angin berhembus kencang di wajahku. Aku bukan siapa-siapa, aku bukan sang sutradara yang menciptakan perjalanan hidupku yang terdokumentasikan menjadi sebuah film. Meski dalam keramaian aku masih tetap sendiri dan merasa kesepian, seperti hanya ada seekor kunang-kunang yang menemani di kesunyian. Aku hanya aku dan bukan dia, biar ku simpan rasa ini di kejauhan karena mungkin kau bukan untukku dan mungkin pula rasa ini suatu saat akan hilang dengan sendirinya.
Pernah gak sih kamu suka sama seseorang tapi hanya sebatas rasa dan gak pernah bisa mengungkapkannya, mungkin ajah kamu takut tapi sebenarnya juga malu jika harus berhadapan langsung sama orang yang kamu sukai jadinya kamu cuma berusaha buat nutupin perasaan kamu dan sekedar diam dan canggung atau awkward jika berhadapan sama orang yang kamu sukai alhasil kamu jadi terlihat seperti orang absurd dan aneh diharapkannya. Aku adalah puisi bersyair harapan, bersajak rindu, serta berbaiat kenangan dan masa lalu, mencoba melupa namun tak kuasa, hanya dapat menggenggam kenangan dan masa lalu dalam harapan rindu yang ingin ku ubah menjadi kenyataan. Namun aku sadar masa lalu tetaplah sebuah masa lalu, tak perlulah berharap banyak padanya jikapun nantinya dia kembali datang kisahnya jelas sudah tak sama. Lantas kenapa hati ini tak ingin berhenti berharap, padahal ia sendiri tahu bahwa masa lalu telah meninggalkannya. Dan yang meninggalkan semestinya tak untuk dikejar bukan?.
Sang waktu berjalan tak pelak kau tak memberikan aku waktu untuk sejenak melupakan egoku, aku tahu semua hal yang aku lakukan dengan sadar ataupun tidak mungkin menyakiti hatimu, bukan sang waktu yang salah bukan kita pula yang harus menafikan setiap hal yang telah terjadi. Lihatlah aku yang disini melawan getirnya hidupku sendiri tanpamu aku lemah melawan pahit getirnya hidupku sendiri. Aku sadar setiap jam menit detik gak akan mudah mengucapkan kata maaf meski demikian egoku masih membuat aku merasa takut. Aku sendiri melawan getir pahitnya mentari bersama dengan sinarnya yang selalu menjagaku dalam setiap keluh kesah yang aku lalui, meski ku sadar sang fajar tak semudah itu menyingsingkan setiap hal yang membuat aku sadar aku bukan kamu dan kamu bukan aku.
Setiap hal yang terjadi dalam kehidupan kita nyatanya kayak sebuah dongeng yang terus berkembang dari akar yang satu ke akar lainnya, suka gak suka mau dan gak mau kita hanya bisa menjalankan setiap perjalanan kehidupan kita, entahlah aku hanyalah aku.
Aku hanya ingin kamu tahu meski dalam kejauhan aku selalu ada untukmu, meski semua cinta yang ku beri mungkin tak sebesar dengan pengorbanan yang kau beri untukku.
Jika mengingat waktu-waktu yang telah kamu habiskan dengan sahabat, segalanya pasti terasa menyenangkan, bukan? Meski pertengkaran kerap mewarnai persahabatan yang terjalin di antara kamu dan dia, tetapi perasaan jengkel dan amarah akan cepat tergantikan dan nggak pernah betah lama bersarang di hati.
Perselisihan pasti ada perbedaan pasti ada semua terjadi karena kita sahabat saling membantu dan membutuhkan, ingatkah tentang kertas bekas? Kertas bekas di bawah mejaku berisikan kenangan indah bersamamu sahabatku, sahabat terbaikku hujatan berceceran kepadaku masalah berdatangan kepadaku tetapi engkau sahabatku tak pernah mengeluh untuk menyemangatiku.
"Ecca, ngapain di luar malah ngelamun ajah!" Seru sahabat ku Deva dan Devi.
"Kalian ini ngagetin aku ajah!" Jawabku.
"Lagian kamu dari tadi kita liatin ngelamun ajah, entar kesambet!" Seru Deva.
"Ia, pagi-pagi gini enaknya kita makan nih!!" Ujar Devi.
"Ini lagi malah makanan dipikirin!" Jawab Deva.
"Ya, maaf soalnya perutku udah bernyanyi nih!" Ujar Devi sembari mengelus perutnya.
"Gak masuk kelas Ca?" Tanya Deva.
"Ia, ini juga aku mau masuk kelas!" Jawabku.
Sebenarnya aku tak enak hati menceritakan kejadian tadi pagi saat aku naik angkot dan berjumpa dengan seorang cowok yang mirip banget sama David, dari pada aku cerita lebih baik aku diam sajah.
ooOoo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments