Musim liburan akan segera berakhir, tapi kota Pegunungan masih terlihat ramai dipenuhi oleh para turis. Kebanyakan dari mereka sengaja untuk menetap lebih lama di Kota kecil itu. Setiap akhir musim liburan, kota itu akan mengadakan sebuah festival rakyat tepat dua hari sebelum liburan berakhir.
Festival rakyat itu digelar sebagai ungkapan rasa terima kasih penduduk lokal kepada para wisatawan yang telah menjadikan kota mereka sebagai tempat berlibur favorit keluarga. Festival diadakan di jalan utama pusat kota, akan ada stand-stand penjual makanan dan minuman, juga ada stand penjual aksesoris hingga cinderamata khas kota kecil itu. Selain itu para penduduk lokal juga akan melakukan pertunjukkan musik. Diantara mereka ada yang bermain alat musik tradisional, menari tarian tradisional, hingga pertunjukkan alat musik modern yang dimainkan secara solo ataupun bersama grup.
Setiap tahunnya, Lizzy selalu ikut membuka stand di festival, biasanya ia hanya akan menjual beberapa kue yang tidak ia jual di tokony. Sehingga apabila ada pembeli yang ingin makan roti dengan varian yang selalu ada di tokonya, maka si pembeli bisa langsung menuju toko miliknya. Begitupun jika ada pembeli yang datang ke toko rotinya tapi ingin membeli kue musim panas khas tokonya, maka mereka harus membelinya di stand festival rakyat.
Ia mencoba strategi ini, dengan harapan toko roti dan stand kuenya tetap ramai dikunjungi oleh pembeli. Tahun ini, seperti biasa, ia akan menjual cream cheese lemon dan strawberry, hanya saja ia mencoba untuk menambahkan varian baru, yaitu blueberry cream cheese. Semua kue yang dibuat menggambarkan suasana musim panas. Cerah dan menyegarkan. Saat seperti inilah, ia sebenarnya merasa kewalahan, karena ia dan Adelina harus berbagi tugas menjaga toko roti dan stand kue nya di Festival. Untungnya kedua anaknya sudah bisa diajak bekerjasama. Clara akan membantu Adelina di toko, sedangkan David akan membantu Lizzy di Stand kue.
Hari itu, ia sedang membereskan peralatan yang akan ia gunakan di stand kue, ia sedang melipat kotak-kotak kue yang akan dipakai untuk membawa kue-kue yang sudah dibayar oleh para pembeli. Tiba-tiba terdengar suara pintu pagar rumahnya dibuka, dan suara mesin mobil terdengar di halaman rumahnya. Tak lama suara kedua anaknya terdengar berteriak memanggil namanya. "Ibu...kami sudah pulang," Teriak Clara dan David bersamaan. Kedua anak itu melihat ibu mereka sedang asik dengan kotak-kotak kue itu di depan tv. Lizzy tersenyum mendengar suara anaknya dan segera meninggalkan aktivitasnya untuk menyambut kedatangan mereka.
Dengan penuh rasa rindu ia memeluk kedua anaknya bergantian dan mengecup kedua pipi mereka dengan sayang. "Halo anak-anak ibu, bagaimana kabar kalian?."
"Kami baik ibu, ayah benar-benar mengajak kami berkelilinng pulau dengan mengendarai mobil, rasanya kami enggan untuk pulang dan tetap meneruskan petualangan kami," Anak bungsunya bercerita dengan antusias dan mata yang berbinar menandakan bahwa ia benar-benar bahagia.
Clara Morris.
"Benar sekali bu, aku juga sangat senang, ternyata di pulau ini masih banyak tempat-tempat indah yang belum kita datangi. Andaikan ibu ikut bersama kami, pasti akan lebih menyenangkan," Kali ini anak perempuannya ikut berkomentar.
"Baiklah anak-anak segera masuk ke kamar kalian, bersihkan tubuh kalian, baru setelah itu kalian bisa menceritakan sisanya padaku," Ia mendorong anak-anaknya untuk masuk ke dalam kamar mereka masing-masing. Kemudian ia menatap pria yang sejak tadi duduk dengan santai di sofa ruang tv nya.
"Hai Jacob, bagaimana kabarmu? Apa kau tidak lelah karena melakukan perjalanan kemari untuk mengantarkan anak-anak?," Ia ikut duduk di sofa, di samping pria itu. Ia kini sudah bisa berbicara santai dan tersenyum dengan tulus pada pria di sampingnya.
"Sebenarnya kami selesai berkeliling dan sudah pulang sejak dua hari yang lalu dan seperti yang kau lihat, aku tidak pernah merasa sesehat dan sebahagia ini Lizzy, pergi berpetualang bersama anak-anak, kemudian aku datang kesini dan mendapatkan dirimu tersenyum manis padaku, sungguh itu seperti vitamin bagiku, apa kau tidak mau memelukku juga seperti anak-anak?," Ia terlihat melebarkan kedua tangannya ke arah Lizzy berharap mendapatkan pelukan yang sama seperti kedua anaknya.
Semula, awalnya Lizzy hanya melebarkan kedua bola matanya dan memasang muka garang, tapi sesaat kemudian dia memutuskan untuk masuk ke dalam pelukan pria di sampingnya. Ia tahu, Jacob tidak mungkin melewati batas itu sekarang, pria itu benar-benar bersikap sportif. Karena ia tidak akan mempertaruhkan hubungannya yang sudah membaik dengan Lizzy.
Andaikan aku bisa memelukmu seperti ini setiap saat, pasti hidupku akan jauh lebih bahagia seperti dulu. Maafkanlah aku sayang, aku telah menorehkan luka yang begitu dalam padamu, aku akan mengobati lukamu hingga tak berbekas, dan aku tidak akan menyerah sampai kau mengatakan kau mau menjadi milikku lagi. Akan ku jaga kau dan anak-anak kita, hingga dipenghujung usiaku. Jacob.
Lizzy seketika merasa dé javu dengan pelukan itu, rasanya masih tetap hangat seperti dulu, tapi tidak ada kenyamanan lagi di dalamnya. Jika dulu dia memeluk pria itu dengan penuh rasa cinta, kini dia hanya memeluk pria itu dengan rasa pertemanan, tidak lebih. Tak lama akhirnya mereka pun memisahkan diri dan saling melemparkan senyum hangat.
"Kau mau minum kopi Jacob? Aku akan membuatkannya untukmu," Lizzy beranjak dari sofa dan berjalan ke arah dapur yang letaknya bersebelahan dengan ruang tv.
"Boleh, kebetulan aku belum minum kopi tadi pagi karena kami telat bangun, sedangkan David memintaku untuk diantar pulang lebih awal. Dan jika boleh ku tahu, apa yang sedang kau lakukan ini? Mengapa ada begitu banyak kotak-kotak kue di sini?"
"Kurasa kau sudah tahu jawabannya Jacob, karena orang-orangmu pasti akan melaporkannya padamu,"
Lizzy terlihat sibuk meracik segelas kopi dan mengambil beberapa cream cheese lemon dan strawberry sebagai kudapan untuk pria itu. Setelah selesai ia membawa nampan itu dan meletakkannya di meja, di hadapan pria itu. Tapi ia tak kembali duduk di sofa, ia memilih untuk duduk di permadani tebal di lantai untuk melanjutkan pekerjaannya melipat kotak-kotak kue itu.
"Yah, baiklah aku mengaku jika orangku memberitahuku bahwa kau membuka stand kue di Festival rakyat di pusat kota. Tapi baru kali ini aku mencicipi kue buatanmu yang ini," Jacob terlihat sedang mengunyah kue yang tadi dibawakan oleh Lizzy.
Pria itu terlihat sangat lahap memakan kue buatannya. Masih sama seperti dulu, apapun yang dimasakkan oleh Lizzy untuk pria itu, pasti akan dihabiskannya dalam sekejap. Dulu, meskipun pekerjaannya menuntut waktunya untuk lebih banyak berada di luar rumah, namun ia tetap berusaha untuk memasakkan makanan bagi keluarganya. Pekerjaan rumah tangga ia serahkan kepada para maid, tapi jika untuk urusan masak, ia turun tangan sendiri.
"Kue itu memang khusus aku buat untuk aku jual di stand kue milikku nanti saat Festival, aku menjadikannya sebagai ciri khas stand makananku, aku juga tidak menjualnya di toko saat festival, hanya ada di stand. Kurasa strategi itu berjalan mulus untuk membuat keduanya tetap berjalan sampai sekarang," ia menjawab perkataan pria itu tanpa mengangkat wajahnya yang sedang asik melipat kotak-kotak kue.
"Kau tahu Lizzy? Terkadang aku bingung, bagaimana caramu membagi waktu antara perkerjaanmu di luar sana, mengurusku, mengurus anak-anak, mengurus rumah, dan tetap menjalani hobi memasakmu, aku tidak pernah melihatmu hanya duduk bersantai sambil minum teh atau makan camilan, atau bahkan pergi seharian ke salon, kenapa kau lebih memilih untuk repot mengurus segala sesuatunya sendiri? Padahal kau memiliki suami yang lebih dari sekedar mampu untuk memanjakanmu," Pria itu tak habis pikir dengan wanita yang ada di depannya. Ia pikir Lizzy terlalu tangguh untuk seorang wanita.
"Percayalah Jacob, aku tetap bisa bersantai disela-sela kegiatanku. Aku tidak pernah merasa keberatan dengan itu semua, sejak aku kecil, aku tidak pernah bisa melakukan apapun sesuka hatiku, padahal sejak kecil, aku begitu tertarik dengan kegiatan memasak, merapihkan barang-barangku sendiri, tapi para maid di rumahku tidak pernah mengizinkanku untuk melakukan itu semua, aku harus sembunyi-sembunyi untuk melakukan semuanya. Jadi, ketika aku memiliki kesempatan itu saat menikah denganmu, maka aku tidak akan menyia-nyiakannya," kali ini Lizzy memberikan penjelasan sambil mengangkat wajahnya yang semula menunduk menghadapi kotak-kotak itu, kemudian ia tersenyum hangat pada pria di hadapanya.
Lizzy melanjutkan kegiatannya melipat kotak-kotak kue yang lain, sedangkan pria itu terlihat tenggelam dalam lamunannya sendiri, Kau memang wanita yang luar biasa sayang, aku benar-benar menyesal karena dulu telah menyia-nyiakanmu. Kau tumbuh dalam lingkungan kelas atas, tapi kau tidak pernah bersikap layaknya seorang putri raja. Aku tahu, perjalananku untuk mendapatkanmu kembali tidak akan mudah, tapi aku berjanji, aku akan bertahan sekeras apapun kau ingin menyingkirkan aku. Aku akan tetap ada di sini, untuk menunggumu kembali lagi ke dalam pelukanku, sayang.
" Jacob...," Lizzy melambaikan tangannya di hadapan wajah pria itu.
Mendengar namanya dipanggil, pria itu terkesiap seketika "Ya, ada apa? apa kau mengatakan sesuatu Lizzy?," ia mencoba untuk menetralkan isi kepalanya.
"Apa kau melamun Jacob?,"
"Tidak, ada apa? ada sesuatu yang ingin kau katakan?,"
"Emmm...begini, bolehkah aku meminta bantuanmu?"
"Tentu Lizzy, aku akan berusaha untuk membantumu, katakanlah apa yang kau inginkan,"
"Apakah akhir minggu ini kau sibuk? jika tidak, aku ingin kau menemani David untuk tampil diacara pertunjukkan festival rakyat nanti, David berencana untuk bermain biola, apa kau bisa mengiringinya dengan bermain piano? Aku ingin, ia tampil sempurna nanti, aku rasa dengan hadirnya kau di sana itu akan menambah rasa percaya dirinya, dan ia sekaligus bisa membuktikan kepada teman-temannya bahwa ia memiliki seorang ayah yang hebat dan menyayanginya."
"Apa maksudmu? Jadi teman-teman David tidak percaya kalau ia memiliki seorang ayah? Ini bener-benar terdengar seperti lelucon, aku benar-benar tidak percaya mereka meremehkan anakku, Anak dari seorang Jacob Morris, pengacara paling sukses di Negeri ini, dan juga seorang pengusaha handal yang tidak perlu diragukan lagi kesuksesanya. Siapa yang mengatakan anakku hanya seorang pembual Lizzy? aku akan menuntut mereka semua dan memasukkanya ke dalam penjara, kenapa orangku tidak melaporkan hal sepenting ini? Apa yang mereka kerjakan sebenarnya? kenapa mereka tidak menjaga anakku dengan baik? Apakah Clara juga mendapatkan perlakuan yang sama? Aku akan segera membeli rumah itu dan secepat mungkin pindah ke sini, sebelum liburan ini berakhir, kupastikan aku sudah menjadi penduduk di kota ini," Lizzy menurunkan rahangnya mendengar perkataan Jacob yang terdengar emosi dan menggebu-gebu, tak lama kemudian ia langsung tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya.
"Kau memang seorang ayah yang hebat Jacob, kau akan selalu berdiri di garis terdepan jika ada yang berani menyakiti anak-anakmu, tapi sungguh kau tidak perlu melakukan itu semua kali ini, mereka hanya sekumpulan anak sekolah dasar kelas satu, yang sudah pasti mereka mengatakan itu semua hanya sebagai ajang adu kekuatan anak kecil, jangan repot-repot mengurusi mereka Jacob, toh selama ini David pun hanya merasa kesal pada mereka tidak lebih, dan itu artinya mereka tidak pernah berbuat jauh kepada anak kita."
"Tapi tetap saja, aku tidak terima jika ada orang yang berani menghina dan mengejek anakku."
"Ayolah Jacob, berhentilah bersikap konyol, mereka hanyalah anak-anak sekolah dasar, bahkan anakmu saja terkadang bertingkah laku konyol kepada orang yang lebih dewasa dari dia, dia bahkan merayu bibi christine, bisa kau bayangkan betapa konyolnya dia, dia benar-benar putramu, tidak terbantahkan."
"Tapi anakku tidak akan pernah mengolok ataupun menghina orang lain, apalagi menyakiti mereka. Aku kenal dengan baik bagaimana kedua anakku Lizzy."
"Sudahlah Jacob, intinya kau mau atau tidak menemani David untuk tampil? jika kau bersedia, maka seperti yang kau katakan, kau harus segera pindah ke sini, setidaknya kau sudah tinggal di sini agar kau bisa berlatih bersama David," Ia mulai merasa kesal karena sikap konyol Jacob.
"Apa kau sedang menawarkan padaku untuk tinggal di sini? aku dengan senang hati menerimanya, bagaimana jika aku pindah saja ke sini? aku akan tetap membeli rumah itu, atau kita bisa tinggal di sana bersama."
Lizzy memutar bola matanya dengan malas "Lagi-lagi kau bermimpi terlalu tinggi Jacob Morris, di sini banyak hotel dan penginapan lokal, dengan uangmu yang banyak itu aku yakin, kau akan dengan sangat mudah mendapatkan kamar, bahkan kamar dengan tarif termahal sekalipun."
Sebelum Jacob menjawab perkataannya, tiba-tiba suara David terdengar dari arah kamarnya, ia menimpali perkataan ibunya kepada ayahnya "Mengapa ayah harus tinggal di hotel ibu? kau tega melakukan itu pada ayahku? Ayolah bu, lihatlah, ia terlihat tua dan lelah, apalagi kami baru pulang dari perjalanan panjang, sudah pasti itu akan membuatnya merasa sangat lelah, aku tidak akan keberatan jika ayah tinggal di sini, dia bisa tidur di kamarmu, tentu saja ayah akan tidur di sofa kamarmu atau di lantai, benarkan ayah?," Belum sempat ayah dan ibunya menjawab perkataannya, ia sudah melanjutkan lagi bicaranya "Tentu kau juga bisa tidur di kamarku, tapi aku takut kau akan merasa tidak nyaman, karena kasurku terlalu kecil untuk tubuhmu yang besar ayah, di kamar kakak juga jelas tidak mungkin, jadi satu-satunya tempat yang tersisa adalah kamar ibu, kau tenang saja ayah, jika tengah malam kau terbangun dan merasa kedinginan, kau naik saja ke ranjang ibu, dia akan memelukmu dengan penuh kasih sayang."
Lizzy yang mendengar penuturan anak lelakinya hanya bisa menatapnya sambil menurunkan rahangnya, ia tak menyangka anaknya bisa berkata seperti itu, seolah ayah dan ibunya selama ini masih bersama. Sedangkan Jacob, ia tertawa terbahak-bahak mendengar saran anaknya "Terima kasih nak, kau memang briliant, kau sangat memahami ayahmu ini, kau dengar sendiri Lizzy, aku sudah tua dan lelah ditambah kami habis melakukan perjalanan, jadi harus ada seseorang yang mengurusku," Ia mengedipkan mata kanannya ke arah Lizzy sambil tersenyum penuh arti.
Sungguh nak, ayah akan memaafkanmu kali ini karena kau telah berkata ayah sudah tua dan mudah lelah, tak apa jika di ujung perkataanmu kau bilang ibumu akan memelukku dengan hangat dan penuh kasih sayang, pria itu tersenyum penuh kemenangan dalam hatinya.
"Tenang saja ayah, aku akan merayu ibu agar dia menyetujui ideku. Aku akan mengiriminya setangkai mawar setiap hari atau bahkan sebuket besar mawar putih setiap hari, sampai ia menyetujui ideku."
Lizzy hanya bisa pasrah sambil menggelengkan kepalanya, melihat kelakuan dua pria beda generasi di hadapannya.
"Kau serius akan melakukan itu untukku David? merayu ibumu dan memberikan bunga mawar kesukaannya sampai ia menyetujui idemu?"
"Tentu saja ayah, aku akan melakukan itu untukmu, kau cukup terima beres dan membayar tagihannya saja. Aku akan minta toko bunga untuk mengirim tagihannya padamu."
Kali ini, keadaan menjadi sebaliknya, Lizzy lah yang tertawa dengan lepas, pria itu dikerjai oleh anaknya, sedangkan Jacob hanya tertawa masam mendengar penjelasan anaknya.
David Morris.
"Jacob dan David Morris, kalian berdua benar-benar pria yang konyol, fakta bahwa kalian adalah ayah dan anak benar-benar tidak terbantahkan".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
🐈 C̅𝚑𝕠𝐠𝖎w͒𝒂⍣ℋᶳ
itu anak2 nya 1 keturunan korea..emaknya indo,bpknya england...😁😁😁
2020-08-17
1